Alex berusaha untuk tetap bangun dari tempat tidur meski hasilnya nihil. Kondisi pria itu masih sangat lemah sehingga tidak dapat beranjak dari ranjang. Irene semakin panik karena mengetahui kondisi Freya yang hamil. "Hentikan Alex! Kau harus sehat terlebih dahulu baru mencari Freya! Sudah aku katakan kau hanya melakukan hal yang sia-sia. Minum dan mabuk-mabukkan tidak menyelesaikan membuat Freya kembali pada dirimu!" ucap Irene kesal pada kelakukan Alex. "Aku harus mencarinya, Tante. Aku sudah melakukan semua yang aku bisa, mencari di semua tempat yang mungkin didatangi oleh Freya. Akan tetapi, tidak ada hasilnya. Aku sudah mengerahkan semua anak buahku pun tidak mendapatkan hasil yang baik. Detektif terbaik sudah aku sewa, tetapi tetap tidak dapat menemukan Freya. Tidak mungkin dia hilang bagai di telan bumi. Pasti kalian ikut menutupi keberadaan Freya, bukan?" tuduh Alex pada tantenya.Irene yang sudah tiga hari ini memendam perasaan kesalnya meledak. Dia memandang tajam Alex dan
"Apa syarat yang Kakek inginkan? Aku akan menyanggupinya apa pun itu," ucap Alex masih dengan kondisinya yang lemah. Alex tidak mempedulikan keadaannya, baginya keberadan Freya adalah yang terpenting. Dia sudah berusaha untuk mencari istrinya dengan sekuat tenaga, tetapi tidak dapat menemukan pujaan hatinya. Kini, dia telah menyadari semuanya. Berkali-kali dirinya tidak sengaja menyakiti Freya. Pasti perempuan itu sangat kecewa dengan perbuatan Alex hingga memutuskan untuk pergi meninggalkannya. "Bila pencarianku membuahkan hasil dan Freya ditemukan. Aku ingin kau membebaskannya, biarkan dia memilih tetap bersama denganmu atau berpisah. Aku rasa sudah cukup kau terus menyakiti hatinya. Walaupun, aku tidak mengetahui dengan pasti yang terjadi pada rumah tanggamu. Aku yakin kau telah sangat menyakiti hatinya, Alex. Biarkan dia menentukan pilihan, aku juga akan memberitahukan Liam tentang kejadian ini agar tidak ada yang ditutupi dari keluarga Freya satu-satunya," ungkap Brian menjelas
"Freya, bisakah kau layani pelanggan di sana?" tanya Dimitri yang sedang sibuk dengan laporan di tangannya. "Baiklah!" Freya berjalan menuju meja pelanggan tersebut, kemudian melayaninya dengan ramah.Empat bulan telah berlalu, kondisi kesehatan Freya telah membaik. Wanita itu turut membantu restoran yang dimiliki oleh Kate dan Jhon. Setelah kondisinya pulih dia memilih untuk menyewa sebuah apartemen yang dekat dengan restoran. Saat itu, Kate menentang kepindahan Freya, tetapi Freya berhasil memberikan keyakinan kalau itu adalah hal dia inginkan. Dia tidak ingin terus merepotkan Kate dan Jhon dengan keberadaannya di rumah tersebut. Akhirnya, Kate mengizinkan Freya pindah dengan setelah memastikan kenyamanan apartemen yang dihuni oleh Freya. Freya juga lebih dekat dengan Dimitri. Pria itu bersikap sangat baik pada dirinya. Bahkan, kelewat baik yang membuat Freya menjadi resah. Wanita itu tampak menjaga jarak dengan Dimitri. Setelah restoran tutup, Freya ingin pulang ke apartemen. D
"Bolehkah aku bertanya sesuatu?" tanya Emily pada wanita hamil yang sedang melamun di sampingnya.Freya melirik melalui ujung matanya pada Emily. Sejauh ini, dia selalu nyaman dengan kesendiriannya. Tidak ada rasa ingin bergaul serta berteman dengan orang lain. Bahkan, dengan Dimitri pun dia tidak terlalu dekat dan menjaga jarak dengan pria lajang itu. "Tentu saja boleh," jawab Freya menyunggingkan senyum tipisnya. Dia merasa perempuan di sampingnya sangat penasaran akan sesuatu."Pertanyaan sedikit privasi boleh?" Emily takut menyinggung perasaan Freya. Emily menyadari kalau Freya kemungkinan akan tersinggung dengan pertanyaan yang akan dilontarkan olehnya. Menanyakan hal yang privasi tentu membuat Freya tidak nyaman."Apa yang sebenarnya ingin kau tanyakan?" Freya mengatakannya sambil terus berjalan dengan beriringan. Tampaknya hal yang ingin dikatakan oleh Emily membuat Freya sedikit penasaran. "Aku ingin tahu, apa kau sudah menikah Freya? Aku melihat ada cincin yang tersemat di
