Samuel dan Nesya semakin terhanyut dengan tatapan itu. Apa lagi bibir keduanya masih menyatu. Rasanya berat untuk di lepas. Keduanya memejamkan kedua matanya, ini untuk pertama kalinya buat Samuel atau Nesya.
"Nona! Tuan, kalian sedang apa? " tanya salah satu pegawai salon.
Samuel dan Nesya langsung membuka matanya lebar-lebar, baru saja keduanya mau mulai. Tapi tidak jadi karena adanya pengganggu. Setelah mengganggu Samuel dan Nasya, perempuan itu pun nyelonong pergi.
"Bagaimana akting aku Baby? bagus kan? " tanya Samuel ketika sudah berada di halaman rumah Nesya.
"Lumayan. Tapi kau tidak sopan! Kau beraninya mencium tanganku, " ucap Nesya ketus.
"Kalau tidak begitu, Mommy kamu tidak akan percaya. Kan kata kamu, aku harus bisa meyakinkan semua orang termasuk Mommy kamu kalau aku sangat mencintai kamu, " ucap Samuel.
"Iya! " Nesya masih ketus.
"Ya sudah. Aku pamit pulang. " Samuel tak kalah ketusnya.
*******
3 hari setelah acara lamaran selesai, kabar berita soal pernikahan Samuel dan Nesya sudah tersebar luas. Leonard dan Desy sangat dikejutkan dengan berita itu. Apa lagi usia calon suami Nesya jauh lebih muda.
"Sayang kok bisa sih si Nesya mendapatkan calon suami berondong kek gini. " Desy kesal. Dirinya merasa iri dengan keberuntungan Nesya. Apa lagi penampilan Samuel sekarang jauh berbeda dengan penampilan yang sebelumnya. Samuel terlihat seperti pria berkelas, makin gagah tampan dan cool.
"Ya mana aku tahu! Kena pelet kali. Apa pemuda itu hanya mengincar harta Nesya. " Leonard mulai berfikiran buruk tentang Samuel.
"Menyebalkan! " Desy semakin terlihat marah, kesal dan tentunya dengki.
Dan kini Samuel sudah tinggal di rumah pemberian Nesya, Samuel tinggal bersama kedua orang tua palsunya Samuel. Ada Tiara juga, Samuel tidak mau berpisah dengan adik perempuannya itu. Samuel juga sudah berpamitan kepada Ibu Panti dan yang lainnya. Tapi Samuel tidak menceritakan masalah tentang dirinya dengan Nesya.
"Bang, jadi Tante Nesya itu calon istri abang? " tanya Tiara.
"Iya! Jelek dan udah tua ya dek! " Samuel menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal. Tanpa Samuel dan Tiara sadari kalau Nesya ada di ambang pintu mendengarkan percakapan antara Samuel dan Tiara.
Sialan! Dia ngatain aku jelek dan tua.
Nesya mulai kesal dan mengepal kedua tangannya. Nesya emang gak pernah terima kalau ada yang mengatakan kalau dirinya iyu tua.
"Iya Kak. Tapi cantik kok. Baik lagi, " ucap Tiara memuji Nesya.
"Cantik kalau dilihat dari sedotan dek, hahahaha ... " seloroh Samuel membuat Nesya semakin geram saja.
Nesya pun masuk kedalam kamar Tiara.
"Tiara sayang ... boleh tante pinjam abang nya dulu! " sahut Nesya mengejutkan Samuel dan Tiara.
"Oh boleh Tante. Tiara keluar dulu. Kebetulan tiara sangat lapar, " ucap Tiara yang langsung saja keluar dari dalam kamar.
Setelah Tiara keluar, Nesya langsung menarik kerah pakaiannya Samuel.
"Kamu ngatain aku jelek dan ngatain aku tua juga hah? " Nesya semakin menarik kerah pakaiannya Samuel hingga membuat Samuel yang duduk sampai berdiri. Kini jarak keduanya begitu sangat dekat.
"Emang my baby sudah tua-kan? " tanya Samuel. Pertanyaan Samuel sangat tidak suka, Nesya tidak mau di bilang tua.
"Ish ... " Nesya geram dan refleks mendorong tubuh Samuel hingga terhempas ke atas tempat tidur. Nesya juga sama tubuhnya ikut terhempas sebab tangan Nesya ketarik tangan Samuel. Dan Nesya terjatuh menindih Samuel.
