"Saya terima nikah dan kawinnya Nesya Nirmala Binti Bapak Anjas Nirwana dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan emas berlian 250 gram, serta uang 2M di bayar TUNAI. "
"Bagaimana saksi, SAH? "
SAH!
Alhamdulilah ...
Cukup dengan satu tarikan nafas Samuel dengan lantangnya mengucapkan janji suci pernikahan di depan Allah, penghulu dan para saksi.
Nesya meraih tangan kanan Samuel dan mencium punggung tangan Samuel yang kini sudah sah menjadi suaminya. Kecupan hangat mendarat di keningnya Nesya, Samuel memberanikan diri agar semua orang yakin dan percaya kalau Nesya sekarang istrinya dan agar mereka percaya kalau Nesya dan Samuel menikah atas dasar cinta bukan sandiwara.
"I love you my baby, sekarang kau adalah istriku. Kau sekarang sudah menjadi ratu di hatiku, " ucap Samuel dengan lantangnya di depan para tamu undangan. Ada Mommy Gresya dan Daddy Anjas.
Entah kenapa Nesya tiba-tiba menjadi gugup, apa lagi mendengar suara tepuk tangan yang terdengar bergemuruh. Akting Samuel sukses membuat Nesya melambung tinggi.
Leonard dan Desy merasa muak dan semakin panas melihat Nesya diperlakukan manis oleh suami berondong nya.
..
Pesta telah usai, Nesya merasa lelah dan capek, banyak nya tamu undangan yang satu persatu mengucapkan selamat. Selama di pesta pernikahan sikap Nesya tetap cuek kepada Daddy-nya dirinya masih marah karena sang Daddy sudah meninggalkan Mommy Gresya dan dirinya demi wanita lain.
Nesya menghempaskan tubuhnya secara kasar di atas tempat tidur, di kamar pengantin yang sudah disiapkan Mommy Gresya. Nesya masih menggunakan gaun pengantin, Nesya merebahkan tubuhnya di atas ranjang yang sudah di taburi bunga mawar.
Samuel masuk kedalam kamar, Samuel melonggarkan dasinya. Dirinya juga sama sangat lelah. Samuel duduk di atas sofa.
"Aku tidur di kamar mana? " tanya Samuel.
"Ya di kamar ini saja, tapi di atas sofa. Kita masih satu rumah sama Mommy. Jangan sampai Mommy curiga kalau kita menikah hanya sandiwara, " kata Nesya.
"Ya sudah, " jawab Samuel pasrah.
Ponsel Nesya dan Samuel tiba-tiba berbunyi, ada notifikasi. Nesya dan Samuel dengan kompaknya membuka chat video.
"Apa-apaan sih, " kesal Nesya yang mendapat kiriman video hubungan suami istri ketika sedang menanam bibit unggul. Nesya males sekali memutarnya. Kiriman itu ia dapat dari rekan kerjanya.
"Biar lu gak terlihat kikuk di depan suami lo saat bermain. Hahaha ... good lock Nesya, happy first night cantik. Muach. " (Chat )
Samuel pun sama, dirinya mendapat video itu dari teman kampusnya. Samuel juga sama, rasanya males untuk memutarnya.
"Percuma juga gue tonton dan pelajari. Toh gak akan pernah gue praktekin sama Nesya. Pernikahan gue emang Sah, tapi gue cuman suami bayarannya saja. Gue gak ada hak untuk meminta dia melayaniku. Dia paling berkuasa, apalah gue yang hanya butiran debu," batin Samuel.
"Aku mau mandi dulu, " sahut Samuel yang beranjak bangun lalu masuk kedalam kamar mandi.
Ketika Samuel tengah mandi, Nesya sangat penasaran dengan video itu. Pada akhirnya Nesya memutar dan menontonnya, agar tidak kedengaran suara seksi itu, Nesya menggunakan headset.
Nesya menelan saliva nya dengan kasar ketika menontonnya. Dirinya merasa merinding dan sedikit tergiur. Nesya terus menggigit bibir bawahnya, terlihat jelas dalam video itu kalau first night itu sangatlah indah. Apa lagi ketika Nesya mendengar suara-suara indah itu.
"Dih ... " Nesya yang tak kuat dirinya langsung menghentikan nontonnya.
