Ervin Aditya POV Akhirnya aku mengetahui siapa keluargaku dan ternyata hanya tersisa Grandma-ku saja yang masih hidup di dunia ini dan ayahku adalah seorang anak tunggal yang mewarisi sebuah bisnis di New York. Karena tidak sesuai dengan passion-nya beliau memilih untuk meninggalkan keluarganya dan hidup dengan caranya sendiri. Beliau hidup dengan menjadi pelatih surfing hingga akhirnya menikah dengan ibuku. Ketika Grandma merayuku untuk meneruskan apa yang tidak sempat di lakukan oleh ayahku, aku tegas menolaknya. Karena belum apa-apa saja beliau sudah mulai mengkritik pekerjaan yang aku geluti, bagaimana nanti. Jika beliau berfikir bisa menyetir hidupku. Itu salah besar, karena aku adalah laki-laki yang hidup dengan aturanku sendiri, bukan untuk di atur orang lain. Baiklah aku ralat, satu satunya orang yang bisa mengaturku adalah istriku. Karena dengan Luna, jika aku tidak pandai menekan egoku maka bisa dipastikan rumah tangga kami akan karam. Aku melihat Luna keluar dari ruangan
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Sudah satu bulan aku menemani Ervin di Paris. Bahkan Ervin membantuku memperpanjang visaku dan selama itu pula kami benar-benar melakukan program hamil yang dulu kami lakukan dengan Robert. Aku bersyukur karena Ervin selalu menemaniku bila aku harus memakan makanan sehat, berolahraga, bahkan ketika kami berkunjung ke dokter kandungan di sini. Seperti malam ini ketika kami selesai "membuat adonan" Ervin mengajakku berbicara ketika kami pillow talk. "Lun, kita ke New York Minggu depan, ya?" "Kalo alasan kamu honeymoon dan pengen cari suasana baru aku males." "Nggak, Grandma minta kita datang ke acara perusahaannya di sana." "Buat apa, kan kamu sudah buat keputusan untuk tetap di jalan yang sudah kamu tapaki sejak awal." "Aku ingin dia melihat bahwa kita bahagia hidup tanpa pemberian dari keluarga." "Bahagia itu di rasain bukan buat di pamerin." "Iya tau, tapi sekali ini aja datang ya." "Ya sudah aku temani. Tapi awas kamu kalo keganjenan di sa
Ervin Aditya POV Sejak Luna mengeluhkan eneg, mual dan ingin muntah sejujurnya di balik perasaan khawatir ada perasaan bahagia di sana, karena aku berharap Luna hamil. Untuk membuatnya hamil aku telah melakukan berbagai macam cara, bahkan aku mengkonsumsi vitamin agar spermaku lebih sehat. Aku bahkan menyentuhnya tidak setiap hari namun hanya 3 sampai 4 kali seminggu dan itupun di pagi hari. Ketika Luna keluar dari toilet, wajahnya pucat dan terdapat keringat di keningnya. "Kamu sakit?" "Nggak, cuma nggak enak badan aja, kalo kita balik ke kamar gimana?" "Nggak pa-pa, acara inti sudah selesai juga. Kamu pucat banget, mau aku gendong aja?" "Nggak, aku bisa jalan sendiri." "Aku tuntun, ya?" Luna hanya menganggukkan kepalanya sebagai tanda persetujuannya. Setelahnya kami menuju ke kamar. Sampai di kamar setelah kami melepas semua atribut dan berganti pakaian dengan pakaian biasa Luna langsung melesatkan dirinya diranjang dan tidur tanpa mempedulikan apa yang aku lakukan. Setela
Kaluna Maharani Atmaji Putri POVErvin benar-benar percaya jika aku hamil, sehingga setelah sekian lama kami hiatus mengapeli Robert, kali ini kami datang lagi ke tempat ini.Setiap ke tempat ini aku selalu merasa bahwa perjuanganku untuk memiliki anak benar benar tidak mudah, bahkan intiku yang di buka segelnya oleh Ervin dulunya harus merasakan selain junior Ervin. Aku merasakan alat USG transvaginal yang masuk rutin ke sana setiap satu bulan sekali, lalu ketika kami HSG. Ah, begitu melelahkan, kenapa tidak bisa seperti wanita lain yang celap celup langsung jadi."Lun, kita taruhan mau?""Taruhan apa?""Kalo kamu positif hamil, kamu cuti dari kerjaan kamu ya sampai masuk trimester ke dua?""Kalo aku nggak hamil, aku bakalan dapat apa ya?""Kamu ikut aku ke Paris lagi, kita lanjutin enak-enak di sama sampai tamu kamu cuti 9 bulan gimana?""Itu mah enak di kamu semua, bentar aku mikir dulu.""Ibu Kaluna Maharani, silahkan masuk," aku mendengar namaku di panggil oleh perawat dan segera