Deg
Detak jantung keduanya berdegup sangat cepat berbeda dari biasanya. Nesya dan Samuel tengah menikmati saling pandang hingga tak berkedip.
Anak kesayangan Samuel pun terbangun, Samuel baru pertama kali merasakan hal seperti ini.
Sensasi apa ini? Kenapa anakku bangun? Baru berdekatan seperti ini sudah membuat tubuh ku panas dingin. My god ... apakah nanti ketika aku menjadi suaminya, dia akan menyiksa ku.
"Nesya, bisa turun gak? Berat tahu, " sahut Samuel memecahkan pandangan mata Nesya yang tengah asik memandang wajah Samuel.
"Sorry! " Nesya begitu ketus dan menahan malu. Nesya pun beranjak bangun.
"Kau sudah membangunkan anak ku! " kesal Samuel.
"Anak? " Nesya sama sekali tidak mengerti apa yang dimaksud Samuel.
"Anak kamu? Siapa anak kamu? Mana anak kamu? " tanya Nesya penasaran.
"Apakah harus aku tunjukan? " tanya Samuel yang langsung beranjak bangun dan segera masuk kedalam kamar mandi.
"Dasar aneh, " desis Nesya.
"Ish ... " Nesya beranjak bangun. Wajahnya merona, dirinya merasa sangat malu.
Berbeda dengan Samuel dirinya terus tersenyum mesem sembari menyentuh bibirnya.
"Kenapa senyum-senyum kek gitu?" tanya Nesya ketus.
"Ternyata bibirmu manis, " goda Samuel membuat Nesya semakin malu dan wajahnya semakin merona. Nesya jadi teringat kepada Leonard yang dulu sering menggodanya hingga akhirnya menyakitinya.
"Aku tidak boleh sampai kepancing sama rayuannya. Semua laki-laki sama saja brengsek. Buktinya Daddy juga ninggalin Mommy demi wanita lacur itu. Sorry Sam, kamu emang tampan tapi aku tidak akan tergoda dengan rayuan murahan mu itu, " batin Nesya.
Nesya pun nyelonong pergi keluar dari salon, Samuel pun ikut menyusul.
****
Di Rumah kediaman Mommy Gresya.
"Nesya, ini pacar kamu? " tanya Mommy Nesya. Dirinya merasa tidak percaya kalau pacar Nesya usianya lebih muda dari Nesya, terpaut 12 tahun. Mommy Gresya merasa tidak percaya dan malah takut pria berondong ini memanfaatkan Nesya.
"Iya Mommy. Ini Samuel pacar Nesya. Sebenarnya Nesya sudah lama berpacaran dengan Sam, tapi kita berdua memutuskan untuk tertutup. " Nesya berusaha untuk meyakinkan Mommy-nya.
"Iya Tante. Sam adalah pacarnya Nesya, kami berpacaran sudah hampir 1 tahun. Sam sangat mencintai Nesya, menurutku dia wanita hebat. Jika Tante mengizinkan dan merestui hubungan Sam dan Nesya, malam ini Sam akan melamar Nesya," ucap Sam mencoba untuk tenang agar tidak terlihat kaku di depan Mommy Gresya.
"Kalian serius? " Mommy Gresya masih tidak percaya.
"Sam serius Tante. Sam ingin menjadi pendamping putri Tante ini. " Sam meraih tangan kanan Nesya dan menggenggamnya dengan sangat erat.
"Nesya, pantes saja kau selalu menentang jika Mommy minta kau segera menikah dan menolak dijodohkan. Ternyata kau sudah punya kekasih berondong, " seru Mommy Gresya yang sudah percaya kalau Nesya dan Samuel itu ada hubungan.
Samuel dan Nesya pun kini bisa bernafas dengan lega. Sam masih memegang erat tangan Nesya.
"Jadi Tante merestui hubungan kami? " tanya Samuel. Sikap Samuel terlihat tenang dan sangat dewasa.
"Iya Tante setuju. Malam ini Tante tunggu kedatangan kamu dan keluarga kamu, " ucap Mommy Gresya.
"Alhamdulilah ... My Baby akhirnya kita dapat restu dari Mommy, " seru Samuel menatap wajah Nesya.