"Percuma juga! Aku kan sama Samuel cuman nikah pura-pura. Samuel cuman suami bayaran ku. Dan dia gak punya hak untuk meminta ini. Meskipun aku mau sih, kek nya enak. " Nesya bergumam. Otak nya sudah traveling kemana-mana.
Samuel baru keluar dari kamar mandi. Tubuh Samuel hanya ditutupi lilitan handuk dari pinggang sampai atas lutut. Terlihat jelas bidang dada Samuel yang kekar, Samuel mengacak-acak rambutnya yang basah.
"My god. "
Nesya terperangah ketika dirinya melihat tubuh kekar suami bayarannya. Terlihat sangat seksi dan menggoda. Nesya menelan saliva nya dengan susah payah ketika Samuel berjalan melewatinya.
"Kamu gak mandi? " tanya Samuel yang kini sudah duduk di atas sofa.
"Gak! Takut di intip sama kamu, " ucap Nesya seperti biasa angkuh.
"Emang punyamu begitu sempurna apa hah! Sehingga suamimu ini dilarang intip. Hahaha ... " seloroh Samuel.
Ternyata Nesya salah menilai Samuel, Nesya pikir suami bayarannya itu pendiam dan jarang ngoceh.
"Ingat status kita itu apa? " Nesya bertanya dengan tatapan tajam seakan mau menerkam Samuel. Tatapan Nesya begitu membunuh.
"Suami-istri! " jawab Samuel santai yang kembali mengacak-acak rambutnya yang habis dikeramas.
"Iya tapi palsu! Ingat kau suami yang aku bayar. Di dalam surat perjanjian kan sudah jelas, jangan pernah ada rasa diantara kita, dan jangan pernah ikut campur masalah pribadiku, " ucap Nesya tegas.
Samuel hanya mengangguk saja. Nesya beranjak bangun dan berdiri tegak, ketika Nesya mau melangkah-kan kakinya gaun pengantinnya tak sengaja ia injak hingga membuat Nesya terjatuh.
Brukkk
"Aduh ... " pekik Nesya yang merasa sakit sebab dahinya terbentur lantai. Nesya jatuh tengkurep.
Samuel panik dan buru-buru beranjak bangun, Samuel membantu Nesya untuk bangun.
"Kamu tidak apa-apa? " tanya Samuel ketika Nesya sudah ia bantu bangun. Kini Nesya duduk di atas lantai. Sedangkan Samuel jongkok karena dirinya masih memakai handuk.
Nesya hanya menggeleng. Samuel menarik tangan kanan Nesya membantu Nesya untuk bangun, tangan Nesya tak sengaja menarik handuk Samuel hingga melorot.
"Aw ... apa itu? " jerit Nesya ketika melihat anak Samuel yang terlihat jelas di depan matanya. Nesya melongo, dan fokus melihat aset Samuel yang sedang tidur. Ini baru pertama kali Nesya melihat nya secara live.
"Kau-! " Samuel panik dan langsung menarik handuknya. Samuel kembali menutup nya menggunakan handuk.
"Sam, barusan apa?" tanya Nesya polos yang merasa tidak percaya dengan apa yang sudah ia lihat secara live barusan.
"Anak aku! Sekarang aku sudah tidak suci. Kau sudah nyolong star melihatnya. Pelit, padahal aku belum melihat punya kau, " protes Samuel kesal yang langsung mengambil pakaiannya di dalam tas.
"Sam, kok bentuknya lembek kek gitu?" tanya Nesya polos yang masih melongo, Nesya membandingkan dengan yang di video sama dengan yang barusan ia lihat.
"Maklum lah! Kan lagi tidur, " jawab Samuel kesal.
"Kalau di itu enak gak ya Sam? " tanya Nesya yang mulai traveling pikirannya. Nesya menggigit bibir bagian bawahnya ketika dirinya membayangkan video itu. Tak munafik bagi Nesya kalau ia ingin sekali merasakannya. Tubuhnya tiba-tiba saja lemas dan kembali terhempas di atas tempat tidur.
Samuel tidak terlalu merespon pertanyaan Nesya, dirinya ingin mematuhi apa yang sudah tertulis di surat kontrak.
