Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Walau aku mencoba mengabaikannya, aku bisa merasakan jika orang-orang memperhatikan diriku dan Ervin berlebihan. Padahal kami tidak mengumbar kemesraan secara berlebihan atau terlalu vulgar di depan orang orang. Setelah acara ijab qobul dan sesi ramah tamah alias makan makan di mulai aku sudah sibuk dengan aktivitas mengatur jalannya acara sehingga aku harus meninggalkan Ervin seorang diri di kursi among tamu. Ketika aku sampai di belakang ballroom untuk mengecek stock makanan, tanganku di cekal oleh seseorang, yang ketika aku menoleh, wajah Handi sudah terpampang jelas di depan mukaku. "Mas Handi kenapa sih narik-narik tangan aku gini?" tanyaku sambil berusaha melepaskan tangan Handi dari pergelangan tanganku "Ssstttt.... Kamu tenang dulu, aku mau kasih tau kamu sesuatu." "Kasih tau apa?" "Kalo kamu janji tenang sampai aku selesai kasih tau, aku akan lepasin tangan kamu." "Okay, lepasin tangan aku." Kemudian Handi melepaskan tanganku. Dan kini
Ervin Adita POV Hari ini Luna mengajakku untuk pergi ke rumah orang tuanya. Namun ada yang berbeda ketika Luna mengatakannya, seperti ada raut wajah ketakutan yang aku lihat di dirinya. "Lun, apa kamu sudah tau gosip yang beredar sekarang tentang masa lalu aku?" Aku melihat Luna membelalakkan matanya di depanku dan dia tidak sanggup berkata kata. Itu sudah cukup menjadi jawaban bagiku. Aku hanya menganggukkan kepalaku kepada Luna. "Ya sudah, kita hadapi saja kenyataan yang ada. Ayo kita berangkat." Walau sebenarnya ada perasaan takut bertemu orang tua Luna namun aku tidak akan mengatakannya kepada Luna. Aku laki-laki dan aku adalah suami, bagaimanapun aku harus bisa lebih kuat dan mampu melindungi Luna apapun yang terjadi di rumah tangga kami. Aku menggandeng Luna menuju garasi mobil yang ada di rumah. Aku Bukakan pintu mobil untuk Luna. Setelah Luna masuk, aku tutup pintu itu dan aku berjalan menuju sisi pengemudi. Dalam setiap langkah menuju sisi pengemudi aku mengambil nafas
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Aku tidak menyangka jika aku akan memiliki keberanian untuk mengungkapkan apa yang aku rasakan selama ini kepada Papa. Awalnya aku tidak berniat untuk membongkar kebobrokan rumah tangga orangtuaku di depan Ervin. Karena semua itu adalah aib yang harus di tutupi walau itu dari Ervin, suamiku sendiri. Namun rasanya aku tidak kuat menahan semuanya hingga aku akhirnya mengatakannya. Aku yakin Ruben kaget mendengar kata-kata yang meluncur dari bibirku. Karena selama ini Mama selalu menyembunyikan itu semua dari anak anaknya. Aku pun mengetahui perselingkuhan Papa karena Hilda yang memergoki Papa keluar dari salah satu kamar hotel di Bali 6 tahun lalu dan atas permintaan dariku, Hilda akhirnya menyelidiki itu semua untukku. Pada akhirnya setelah 6 tahun aku simpan semuanya, kini aku lega karena aku bisa mengungkapkan kebenaran di depan mata papa. Aku tidak akan menuruti keinginan papa untuk meninggalkan Ervin. Bagaimanapun sudah seharusnya aku mengabdikan
Ervin Aditya POV Aku harus banyak bersabar kali ini, karena sepertinya Luna sedang tidak dalam kondisi yang baik. Emosinya masih meluap luap laksana gunung berapi yang sedang meletus dan orang orang yang hidup di sekitarnya sedang merasakan efeknya dan itulah yang sedang aku alami saat ini. Aku tidak pernah memprediksi bahwa Luna akan semurka ini ketika aku memaparkan keputusanku menerima tawaran Max dan Megan untuk ke Paris. Padahal dulu Luna menyetujuinya dan dengan entengnya ia mengatakan bahwa kami bisa melakukannya dengan long distance marriage, bahkan Luna akan menghandle operasional kedai kopi milikku. Namun kini justru ia yang sepertinya keberatan. Jika saja aku tidak diminta keluarganya untuk membuktikan bahwa aku memang pantas menjadi suaminya, aku akan memilih untuk berada di dekatnya, menemaninya menjalani seluruh sisa hidupnya. Tapi sebagai laki-laki yang di nilai sebelah mata oleh keluarganya, bahkan di tuduh hidup enak hanya karena menikahinya, aku harus membuktikan
