Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Setelah satu bulan penuh dengan keribetan persiapan pernikahan Ruben dan Tiara yang akan digelar tidak kalah mewah dengan pernikahan Nada dan Juna, sekarang aku baru bisa bernafas sedikit lega karena kini aku sedang memanjakan diriku di salah satu Spa, sebelum besok acara lamaran dan midodareni akan di gelar. Ketika aku pergi ke spa, mau tidak mau aku selalu mengingat Ervin, karena Ervin lah yang sering mengajakku dan mentraktirku spa selama ini. Awal Ervin mengajakku spa, aku hanya bisa menahan tawaku, karena baru sekali ini di kehidupan nyataku aku menemukan pria yang selain hoby nge-gym juga hoby memanjakan diri ke salon dan spa. Memang aku akui karena kebiasaannya itu juga membuatku sangat menyukai tubuhnya yang bugar dan terawat, tetapi kadang kalo mengingat kebiasaannya yang hoby mengapeli salon, spa dan gym bisa membuatku tertawa geli sendiri. Dengan kelebihan dan kekurangan beserta keantikannya ternyata aku bisa menerima semua itu yang ada p
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Pagi ini acara ijab qobul pernikahan Ruben dan Tiara akan di gelar di hotel yang sama dengan Nada melakukan ijab qobulnya karena Tiara tidak mau pusing pusing memikirkan konsep pernikahannya, dia dan Ruben hanya meminta untuk acara resepsi dengan tema bunga sakura, karena cinta mereka bersemi di negri matahari terbit. Jadi aku harus memutar otak bagaimana menghadirkan taman sakura yang sedang bermekaran di resepsi pernikahan adikku sendiri. Namun untuk acara ijab qobulnya karena mereka hanya pasrah saja, maka aku memilihkan konsep mewah namun elegan. Dengan konsep make up modern maka aku tidak terlalu pusing menyesuaikan semuanya. Hari ini posisi Ervin juga di gantikan oleh Adam yang mendampingiku. Setidaknya aku bersyukur masih memiliki sepupu bujang yang lumayan berkelas ini untuk mendampingiku di acara pernikahan Ruben. "Kasian ya Mbak, Mas Ervin," kata Adam ketika kami telah duduk di deretan kursi keluarga. "Kenapa?" "Ganteng ganteng masa stu
Ervin Aditya POV Setelah dari event malam ini seharusnya aku ikut dengan teman temanku merayakan kesuksesan fashion week kali ini. Namun karena kondisi fisikku yang sedang sedikit flu dan demam sejak tadi pagi, aku memilih pulang ke apartemenku. Andai saat ini ada istriku, aku yakin akan ada orang yang mengurusku walau hanya membuatkan teh. Karena aku tau, Luna kurang cekatan dan ahli dalam hal rawat merawat. Aku berjalan keluar dari lift hingga aku seperti merasa sedang berhalusinasi karena melihat kehadiran wanita yang mirip Luna dengan balutan gaun hitam, rambut panjangnya di gerai dengan kulit eksotisnya. Karena tidak mungkin Luna ada disini, aku yakin ini hanya halusinasiku saja. Aku tetap berjalan melewati halusinasiku. Ketika aku baru saja membuka pintu, halusinasiku masih tidak pergi dari tembok dekat pintu apartemenku. "Vin," Ketika mendengarnya memanggil namaku, aku langsung mengangkat pandanganku dan aku tatap matanya. "Istri jauh-jauh ke sini bisa bisanya kamu cueki
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Semalam Ervin benar-benar membuatku tidak tidur karena dia terus menggempurku dengan mambabi buta hingga aku benar benar pasrah dan ambruk di ranjang. Kini untuk berjalan di kamar mandi saja aku harus di bantu oleh Ervin. "Vin, besok-besok aku nggak mau sampai kaya gini lagi," kataku ketika Ervin baru saja mendudukkanku di sofa setelah aku baru saja pipis di kamar mandi. "Iya besok nggak, tapi nanti lagi ya, aku masih kangen sama kamu." Aku benar-benar menghela nafasku karena menghadapi tingkah laku Ervin sejak tadi. Kali ini aku berharap Tuhan mengirimkan malaikat kepadaku untuk menolong diriku dari siksaan gairah Ervin yang terlalu meluap luap seperti gunung berapi yang baru saja meletus ini. "Vin, aku sudah sakit banget buat jalan ini, kamu masih belum puas?" "Aku nggak akan pernah puas untuk mengeksplorasi tubuh kamu seumur hidupku. Karena aku tau, kamu juga menikmatinya." "Okay, fine, tapi buat hari ini kita stop, ya?" "Okay, lanjut di A