Samuel sudah memakai pakaiannya dan merebahkan tubuhnya di atas sofa, Samuel mulai memejamkan kedua matanya. Sedangkan Nesya masih membayangkan video itu hingga pikirannya semakin traveling saja.
"Kenapa jadi membayangkan itu terus. Ah dasar ... gara-gara si Yulia. Aku jadi seperti orang gila kek gini, " gumam Nesya kesal dan rasa penasarannya semakin memuncak saja.
Samuel sudah masuk ke alam mimpi. Nesya masih asyik menonton video itu tadi belum sampai selesai menonton. Nesya sampai lupa mandi dan tidak mengganti pakaiannya.
"Kapan ya aku seperti wanita yang ada di video ini, " gumam Nesya semakin dibuat penasaran.
"Sial ... kenapa jadi terjebak seperti ini sih? " Nesya semakin menggerutu.
Ada rasa menyesal karena ia sudah membuat perjanjian konyol itu.
"Coba kalau gak ada! Mungkin bisa kali ya aku coba dengan suami bayaran ku. Kan meskipun dia dibayar tapi kan pernikahan ini sah di mata agama maupun hukum. " Nesya kembali bermonolog.
Pada akhirnya Nesya menghapus video itu, sebab dirinya merasa tersiksa. Tak lama kemudian Nesya pun masuk ke alam mimpi.
"Baby aku sangat menginginkannya. Ini kan first night kita, masa sih kamu tidak menginginkannya juga, " ucap Samuel yang membangunkan tidur Nesya. Tangan Samuel yang nakal mampu membangunkan tidur Nesya yang nyenyak."Hentikan! " Nesya memegang tangan Samuel yang sedari tadi berkelana ke tempat yang enak untuk di jajah."Kau mau aku denda? " tanya Nesya yang langsung beranjak bangun.Namun, dengan gesitnya Samuel menghimpit Nesya hingga kini Nesya berapa dalam kungkungan Samuel. Cengkraman tangan Samuel begitu kuat sehingga Nesya tidak bisa berkutik lagi."Aku tidak perduli dengan denda yang harus aku bayar, Baby! Malam ini adalah malam spesial untuk kita. " Samuel tersenyum simpul ia menatap dalam wajah Nesya yang mulai tegang.Detak jantung Nesya mulai loncat-loncat tak karuan, tatapan Samuel mampu membuat Nesya terhanyut."Apakah tidak akan dosa? " tanya N
"Ah aku rubah saja surat kontrak itu dari pada aku mati penasaran kek gini, " gumamnya. Nesya beranjak bangun dan mengambil sebuah berkas yang isinya surat kontrak di dalam laci meja kerjanya. Nesya merobek surat kontrak itu. Dan akan merubah salah satu isi di dalamnya.Samuel yang baru saja datang langsung menuju ke ruangan kerjanya Nesya.Tok... tok ... tok..."Baby ... apakah aku boleh masuk? " sahut Samuel di ambang pintu ruangan kerja Nesya."Boleh! Masuk saja, " teriak Nesya yang sedang fokus membuat surat kontrak baru.CeklekSamuel membuka pintu dan masuk kedalam ruangan."Kok berantakan kek gini? " tanya Samuel heran. Dahinya mengkerut ketika melihat robekan kertas yang berserakan di lantai."Itu surat kontrak pernikahan kita sudan aku robek. Dan sekarang aku lagi buat yang baru jadi kau diam dan
Malam telah tiba, entah kenapa malam ini malah menjadi malam yang begitu menegangkan bagi Nesya. Entah apa yang akan terjadi dengan malam ini, Nesya begitu tampak gugup. Sesekali Nesya mengatur nafasnya, Nesya menarik nafas panjang lalu membuangnya secara perlahan-lahan."Kenapa malam ini tubuhku gemetar seperti ini? Apa yang akan terjadi? My god, tubuhku terasa panas dingin, " gumam Nesya.Nesya kini sedang duduk di depan meja riasnya. Nesya terus menyisir rambutnya. Nesya masih bermalam di rumah Mommy Gresya, sebab sang Mommy belum siap jika harus ditinggal. Tiara di rumah barunya untuk sementara waktu Samuel titipkan kepada Baby Sister.Saat ini Samuel sedang berada di dalam kamar mandi. Samuel sedang membersihkan tubuhnya. Bukan Nesya saja yang merasakan keanehan malam ini, begitu pun Samuel, dirinya tampak tegang."Duh ... gara-gara kejadian tadi siang pikiranku traveling terus