Samuel mencium tangan Nesya didepan Mommy Gresya, "Terima kasih Tante. Terima kasih juga sudah melahirkan wanita hebat seperti Nesya. Aku sangat bahagia sekali. " Samuel kembali mencium tangan Nesya.
"Kalian berdua sweet benget sih, " seru Mommy Gresya melihat kemesraan antara Nesya dan Samuel.
"Dih ... Samuel mencari kesempatan dalam kesempitan. Tangan ku dia cium-cium di depan Mommy. Awas kau, aku denda, " batin Nesya.
"My Baby, Tante! Samuel pamit dulu. Nanti malam aku akan datang kembali untuk melamar. " Samuel mencium punggung tangan Mommy Gresya lalu mencium keningnya Nesya.
"My Baby, aku pulang dulu." Samuel melebarkan senyuman nya sehingga lesung pipinya terlihat jelas. Nesya malah bengong, dirinya tidak percaya kalau Samuel akan berani mencium keningnya di depan Mommy-nya.
Nesya menyentuh dahinya yang habis di sun oleh Samuel.
"My Baby, kok bengong. Gak rela ya aku pulang. " Samuel menggoda Nesya membuat Nesya tercengang dan wajahnya memerah.
"Ish ... " Nesya mengangkat bibir bagian atasnya. Nesya sebal mendengarnya.
"Ya sudah, aku pulang dulu. " Samuel beranjak berdiri, Samuel mengacak acak puncak rambut Nesya. Samuel semakin keren saja berperan sebagai kekasih Nesya.
"Tante, Samuel pamit. "
Mommy Gresya mengangguk.
"Mommy, Nesya antar Samuel dulu ke depan, " ucap Nesya dan Mommy Gresya kembali mengangguk.
"Saya terima nikah dan kawinnya Nesya Nirmala Binti Bapak Anjas Nirwana dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan emas berlian 250 gram, serta uang 2M di bayar TUNAI. ""Bagaimana saksi, SAH? "SAH!Alhamdulilah ...Cukup dengan satu tarikan nafas Samuel dengan lantangnya mengucapkan janji suci pernikahan di depan Allah, penghulu dan para saksi.Nesya meraih tangan kanan Samuel dan mencium punggung tangan Samuel yang kini sudah sah menjadi suaminya. Kecupan hangat mendarat di keningnya Nesya, Samuel memberanikan diri agar semua orang yakin dan percaya kalau Nesya sekarang istrinya dan agar mereka percaya kalau Nesya dan Samuel menikah atas dasar cinta bukan sandiwara."I love you my baby, sekarang kau adalah istriku. Kau sekarang sudah menjadi ratu di hatiku, " ucap Samuel dengan lantangnya di depan para tamu undangan. Ada Mommy Gresya dan Daddy Anjas.
"Baby aku sangat menginginkannya. Ini kan first night kita, masa sih kamu tidak menginginkannya juga, " ucap Samuel yang membangunkan tidur Nesya. Tangan Samuel yang nakal mampu membangunkan tidur Nesya yang nyenyak."Hentikan! " Nesya memegang tangan Samuel yang sedari tadi berkelana ke tempat yang enak untuk di jajah."Kau mau aku denda? " tanya Nesya yang langsung beranjak bangun.Namun, dengan gesitnya Samuel menghimpit Nesya hingga kini Nesya berapa dalam kungkungan Samuel. Cengkraman tangan Samuel begitu kuat sehingga Nesya tidak bisa berkutik lagi."Aku tidak perduli dengan denda yang harus aku bayar, Baby! Malam ini adalah malam spesial untuk kita. " Samuel tersenyum simpul ia menatap dalam wajah Nesya yang mulai tegang.Detak jantung Nesya mulai loncat-loncat tak karuan, tatapan Samuel mampu membuat Nesya terhanyut."Apakah tidak akan dosa? " tanya N
"Ah aku rubah saja surat kontrak itu dari pada aku mati penasaran kek gini, " gumamnya. Nesya beranjak bangun dan mengambil sebuah berkas yang isinya surat kontrak di dalam laci meja kerjanya. Nesya merobek surat kontrak itu. Dan akan merubah salah satu isi di dalamnya.Samuel yang baru saja datang langsung menuju ke ruangan kerjanya Nesya.Tok... tok ... tok..."Baby ... apakah aku boleh masuk? " sahut Samuel di ambang pintu ruangan kerja Nesya."Boleh! Masuk saja, " teriak Nesya yang sedang fokus membuat surat kontrak baru.CeklekSamuel membuka pintu dan masuk kedalam ruangan."Kok berantakan kek gini? " tanya Samuel heran. Dahinya mengkerut ketika melihat robekan kertas yang berserakan di lantai."Itu surat kontrak pernikahan kita sudan aku robek. Dan sekarang aku lagi buat yang baru jadi kau diam dan