Tiga bulan waktu yang cukup lama bagi Alex untuk menyembunyikan tentang kepergian Freya pada kakek Freya. Dia belum cukup berani mengatakan hal itu pada Liam. Beberapa kali dia memohon pada Brian untuk tidak memberitahukan masalah yang menimpanya. Namun, sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan jatuh juga. Sepandai-pandainya, Alex menyembunyikan tentang kepergian Freya. Liam bisa mengetahuinya dengan baik. Kecurigaan Liam selalu bertambah karena Freya tidak pernah menghubunginya. "Selamat Siang, Pak! Apa yang ingin Anda lakukan? Sudahkah Anda memiliki janji dengan Tuan Alex?" Felix bertanya ketika melihat Liam hendak mendatangi ruangan Alex.Dahi Liam mengeryit ketika Felix bertanya padanya. "Haruskah aku memiliki janji untuk bertemu cucu menantuku?" Felix terdiam tidak bisa menjawab pertanyaan dari Liam. Dia tahu siapa yang berada di depannya. Hanya saja, Felix ingin Alex dapat mempersiapkan dirinya terlebih dahulu sebelum bertemu dengan Liam. Akan tetapi, Liam dengan cepat m
Terbiasa dengan Freya yang selalu menjadi perhatian keluarganya menjadikan Dimitri juga memberikan perhatian lebih pada wanita hamil itu. Setiap hari, dia akan menanyakan kebutuhan Freya hingga membuat beberapa karyawan salah paham.Freya tidak mempedulikan beberapa karyawan restoran yang memandangnya dengan tatapan tajam. Setiap kali Dimitri mendekatinya pasti ada saja bisikan sumbang yang membicarakan hubungan keduanya. Pada hari Minggu malam ini banyak sekali pelanggan yang datang untuk sekadar melepaskan penat selama seminggu beraktifitas. Freya yang sedang hamil merasa kelelahan setelah melayani beberapa pelanggan mereka. Emily yang sudah mulai membuka hatinya menghampiri Freya yang tampak beristirahat sejenak."Kamu istriharat saja dulu, biar aku yang menghandle pelanggan," ucap Emily pada Freya. Teman kerja yang dekat dengan Emily memprotes hal tersebut. "Tidak bisa begitu, dong. Pekerjaan kita sedang banyak, pelanggan tidak henti-hentinya berdatangan," tukas Wendy ketika men
Freya terdiam sejenak, dia tampak memikirkan jawaban yang tepat untuk ajakan makan malam dari Dimitri. Pria di depannya terlihat tidak sabar menunggu jawaban Freya. Dia sudah menantikan sejak lama mengajak Freya untuk makan malam bersama."Makan malam berdua saja?" ujar Freya memberikan penekanan kata 'berdua' pada Dimitri. Dimitri menganggukkan kepalanya. Tentu saja, dia ingin berdua saja karena dia memiliki sebuah pernyataan pada Freya. "Ya, hanya kita berdua. Kau tidak keberatan, bukan?""Baiklah, aku terima ajakanmu. Aku rasa diriku membutuhkan sesekali untuk makan di luar dengan suasana baru sekaligus melepaskan penat," jawab Freya.Hari Dimitri telonjak gembira mendengar persetujuan dari Freya. Dia ingin sekali menyuarakan isi hatinya. Akan tetapi, pria itu menahan semua perasaan gembiranya karena masih berada di hadapan Freya. "Baiklah, kalau begitu aku tinggal terlebih dahulu. Aku lihat banyak sekali pelanggan yang datang hari ini. Aku ingin membantu karyawan lain. Kau di si
Emily terkejut karena Freya memberikan ruang baginya untuk berbicara dengan Dimitri. Kegugupan menjalar di seluruh tubuhnya. Emily menggigit bibirnya ketika Freya beranjak dari tempat duduknya."Tunggu! Tidak ada yang perlu aku katakan denganmu, Dimitri. Kau tidak perlu beranjak dari tempat dudukmu, Freya. Aku saja yang pergi, kau masih membutuhkan istirahat," ucap Emily.Ditantang untuk mengungkapkan secara langsung isi hatinya, Emily tidak dapat melakukan hal tersebut. Jujur saja, dia masih tidak bisa menerima jika harapannya tidak sesuai dengan kenyataan. Dia selalu berharap dapat menjadi kekasih Dimitri karena telah menyukainya sejak lama. Akan tetapi, pada kenyataannya hubungan mereka berdua tidak pernah mengalami peningkatan."Apa yang terjadi? Mengapa tadi kau terlihat marah pada Freya, Em?" tanya Dimitri dengan penasaran."Tidak! Tidak ada yang terjadi antara kami! Aku tidak marah pada Freya," jawab Emily menutupi rasa cemburunya pada Freya.Freya menyunggingkan senyumnya. Dia