Samuel baru keluar dari dalam kamar mandi. Tubuhnya hanya ditutupi oleh handuk, dari pinggang sampai atas lutut. Nesya kembali terperangah ketika dirinya melihat bidang dada Samuel yang kekar itu. Nesya masih duduk di depan cermin meja riasnya. Bayangan Samuel terlihat jelas didalam cermin. dengan susah payah Nesya menelan saliva nya ketika melihat Samuel berjalan menuju ke arahnya."Duh... kok dia makin mendekat kesini sih, apakah malam ini akan terjadi," ucap Nesya dalam hatinya.Samuel semakin mendekat saja, ketika mendekat Samuel langsung memeluk Nesya dari arah belakang, "Apakah aku boleh memelukmu seperti ini?" tanya Samuel berbisik."Kau kan suamiku. Tentu boleh," ucap Nesya terdengar sangat kaku."Tapi aku hanya suami bayaran kamu, Nesya." Samuel mencium aroma wangi di tubuh Nesya, aroma wangi itu membuat Samuel semakin ingin terus memeluk Nesya."Iya tapi pernikahan kita
Samuel baru saja tiba di kantor tempat Nesya bekerja. Samuel segera menuju ke ruangan kerja Nesya yang berada di lantai 5. Ketika Samuel berada di dalam lift, dering ponselnya berbunyi. Ada telepon dari Nesya. "Iya Baby, ada aku lagi di dalam lift, " ucap Samuel ketika dirinya sudah menjawab telepon dari Nesya. "Lama banget sih, " ucap Nesya sinis. "Macet! Baby macet. " Samuel kesal juga dengan sikap Nesya yang tidak sabaran seperti itu. Tut! Nesya menekan tombol warna merah, dirinya memutuskan sambungan teleponnya. "Dadar perawan tua," kesal Samuel. Di tempat makan siang yang nantinya dihadiri Nesya juga. Di sana sudah tampak Leonard dan Desy, keduanya menggunakan warna pakaian yang senada. Rupanya Desy dan Leonard tidak mau kalah juga. Kedatangan Leonard dan Desy disambut hangat ol
Suasana malam terasa begitu dingin, angin lembut menerobos celah-celah jendela kamar yang setengah terbuka. Nesya masih berbaring membelakangi Samuel, wajahnya sedikit kusut, namun matanya tak mampu menutup sepenuhnya. Hati kecilnya bergejolak, tak mampu sepenuhnya mengabaikan kehadiran pria di sampingnya. Samuel, meski terlihat cuek, perlahan mulai merasakan perubahan suasana di kamar itu. "Ingat, Nesya, ingat, dia hanya suami bayaran. Bukan suami sesungguhnya," batin Nesya menggerutu. Tanpa ia sadari, Samuel — suami bayarannya sedang memandangi punggung Nesya yang masih terlihat tegang. Sepertinya Ia merasakan sesuatu yang berbeda malam ini. Bukan hanya dingin yang menelusup ke dalam tubuhnya, tetapi juga ketegangan di antara dirinya dan wanita yang selalu Ia bilang 'Perawan tua' yang sudah terjalin belum lama ini.Ya, Samuel akui, ini hanya pernikahan kontrak, dan ada batasan yang harus Samuel jaga. “Nona Nesya,” gumam Samuel pelan, nyaris berbisik.Nesya tak merespons, tetap d
Samuel terbangun dengan perasaan yang berbeda dari biasanya. Matahari baru saja menampakkan diri, sinarnya perlahan menyusup melalui celah-celah tirai kamar yang masih setengah tertutup. Di sampingnya, Nesya masih terbaring, napasnya terdengar pelan dan tenang, seolah mimpi-mimpi malam sebelumnya memberikan ketenangan bagi dirinya. Padahal, Nesya hanya pura-pura tidur. Samuel menoleh, memperhatikan wajah Nesya yang damai dalam tidurnya. Perlahan, ia menyadari apa yang baru saja terjadi antara mereka. Tadi malam bukan hanya sekadar pelepasan hasrat, tapi juga momen yang mengubah cara pandangnya terhadap Nesya. Ada sesuatu yang berbeda saat ia menyentuh Nesya, perasaan yang tak pernah ia duga sebelumnya. Ia mendekatkan tubuhnya ke Nesya, memeluknya dari belakang dengan hangat. “Nona Nesya...” bisiknya lembut di telinga wanita itu, suaranya penuh dengan kehangatan yang baru ditemukannya. Nesya membuka matanya. Ia menarik napas dalam, menyadari sesuatu yang membuatnya sedikit terkejut