Malam telah tiba, entah kenapa malam ini malah menjadi malam yang begitu menegangkan bagi Nesya. Entah apa yang akan terjadi dengan malam ini, Nesya begitu tampak gugup. Sesekali Nesya mengatur nafasnya, Nesya menarik nafas panjang lalu membuangnya secara perlahan-lahan."Kenapa malam ini tubuhku gemetar seperti ini? Apa yang akan terjadi? My god, tubuhku terasa panas dingin, " gumam Nesya.Nesya kini sedang duduk di depan meja riasnya. Nesya terus menyisir rambutnya. Nesya masih bermalam di rumah Mommy Gresya, sebab sang Mommy belum siap jika harus ditinggal. Tiara di rumah barunya untuk sementara waktu Samuel titipkan kepada Baby Sister.Saat ini Samuel sedang berada di dalam kamar mandi. Samuel sedang membersihkan tubuhnya. Bukan Nesya saja yang merasakan keanehan malam ini, begitu pun Samuel, dirinya tampak tegang."Duh ... gara-gara kejadian tadi siang pikiranku traveling terus
Samuel baru keluar dari dalam kamar mandi. Tubuhnya hanya ditutupi oleh handuk, dari pinggang sampai atas lutut. Nesya kembali terperangah ketika dirinya melihat bidang dada Samuel yang kekar itu. Nesya masih duduk di depan cermin meja riasnya. Bayangan Samuel terlihat jelas didalam cermin. dengan susah payah Nesya menelan saliva nya ketika melihat Samuel berjalan menuju ke arahnya."Duh... kok dia makin mendekat kesini sih, apakah malam ini akan terjadi," ucap Nesya dalam hatinya.Samuel semakin mendekat saja, ketika mendekat Samuel langsung memeluk Nesya dari arah belakang, "Apakah aku boleh memelukmu seperti ini?" tanya Samuel berbisik."Kau kan suamiku. Tentu boleh," ucap Nesya terdengar sangat kaku."Tapi aku hanya suami bayaran kamu, Nesya." Samuel mencium aroma wangi di tubuh Nesya, aroma wangi itu membuat Samuel semakin ingin terus memeluk Nesya."Iya tapi pernikahan kita
Samuel baru saja tiba di kantor tempat Nesya bekerja. Samuel segera menuju ke ruangan kerja Nesya yang berada di lantai 5. Ketika Samuel berada di dalam lift, dering ponselnya berbunyi. Ada telepon dari Nesya. "Iya Baby, ada aku lagi di dalam lift, " ucap Samuel ketika dirinya sudah menjawab telepon dari Nesya. "Lama banget sih, " ucap Nesya sinis. "Macet! Baby macet. " Samuel kesal juga dengan sikap Nesya yang tidak sabaran seperti itu. Tut! Nesya menekan tombol warna merah, dirinya memutuskan sambungan teleponnya. "Dadar perawan tua," kesal Samuel. Di tempat makan siang yang nantinya dihadiri Nesya juga. Di sana sudah tampak Leonard dan Desy, keduanya menggunakan warna pakaian yang senada. Rupanya Desy dan Leonard tidak mau kalah juga. Kedatangan Leonard dan Desy disambut hangat ol
Suasana malam terasa begitu dingin, angin lembut menerobos celah-celah jendela kamar yang setengah terbuka. Nesya masih berbaring membelakangi Samuel, wajahnya sedikit kusut, namun matanya tak mampu menutup sepenuhnya. Hati kecilnya bergejolak, tak mampu sepenuhnya mengabaikan kehadiran pria di sampingnya. Samuel, meski terlihat cuek, perlahan mulai merasakan perubahan suasana di kamar itu. "Ingat, Nesya, ingat, dia hanya suami bayaran. Bukan suami sesungguhnya," batin Nesya menggerutu. Tanpa ia sadari, Samuel — suami bayarannya sedang memandangi punggung Nesya yang masih terlihat tegang. Sepertinya Ia merasakan sesuatu yang berbeda malam ini. Bukan hanya dingin yang menelusup ke dalam tubuhnya, tetapi juga ketegangan di antara dirinya dan wanita yang selalu Ia bilang 'Perawan tua' yang sudah terjalin belum lama ini.Ya, Samuel akui, ini hanya pernikahan kontrak, dan ada batasan yang harus Samuel jaga. “Nona Nesya,” gumam Samuel pelan, nyaris berbisik.Nesya tak merespons, tetap d