Ervin Aditya POV Bahagia versiku itu cukup sederhana, asal aku bisa bersama istriku dan melakukan segalanya berdua bersamanya saja itu sudah cukup. Aku akui aku terlalu bersemangat semalam hingga aku menggempurnya tanpa jeda. Walau aku sedikit merasa bersalah, namun melihat Luna berkali kali mendapatkan klimaksnya mampu membuatku terus bersemangat untuk melakukannya lagi dan lagi. Bahkan karena semalaman aku menggempur Luna, pagi ini Luna sampai kesulitan untuk berjalan dan terpaksa aku menggendongnya menuju ke kamar mandi. Walau Luna protes dan memilih dituntun olehku, aku tetap memilih menggendongnya karena lebih cepat. Aku benar-benar bahagia ketika mendapati istriku ada di apartemenku, menemaniku menjalani rutinitasku di sela sela waktu liburku seperti saat ini. Aku mengajaknya ke Austria 3 hari karena jadwal kosong yang aku miliki hanya 4 hari terhitung mulai hari ini. Untuk membuatnya bahagia, kali ini aku menuruti keinginannya untuk melihat Eiffel walau sebenarnya aku tidak
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Ketika kemarin sampai di Vienna Austria, aku kira Ervin akan mengajakku jalan-jalan keliling kotanya, ternyata harapan berbanding terbalik dengan kenyataan yang ada, karena Ervin hanya mengajakku berjalan jalan dan berkeliling di kasur serta kamar hotel kami. Aku sudah mengatakan kepadanya jika hanya mau enak-enak saja cukup di rumah, sehingga ketika kami berlibur yang menurut Ervin adalah bulan madu ini, lebih baik menikmati segala sesuatu di sini yang tidak ada di tempat aku tinggal, bukannya ngedekem di kamar terlebih lagi di kasur. Sayangnya pemikiran ini hanya untukku, tidak untuk Ervin yang memang tujuannya kemari adalah mencari suasana baru untuk enak-enak denganku. "Vin, aku mau jalan keluar, rugi banget ke negaranya Mozart kok cuma di sini doang." "Memang kamu mau ke mana?" "Rathaus (town hall)," Jawabku singkat. "Ya sudah ayo kita ke sana." "Ya kalo gitu buruan bangun, jangan ngedekem di kasur aja," Kataku mulai gemas kepada Ervin "Ad
Ervin Aditya POV Aku tidak peduli jika terhitung sia-sia kami berada di Austria karena lebih sering berada di kamar. Karena aku harus mengejar target untuk segera memiliki anak, semakin lama Luna hamil, semakin tinggi resiko yang akan kami hadapi dan aku tidak mau ketika Luna hamil, ia akan mengalami masalah pada kehamilannya. Tahun ini ia akan 34 tahun dan aku sudah 28 tahun sebentar lagi. Setelah mengantarnya berjalan jalan sebentar di Rathaus aku mengajaknya pulang ke hotel. Aku sudah rindu ingin menjadikan Luna modelku. Sehingga ketika kami berada di hotel, aku iseng membuat studio dadakan untuknya. "Asli ya, Vin kamu suka banget nyuruh aku pose menantang," Kata Luna sambil geleng geleng menatapku. "Nggak pa-pa lagian yang lihat suami sendiri. Aku itu pengen ngumpulin foto-foto kamu dari sekarang, sampai besok kita punya anak, aku mau bikin kaya scrapbook gitu." Luna hanya mendengus dan cepat-cepat ia berpose di depan studio dadakan yang aku buat. "Udah buruan di foto habis
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Bagaimana cara menghadapi ibu-ibu yang mengira suami kita adalah anaknya yang sudah meninggal hampir 29 tahun yang lalu? Aku benar benar tidak tau cara menghadapinya, apalagi sang ibu terus memeluk suami kita dengan berderai air mata di pinggir jalan. Namun aku lihat Ervin seperti ingin menangis ketika ibu itu memeluknya. Aku yakin ada sesuatu yang tidak aku ketahui dan disembunyikan oleh Ervin dariku. Karena sambil memeluk ibu itu Ervin hanya mengatakan bahwa ia akan menjelaskan sesuatu nanti kepadaku ketika kami telah tiba kembali di hotel. "Don't cry, i'm here...i'm here," Kata Ervin pada ibu itu. Aku mengetahui jika anak ibu itu meninggal dari supirnya yang tadi ikut mengejar aku dan Ervin. Bahkan sang supir bercerita bahwa sang nyonya selalu beranggapan bahwa anaknya masih hidup di dunia ini. Sejak suami sang nyonya meninggal 5 tahun yang lalu, ia terus berharap bahwa anaknya masih hidup, bahkan ia harus di dampingi seorang psikolog dan psiki