Nesya dan Samuel akhirnya keluar dari kamar, rambut Nesya masih basah karena baru saja selesai mandi. Samuel mengikuti di belakangnya dengan wajah santai dan tersenyum. Mereka berdua berjalan menuju ruang makan di mana Mommy Gresya sudah menyiapkan sarapan. Mommy Gresya memperhatikan keduanya dengan tatapan hangat, meskipun dalam hatinya ia tahu betul apa yang mungkin telah terjadi. "Selamat pagi," sapanya sambil meletakkan piring roti panggang di meja. "Kalian terlihat segar pagi ini." Mommy Gresya menggoda.Nesya merasa pipinya mulai memanas mendengar ucapan itu, tapi dia tetap berusaha menjaga sikap. "Pagi, Mom. Maaf ya kalau kita agak telat."Mommy Gresya tersenyum tipis dan melirik Nesya dengan tatapan yang sulit dijelaskan. "Tidak apa-apa, Sayang."Setelah selesai sarapan bersama, Nesya dan Samuel bersiap-siap untuk pindah ke rumah baru. Mereka tahu bahwa pindah adalah keputusan yang tepat, agar tidak terlalu berada di bawah pengawasan Mommy Gresya yang selalu saja mencurigai h
Setelah ulang tahun kelima Samudra, kehidupan Samuel dan Nesya berjalan dengan penuh kebahagiaan dan keberhasilan. Samuel telah menjadi pengusaha muda yang sukses, mengelola bisnisnya dengan bijak, dan telah diakui sebagai salah satu pengusaha paling berpengaruh di negeri ini. Hari-harinya dipenuhi dengan kesibukan mengembangkan perusahaan, namun ia tak pernah melupakan perannya sebagai suami dan ayah yang penuh perhatian.Samuel duduk di ruang kerjanya yang besar. Ia menatap jendela yang menghadap ke kota, sambil mengenang perjalanannya yang penuh liku. Dari seorang pelayan kafe, ia kini menjadi sosok yang dipandang oleh banyak kalangan bisnis. Kesuksesannya tidak datang begitu saja—setiap langkah yang ia tempuh selalu disertai dengan kerja keras, dedikasi, dan dukungan dari Nesya.Pintu ruang kerjanya terbuka perlahan, dan Nesya masuk dengan senyuman di wajahnya. Ia memegang secangkir kopi untuk Samuel, seperti biasa. "Pagi, sayang. Sedang apa?" tanyanya sambil menaruh cangkir di me
Lima tahun telah berlalu dengan cepat, dan hari ini adalah hari istimewa bagi keluarga kecil Samuel dan Nesya. Mereka sedang bersiap-siap merayakan ulang tahun Samudra yang kelima, anak laki-laki yang menjadi pusat perhatian dan cinta dalam keluarga ini. Rumah besar mereka dihiasi balon warna-warni, tawa anak-anak terdengar menggema di halaman belakang yang dipenuhi dekorasi bertema bajak laut—tema favorit Samudra.Nesya memandang dari jendela dapur, tersenyum melihat putranya yang tengah berlarian dengan teman-temannya. "Sudah lima tahun," katanya pelan sambil mengaduk minuman, seolah tak percaya waktu berlalu begitu cepat. “Samudra sudah besar, ya, Sam?"Samuel, yang tengah merapikan dasi dan menyiapkan diri untuk menyambut tamu, mendekat dan melingkarkan lengannya di pinggang Nesya dari belakang. "Iya, dan rasanya baru kemarin kita membawanya pulang dari rumah sakit," ucapnya lembut, mencium puncak kepala Nesya."Aku masih ingat bagaimana kamu panik waktu aku kontraksi. Sekarang, l