Samuel terbangun dengan perasaan yang berbeda dari biasanya. Matahari baru saja menampakkan diri, sinarnya perlahan menyusup melalui celah-celah tirai kamar yang masih setengah tertutup. Di sampingnya, Nesya masih terbaring, napasnya terdengar pelan dan tenang, seolah mimpi-mimpi malam sebelumnya memberikan ketenangan bagi dirinya. Padahal, Nesya hanya pura-pura tidur. Samuel menoleh, memperhatikan wajah Nesya yang damai dalam tidurnya. Perlahan, ia menyadari apa yang baru saja terjadi antara mereka. Tadi malam bukan hanya sekadar pelepasan hasrat, tapi juga momen yang mengubah cara pandangnya terhadap Nesya. Ada sesuatu yang berbeda saat ia menyentuh Nesya, perasaan yang tak pernah ia duga sebelumnya. Ia mendekatkan tubuhnya ke Nesya, memeluknya dari belakang dengan hangat. “Nona Nesya...” bisiknya lembut di telinga wanita itu, suaranya penuh dengan kehangatan yang baru ditemukannya. Nesya membuka matanya. Ia menarik napas dalam, menyadari sesuatu yang membuatnya sedikit terkejut
Setelah ulang tahun kelima Samudra, kehidupan Samuel dan Nesya berjalan dengan penuh kebahagiaan dan keberhasilan. Samuel telah menjadi pengusaha muda yang sukses, mengelola bisnisnya dengan bijak, dan telah diakui sebagai salah satu pengusaha paling berpengaruh di negeri ini. Hari-harinya dipenuhi dengan kesibukan mengembangkan perusahaan, namun ia tak pernah melupakan perannya sebagai suami dan ayah yang penuh perhatian.Samuel duduk di ruang kerjanya yang besar. Ia menatap jendela yang menghadap ke kota, sambil mengenang perjalanannya yang penuh liku. Dari seorang pelayan kafe, ia kini menjadi sosok yang dipandang oleh banyak kalangan bisnis. Kesuksesannya tidak datang begitu saja—setiap langkah yang ia tempuh selalu disertai dengan kerja keras, dedikasi, dan dukungan dari Nesya.Pintu ruang kerjanya terbuka perlahan, dan Nesya masuk dengan senyuman di wajahnya. Ia memegang secangkir kopi untuk Samuel, seperti biasa. "Pagi, sayang. Sedang apa?" tanyanya sambil menaruh cangkir di me
Lima tahun telah berlalu dengan cepat, dan hari ini adalah hari istimewa bagi keluarga kecil Samuel dan Nesya. Mereka sedang bersiap-siap merayakan ulang tahun Samudra yang kelima, anak laki-laki yang menjadi pusat perhatian dan cinta dalam keluarga ini. Rumah besar mereka dihiasi balon warna-warni, tawa anak-anak terdengar menggema di halaman belakang yang dipenuhi dekorasi bertema bajak laut—tema favorit Samudra.Nesya memandang dari jendela dapur, tersenyum melihat putranya yang tengah berlarian dengan teman-temannya. "Sudah lima tahun," katanya pelan sambil mengaduk minuman, seolah tak percaya waktu berlalu begitu cepat. “Samudra sudah besar, ya, Sam?"Samuel, yang tengah merapikan dasi dan menyiapkan diri untuk menyambut tamu, mendekat dan melingkarkan lengannya di pinggang Nesya dari belakang. "Iya, dan rasanya baru kemarin kita membawanya pulang dari rumah sakit," ucapnya lembut, mencium puncak kepala Nesya."Aku masih ingat bagaimana kamu panik waktu aku kontraksi. Sekarang, l