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Apakah aku memang di takdirkan menjadi pihak yang selalu harus mengerti tanpa pernah mencoba di mengerti. Karena pada kenyataannya kini Ervin lah yang memintaku untuk mengerti dan memahami keputusannya untuk pergi ke Paris selama 2 sampai 3 tahun ke depan. Walau itu belum sampai ratusan purnama namun tetap saja, long distance marriage bukan perkara yang mudah untuk di jalani. Tidak banyak pasangan yang bisa bertahan tanpa tergoda sama sekali. Apalagi mengingat track record Ervin dalam berhubungan dengan wanita. Tapi aku memang tidak bisa memaksanya harus tetap bersamaku jika memang itu keinginannya. Setelah Ervin sering bolak balik Jakarta Jogja untuk mengurus birokrasi perijinannya sebelum berangkat ke Paris, akhirnya besok aku harus mengantarnya ke Bandara Soekarno Hatta. Malam ini kami menginap di rumah ibu di Jakarta. Aku tidak tau Ervin pergi kemana tadi siang, tapi ia baru pulang menjelang Maghrib. Aku tidak pernah mau menanyakan hal-hal detail
Ervin Aditya POV Siang ini aku pergi ke rumah Briona di daerah Kelapa Gading setelah aku mendapatkan alamat rumah tersebut dari Hilda. Walau aku harus mendapatkan ceramah panjang lebar dahulu sebelum aku bisa mendapatkan alamat rumah ini, namun akhirnya aku bisa sampai di sini dan aku bertemu dengan Papa Luna. Andai....Andai, menghajar orang yang kita sebut mertua itu tidak termasuk melanggar hukum, ingin rasanya aku menghajar laki-laki paruh baya di hadapanku ini sampai dirinya harus masuk ICU. Bagaimana bisa dia mengatakan bahwa ia melakukan ini semua karena istrinya sibuk dengan pekerjaannya dan lupa mengurus keluarga. Bedebah memang Papa Luna ini. Pantas saja Ruben begitu murka padanya bahkan tidak berniat mengundangnya di acara pernikahannya sebentar lagi yang kemungkinan besar tidak bisa aku hadiri. "Pa, saya titip Luna ke Papa. Tolong jaga Luna selama saya pergi 2 tahun ke depan. Saya akan jemput dia setelah saya memenuhi keinginan Papa." "Kamu yakin sanggup dengan syarat
Kaluna Maharani Atmaji Putri POV Pagi ini aku merasakan sakit yang lebih sakit daripada ketika aku pertama kali kehilangan keperawananku dulu. Aku tidak menyangka jika Ervin akan membombardir diriku di luar kebiasaannya. Bahkan sejak semalam aku belum tidur hingga pagi ini. Bodohnya kenapa aku menuruti keinginannya hanya untuk memberikan dosis sentuhan akhir yang menurut Ervin akan menjadi stoknya dua tahun ke depan ketika kami menjalani long distance marriage. Sungguh-sungguh gila, karena aku bisa menuruti kegilaan Ervin semalaman. Cupp.... Aku merasakan bibir Ervin mendarat di bibirku yang menjadi kebiasaannya untuk membangunkanku di pagi hari. "Morning sweet heart, wake up please." "No," kataku sambil menarik bedcover kembali sampai menutup wajahku. "Kalo kamu nggak bangun, aku serang lagi ini." Bugg.... Aku melemparkan bantal ke Ervin yang sayangnya tidak tepat sasaran karena bantal itu telah melayang ke lantai kamar kami. "Kamu makin ganas kayanya, Lun. Bikin pengen maka
Ervin Aditya POV Setelah penerbanganku selama hampir 18 jam, akhirnya aku sampai di Paris dan untuk pertama kalinya aku merasakan rasa hampa karena Luna tidak ada di sini menemaniku. Walau Max dan Megan memberikan apartemen yang cukup nyaman untuk aku tinggali, namun sebagai pria yang sudah beristri dan tiba tiba harus jauh dari istrinya, ini bukanlah hal yang mudah untuk di lalui. Hari pertama aku di sini aku merasakan jet lag yang membuatku belum sempat menghubungi Luna dan mengabarkan bila aku telah sampai di sini. Baru di hari kedua aku mulai merasakan efek jet lag hilang dan segera aku membuka Handphoneku. Hal pertama yang terlihat ketika membuka Handphponeku adalah foto Luna ketika kami biasa menghabiskan waktu santai berdua di rumah dengan bermain gitar dan bernyanyi bersama. Walau aku yakin suara kami hanya suara penyanyi rekaman kamar mandi, tapi kebiasaan ketika kami berdua itu mampu membuat kami dekat dan saling mengenal satu sama lain. Di samping itu kami juga merupakan