Di ruang tunggu rumah sakit, Samuel berjalan bolak-balik, berulang kali melirik pintu ruang operasi dengan ekspresi gelisah. Mommy Gresya duduk di salah satu kursi dengan tangan terlipat di pangkuannya, bibirnya komat-kamit berdoa, menahan perasaan cemas yang menggantung di udara."Samuel, duduklah dulu, nak. Kamu nggak bisa terus-terusan seperti ini," kata Mommy Gresya lembut, berusaha menenangkan Samuel yang tak bisa berhenti bergerak.Samuel menggeleng. "Aku nggak bisa, Mom. Aku terlalu khawatir. Nesya... dia pasti kesakitan di dalam sana. Aku seharusnya bisa melakukan sesuatu. Kenapa harus operasi cesar?""Ini yang terbaik untuknya dan bayi kalian. Dokter sudah bilang begitu. Kamu harus percaya."Samuel menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri, tapi hatinya tetap berdebar kencang. "Aku tahu... Aku cuma nggak bisa tenang. Semua ini terasa begitu cepat."Mommy Gresya berdiri dan meraih tangan Samuel, menggenggamnya erat. "Samuel, kamu harus kuat. Nesya butuh kamu saat ini. K
Beberapa bulan kemudian... Nesya sedang duduk di ruang tamu, menyesap teh hangat sambil menikmati pagi yang tenang. Tiba-tiba, perutnya terasa kencang, disusul dengan nyeri yang merambat ke punggung bawah. Dia terdiam sejenak, menaruh cangkirnya dan meraba perutnya yang besar, berusaha menenangkan diri. Mungkin hanya Braxton Hicks, pikirnya—kontraksi palsu yang biasa terjadi di akhir kehamilan. Namun, rasa sakit itu semakin lama semakin kuat, membuatnya meringis dan sedikit mengerang."Samuel!" panggilnya, suaranya bergetar karena mulai merasa panik.Samuel, yang sedang berada di dapur, segera menghampiri Nesya. "Apa yang terjadi, sayang?" tanyanya, tatapannya penuh kekhawatiran. Dia berlutut di samping Nesya, meraih tangannya yang dingin.Nesya menatap Samuel dengan mata berkaca-kaca. "Aku... aku rasa kontraksi ini berbeda, Sam. Sakit sekali... lebih dari sebelumnya."Samuel langsung waspada. "Ini mungkin sudah waktunya. Kamu pasti mulai melahirkan," ujarnya, meski tetap berusaha te
Suasana rumah Nesya dan Samuel semakin tenang dan penuh cinta sejak Samuel memutuskan berhenti bekerja sebagai pelayan kafe. Ia sekarang fokus menyelesaikan kuliahnya, dan di sela-sela itu, Samuel juga mengambil peran sebagai suami siaga untuk Nesya yang tengah hamil besar. Setiap pagi, Samuel selalu menyiapkan sarapan untuk Nesya, mengantar dan menjemputnya ke dokter, dan belajar lebih banyak tentang bisnis keluarga Nesya. Ia tahu, Nesya ingin menyerahkan tanggung jawab besar itu padanya.Saat mereka sarapan di dapur yang hangat dan penuh dengan aroma kopi, Samuel melihat Nesya memandanginya dengan senyum kecil."Ada apa?" Samuel bertanya sambil menyuapkan roti panggang ke mulutnya.Nesya menggeleng pelan. "Aku cuma merasa sangat beruntung punya kamu di hidupku. Kamu sekarang belajar banyak soal bisnis perusahaan, dan kamu begitu perhatian padaku. Aku benar-benar berterima kasih."Samuel tersenyum lembut, lalu meraih tangan Nesya. "Aku juga sangat bersyukur, Nes. Aku tahu kamu sudah
Acara syukuran untuk kandungan Nesya yang sudah memasuki usia tujuh bulan digelar dengan meriah. Dekorasi indah berwarna lembut menghiasi rumah mereka, dan tamu-tamu mulai berdatangan. Musik lembut mengalun di latar belakang, menyambut kerabat dan teman yang datang dengan wajah ceria. Samuel dan Nesya berdiri di pintu masuk, menyambut setiap tamu dengan senyum hangat."Selamat, Nesya! Kamu kelihatan sangat bahagia," ujar salah satu teman lama Nesya, sembari memeluknya dengan hangat.Nesya tersenyum lebar, tangannya dengan lembut menyentuh perutnya yang membesar. "Terima kasih. Aku memang sangat bahagia, semua ini seperti mimpi."Samuel berdiri di sampingnya, memegang tangannya dengan erat. "Kami benar-benar bersyukur atas semua dukungan dari kalian semua. Ini momen yang sangat spesial bagi kami," kata Samuel sambil memandang Nesya dengan penuh cinta.Di tengah suasana yang ceria itu, Leonard dan Desy tidak bisa menutupi rasa iri mereka. Mereka berdiri di sudut ruangan, menatap acara s