Di ruang tunggu rumah sakit, Samuel berjalan bolak-balik, berulang kali melirik pintu ruang operasi dengan ekspresi gelisah. Mommy Gresya duduk di salah satu kursi dengan tangan terlipat di pangkuannya, bibirnya komat-kamit berdoa, menahan perasaan cemas yang menggantung di udara."Samuel, duduklah dulu, nak. Kamu nggak bisa terus-terusan seperti ini," kata Mommy Gresya lembut, berusaha menenangkan Samuel yang tak bisa berhenti bergerak.Samuel menggeleng. "Aku nggak bisa, Mom. Aku terlalu khawatir. Nesya... dia pasti kesakitan di dalam sana. Aku seharusnya bisa melakukan sesuatu. Kenapa harus operasi cesar?""Ini yang terbaik untuknya dan bayi kalian. Dokter sudah bilang begitu. Kamu harus percaya."Samuel menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri, tapi hatinya tetap berdebar kencang. "Aku tahu... Aku cuma nggak bisa tenang. Semua ini terasa begitu cepat."Mommy Gresya berdiri dan meraih tangan Samuel, menggenggamnya erat. "Samuel, kamu harus kuat. Nesya butuh kamu saat ini. K
Beberapa bulan kemudian... Nesya sedang duduk di ruang tamu, menyesap teh hangat sambil menikmati pagi yang tenang. Tiba-tiba, perutnya terasa kencang, disusul dengan nyeri yang merambat ke punggung bawah. Dia terdiam sejenak, menaruh cangkirnya dan meraba perutnya yang besar, berusaha menenangkan diri. Mungkin hanya Braxton Hicks, pikirnya—kontraksi palsu yang biasa terjadi di akhir kehamilan. Namun, rasa sakit itu semakin lama semakin kuat, membuatnya meringis dan sedikit mengerang."Samuel!" panggilnya, suaranya bergetar karena mulai merasa panik.Samuel, yang sedang berada di dapur, segera menghampiri Nesya. "Apa yang terjadi, sayang?" tanyanya, tatapannya penuh kekhawatiran. Dia berlutut di samping Nesya, meraih tangannya yang dingin.Nesya menatap Samuel dengan mata berkaca-kaca. "Aku... aku rasa kontraksi ini berbeda, Sam. Sakit sekali... lebih dari sebelumnya."Samuel langsung waspada. "Ini mungkin sudah waktunya. Kamu pasti mulai melahirkan," ujarnya, meski tetap berusaha te
Suasana rumah Nesya dan Samuel semakin tenang dan penuh cinta sejak Samuel memutuskan berhenti bekerja sebagai pelayan kafe. Ia sekarang fokus menyelesaikan kuliahnya, dan di sela-sela itu, Samuel juga mengambil peran sebagai suami siaga untuk Nesya yang tengah hamil besar. Setiap pagi, Samuel selalu menyiapkan sarapan untuk Nesya, mengantar dan menjemputnya ke dokter, dan belajar lebih banyak tentang bisnis keluarga Nesya. Ia tahu, Nesya ingin menyerahkan tanggung jawab besar itu padanya.Saat mereka sarapan di dapur yang hangat dan penuh dengan aroma kopi, Samuel melihat Nesya memandanginya dengan senyum kecil."Ada apa?" Samuel bertanya sambil menyuapkan roti panggang ke mulutnya.Nesya menggeleng pelan. "Aku cuma merasa sangat beruntung punya kamu di hidupku. Kamu sekarang belajar banyak soal bisnis perusahaan, dan kamu begitu perhatian padaku. Aku benar-benar berterima kasih."Samuel tersenyum lembut, lalu meraih tangan Nesya. "Aku juga sangat bersyukur, Nes. Aku tahu kamu sudah
Acara syukuran untuk kandungan Nesya yang sudah memasuki usia tujuh bulan digelar dengan meriah. Dekorasi indah berwarna lembut menghiasi rumah mereka, dan tamu-tamu mulai berdatangan. Musik lembut mengalun di latar belakang, menyambut kerabat dan teman yang datang dengan wajah ceria. Samuel dan Nesya berdiri di pintu masuk, menyambut setiap tamu dengan senyum hangat."Selamat, Nesya! Kamu kelihatan sangat bahagia," ujar salah satu teman lama Nesya, sembari memeluknya dengan hangat.Nesya tersenyum lebar, tangannya dengan lembut menyentuh perutnya yang membesar. "Terima kasih. Aku memang sangat bahagia, semua ini seperti mimpi."Samuel berdiri di sampingnya, memegang tangannya dengan erat. "Kami benar-benar bersyukur atas semua dukungan dari kalian semua. Ini momen yang sangat spesial bagi kami," kata Samuel sambil memandang Nesya dengan penuh cinta.Di tengah suasana yang ceria itu, Leonard dan Desy tidak bisa menutupi rasa iri mereka. Mereka berdiri di sudut ruangan, menatap acara s