Ervin Aditya POV Salah satu do'a yang selalu aku panjatkan kepada Tuhan akhirnya di ijabah hari ini. Sungguh aku menahan tangis haruku ketika kami berada di rumah sakit, namun kini ketika kami sampai di rumah, aku langsung memeluk Luna, aku ucapkan terimakasih padanya, karena dia aku akhirnya merasa sebagai pria yang nyaris sempurna di hidupku. Karena Luna, aku bisa merasakan menjadi suami dan sebentar lagi aku akan menjadi seorang Ayah. Aku benar benar menantikan Luna hamil setiap hari sejak pertama kali aku menyentuhnya. "Makasih ya, Lun," kataku sambil memeluk Luna. "Kamu kenapa kaya nangis gitu suaranya?" "Nggak, nggak pa-pa, Lun. Sekarang kamar kita pindah di kamar bawah saja ya, aku nggak mau kamu capek naik turun tangga," Kataku bersamaan dengan aku mengurai pelukanku kepada Luna. "Nggak usah, Vin males pindahan aku." "Aku yang pindahin." "Nggak usah, aku nyaman disana sejak awal." "Tapi kalo kamu butuh apa apa, kamu minta aja sama aku biar aku yang ambilin." Aku melih
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Aku tidak pernah menyesal menikah ketika usiaku sudah kepala tiga bahkan bisa dikatakan perawan tua, karena aku lebih baik menunggu orang yang tepat daripada buru buru dan tidak bersama orang yang benar, berujung berakhir di meja pengadilan agama. Menikah dengan Ervin ternyata sanggup membuatku menjadi pribadi yang lebih baik. Ervin pun menepati kata katanya untuk selalu menemaniku menjalani masa kehamilanku, walau terkadang ia harus bolak balik ke mana pekerjaannya memanggilnya. Seperti hari ini Ervin meninggalkan diriku sendiri selama seminggu ke depan, sehingga aku harus ia titipkan kepada Mama di rumahnya. Walau aku sebenarnya tidak perlu di titipkan tapi Ervin tidak mau jika aku sendirian di rumah dalam kondisi hamil seperti ini. Hari hari yang selalu aku jalani ketika Ervin tidak di sampingku, biasanya aku gunakan untuk mengurus pekerjaanku. Karena jika ada Ervin, ia tidak mengijinkan diriku menyentuh pekerjaanku sama sekali selama trimester s
Ervin Aditya POVAku menghentikan range Rover hitam milik Luna di depan sebuah ranch milik Adam yang baru saja selesai di bangun beberapa bulan lalu dan kini adalah hari tasyakuran atas selesainya pembangunan ranch itu dimana ia mengajak semua keluarganya untuk hadir, termasuk aku dan Luna.Sejujurnya sejak masa lalu kelamku terbongkar ke publik terutama di lingkungan keluarga Luna, aku sedikit malu dan merasa tidak pantas mendampingi istriku yang notabennya adalah wanita baik baik dan dari keluarga terpandang ini.Bukannya penolakan dan cemoohan yang aku dapatkan dari mereka, namun sebuah penguatan, dukungan dan rangkulan sebuah keluarga yang aku dapatkan dari keluarga Raharja yang tidak lain keluarga besar Luna dari pihak ibunya. Sebuah keluarga yang jauh dari kata sombong dan gengsi. Walau mereka masih memiliki darah biru dengan harta yang aku yakin sampai cicit mereka pun masih bisa menikmatinya, tapi mereka hidup seadanya, tidak berlebihan apalagi mewah.Kini di depanku ada sebua
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Hari-hari aku lewati dengan menikmati masa kehamilanku yang pertama ini dengan gembira dan penuh rasa syukur kepada Tuhan yang tiada henti setiap harinya. Walau sejak acara pengajian 4 bulanan di rumah waktu itu, Ervin lebih sering berada di luar negri untuk memenuhi tanggungjawabnya namun aku tidak mempermasalahkannya. Pekerjaanku lancar karena ada Shandy, asistenku yang menghandle semuanya. Namun karena dasarnya aku seorang control freak jika berurusan dengan pekerjaan memang sedikit sulit untuk mempercayakan 100 persen segala sesuatunya kepada orang lain. Karena itu aku masih sering melakukan sidak sesekali ke kantor jika aku bosan di rumah, atau meeting via zoom dan Skype untuk merundingkan konsep pernikahan klien yang menggunakan jasa wedding organizer milikku. Kini kandungannku sudah mulai memasuki usia 5 bulan* dan aku tetap tidak mendapatkan muntah dan mual sama sekali layaknya orang hamil. Namun aku merasakan kakiku mulai membesar yang lebih