Seminggu telah berlalu.Berita tentang pernikahan Nesya dan Samuel menyebar cepat, seperti api yang tersulut angin. Leonard dan Desy, yang merasa iri dengan kebahagiaan Nesya, memanfaatkan masa lalu hubungan kontrak Nesya dan Samuel untuk merusak reputasi Nesya dan Samuel. Mereka mulai menyebarkan kabar bahwa Samuel, yang dianggap hanya seorang pelayan kafe, sebenarnya dibayar oleh Nesya untuk berpura-pura menjadi suaminya. Tujuannya? Agar Nesya tidak dicap sebagai "perawan tua" oleh lingkungan sosialnya. Desy bahkan membawa bukti berupa dokumen perjanjian lama mereka dan menunjukkan kepada publik.Tak butuh waktu lama, berita tersebut menjadi viral di media sosial. Orang-orang mulai membicarakan hubungan mereka dengan nada cemoohan, menyindir bahwa pernikahan itu hanya sebuah sandiwara.Berita itu langsung menyebar ke mana-mana, menjadi pembicaraan di media sosial, di kantor Nesya, bahkan di kafe tempat Samuel bekerja. Desy dengan senang hati memamerkan “bukti” bahwa Nesya membayar S
Satu bulan berlalu sejak percakapan serius antara Nesya, Samuel, dan Mommy Gresya. Kehidupan mereka tampak semakin harmonis, hubungan mereka yang sebelumnya diliputi kebohongan kini terasa lebih terbuka dan dipenuhi cinta. Samuel pun tidak pernah meninggalkan sisi Nesya, berusaha memberikan perhatian dan kasih sayang yang penuh.Pukul tujuh pagi, Nesya yang tengah duduk di meja makan bersama Samuel mulai merasa pusing. Pandangannya berkunang-kunang dan perutnya terasa mual hebat. “Aku nggak enak badan,” Nesya berbisik sambil menekan perutnya. Samuel yang sedang menikmati sarapan langsung menoleh. "Kamu kenapa, Sayang?" tanyanya khawatir. Nesya menggelengkan kepala, tetapi sebelum dia sempat berkata apa-apa, tubuhnya terasa lemas dan pandangannya semakin buram. “Aku... ” ucapnya pelan sebelum tubuhnya benar-benar limbung dari kursi.Samuel yang panik segera berdiri dan menangkap tubuh Nesya sebelum jatuh. “Nesya! Nesya!” panggilnya dengan suara penuh kepanikan. Dia segera menggendong
Ruangan rumah sakit yang tadinya hening perlahan diwarnai oleh suara langkah-langkah perawat yang lalu-lalang. Di kamar rawat biasa, Mommy Gresya sudah siuman dan dipindahkan dari ruang ICU. Wajahnya tampak lebih segar, meski matanya masih menyiratkan kekecewaan yang mendalam. Nesya duduk di samping tempat tidurnya, menggenggam tangan sang ibu dengan hati-hati."Mommy... Aku benar-benar minta maaf," suara Nesya terdengar lemah namun tulus. Ia menunduk, tidak berani menatap langsung ke mata ibunya. Mommy Gresya menghela napas panjang, menatap jendela dengan tatapan yang kosong. “Kenapa kamu nggak cerita dari awal, Nesya? Kamu pikir, menutupi ini semua akan membuatku bahagia?”Nesya menelan ludah, hatinya terasa berat. “Aku nggak bermaksud menyakiti Mommy... Aku hanya takut, takut kalau Mommy nggak setuju dengan keputusan yang aku buat. Waktu itu... semuanya terasa seperti satu-satunya jalan keluar.”Mommy Gresya memutar tubuhnya perlahan, menatap Nesya dengan tatapan yang tajam. “Pern