Seminggu telah berlalu.Berita tentang pernikahan Nesya dan Samuel menyebar cepat, seperti api yang tersulut angin. Leonard dan Desy, yang merasa iri dengan kebahagiaan Nesya, memanfaatkan masa lalu hubungan kontrak Nesya dan Samuel untuk merusak reputasi Nesya dan Samuel. Mereka mulai menyebarkan kabar bahwa Samuel, yang dianggap hanya seorang pelayan kafe, sebenarnya dibayar oleh Nesya untuk berpura-pura menjadi suaminya. Tujuannya? Agar Nesya tidak dicap sebagai "perawan tua" oleh lingkungan sosialnya. Desy bahkan membawa bukti berupa dokumen perjanjian lama mereka dan menunjukkan kepada publik.Tak butuh waktu lama, berita tersebut menjadi viral di media sosial. Orang-orang mulai membicarakan hubungan mereka dengan nada cemoohan, menyindir bahwa pernikahan itu hanya sebuah sandiwara.Berita itu langsung menyebar ke mana-mana, menjadi pembicaraan di media sosial, di kantor Nesya, bahkan di kafe tempat Samuel bekerja. Desy dengan senang hati memamerkan “bukti” bahwa Nesya membayar S
Satu bulan berlalu sejak percakapan serius antara Nesya, Samuel, dan Mommy Gresya. Kehidupan mereka tampak semakin harmonis, hubungan mereka yang sebelumnya diliputi kebohongan kini terasa lebih terbuka dan dipenuhi cinta. Samuel pun tidak pernah meninggalkan sisi Nesya, berusaha memberikan perhatian dan kasih sayang yang penuh.Pukul tujuh pagi, Nesya yang tengah duduk di meja makan bersama Samuel mulai merasa pusing. Pandangannya berkunang-kunang dan perutnya terasa mual hebat. “Aku nggak enak badan,” Nesya berbisik sambil menekan perutnya. Samuel yang sedang menikmati sarapan langsung menoleh. "Kamu kenapa, Sayang?" tanyanya khawatir. Nesya menggelengkan kepala, tetapi sebelum dia sempat berkata apa-apa, tubuhnya terasa lemas dan pandangannya semakin buram. “Aku... ” ucapnya pelan sebelum tubuhnya benar-benar limbung dari kursi.Samuel yang panik segera berdiri dan menangkap tubuh Nesya sebelum jatuh. “Nesya! Nesya!” panggilnya dengan suara penuh kepanikan. Dia segera menggendong
Ruangan rumah sakit yang tadinya hening perlahan diwarnai oleh suara langkah-langkah perawat yang lalu-lalang. Di kamar rawat biasa, Mommy Gresya sudah siuman dan dipindahkan dari ruang ICU. Wajahnya tampak lebih segar, meski matanya masih menyiratkan kekecewaan yang mendalam. Nesya duduk di samping tempat tidurnya, menggenggam tangan sang ibu dengan hati-hati."Mommy... Aku benar-benar minta maaf," suara Nesya terdengar lemah namun tulus. Ia menunduk, tidak berani menatap langsung ke mata ibunya. Mommy Gresya menghela napas panjang, menatap jendela dengan tatapan yang kosong. “Kenapa kamu nggak cerita dari awal, Nesya? Kamu pikir, menutupi ini semua akan membuatku bahagia?”Nesya menelan ludah, hatinya terasa berat. “Aku nggak bermaksud menyakiti Mommy... Aku hanya takut, takut kalau Mommy nggak setuju dengan keputusan yang aku buat. Waktu itu... semuanya terasa seperti satu-satunya jalan keluar.”Mommy Gresya memutar tubuhnya perlahan, menatap Nesya dengan tatapan yang tajam. “Pern