Selepas kejadian itu, ketegangan terjadi di antara Emily dan Dimitri. Beberapa orang membicarakan hal yang terjadi pada keduanya. Pasalnya, kedua orang tersebut sangat dekat, tidak mungkin Emily dan Dimitri berperang dingin seperti yang terjadi saat ini. Freya hanya diam tidak berkomentar tentang pembicaraan yang menjadi gosip hangat di tempat kerjanya. Hari ini adalah hari di mana Freya dan Dimitri berjanji untuk makan malam bersama. Freya tampak berpikir untuk membatalkan acara makan malam yang telah disepakati bersama Dimitri. Dia tidak ingin membuat Emily semakin berpikir kalau dirinya adalah seorang pengganggu. Dari pembicaraan terakhir keduanya dapat Freya simpulkan gadis itu sangat cemburu pada dirinya. Padahal, sudah jelas kalau dia telah memiliki suami dan kondisinya sedang berbadan dua. Dia tidak mungkin menjalin hubungan dengan pria lain mengingat dia belum berpisah dari Alex. Walaupun, Freya masih tidak tahu bagaimana ujung dari hubungannya dengan Alex, dia tidak ingin me
Dimitri terdiam mendengar pertanyaan dari Freya. Dia seolah terhipnotis dengan wanita di depannya ini. Keterkejutan mengetahui fakta bahwa Emily mempunyai perasaan lebih dari sekadar sahabat tidak lagi menjadi kekhawatiran bagi dirinya. Pria itu menatap intens Freya kemudian sedikit berangsur mendekati wanita hamil itu. "Kau ingin tahu, Freya?" Freya menganggukkan kepalanya antusias. Dia penasaran dengan wanita yang mampu membuat Dimitri bertekuk lutut. Sejak awal mereka bertemu, sikap Dimitri dingin karena belum mengetahui tentang kondisi Freya. Namun, seiring berjalannya waktu sikap Dimitri menghangat pada dirinya.Freya mengetahui kenyataan bahwa Dimitri banyak diidolakan oleh para karyawan bahkan pelanggan beberapa kali menanyakan tentang pria itu. Pasti wanita yang disukai oleh Dimitri adalah wanita yang sangat spesial. "Kamu, Freya. Aku menyukaimu," ucap Dimitri pelan nyaris seperti berbisik. Terpaku mendengar pernyataan Dimitri. Freya melangkah mundur hingga hampir saja memb
"Aku tidak tahu...." ucapan Dimitri menggantung. Emily adalah teman dekatnya bisa dibilang mereka bersahabat. Hubungan keduanya terjalin cukup lama. Namun, untuk memiliki perasaan yang lebih dari itu tidak pernah dibayangkan oleh Dimitri.Baginya, cukup dengan hubungan seperti sekarang. Tidak perlu merusaknya dengan menghadirkan rasa lain seperti cinta. Dimitri yang tidak pernah mengetahui apa itu cinta menganggap kekagumannya pada Freya merupakan perasaan cinta."Sebaiknya, kau pahami terlebih dahulu perasaanmu. Tidak bisa kau simpulkan kau menyukaiku bila hanya ada perasaan kasihan yang sebenarnya kau rasakan. Aku kira cukup sampai di sini pembicaraan kita," ucap Freya dengan senyum terlukis di wajahnya."Bagaimana dengan makan malam yang seharusnya kita lakukan nanti?" "Maaf, sepertinya aku tidak bisa makan malam bersamamu," balas Freya. Perempuan itu kemudian meninggalkan Dimitri dengan menatap nanar kepergian Freya. Penolakan yang dikatakan oleh Freya cukup jelas. Tampaknya Fre
Freya mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri. Di depannya berdiri Dimitri yang tampak khawatir dengan keadaan Freya yang memegangi dadanya. Freya tersenggal seperti habis lari dari seseorang yang dia takuti. Di luar sayup-sayup terdengan suara wanita yang memanggil nama Freya. Hal itu menarik perhatian Dimitri. "Freya! Jangan menghindar, kita perlu bicara, Frey!" Suara dari belakang pintu ruang karyawan kian terdengar oleh Dimitri dan Freya. Dimitri mendekati Freya untuk menanyakan hal yang terjadi. "Ada apa, Frey?" Kepala Freya menggeleng pelan, dia tidak bisa membicarakannya dnegan Dimitri. Tidak ingin Dimitri membuka pintu yang berada di belakang badan Freya. "Katakan padaku, siapa yang memanggilmu?" tanya Dimitri. "Aku tidak ingin bertemu dengannya, tolong aku, Dim!" ucap Freya dengan wajah memelas. Dimitri menganggukkan kepalanya, tanpa bertanya lebih lanjut pria itu kemudian membuka pintu karyawan. Dia berusaha untuk memahami situasi yang terjadi. Di luar, Emily mencoba
Emily tersenyum mendengar keputusan Freya. Sepertinya, masalah yang dimiliki Freya dengan suaminya memang merupakan hal yang rumit. Emily melihat Freya yang ingin lari dari masa lalunya. Terilhat sangat jelas, dia tidak ingin kembali pada suaminya. Semua hal yang berhubungan dengan kehidupannya sebelum di kota ini ingin dihindari oleh Freya. "Kau pasti bisa menghadapinya, Freya! Cepat atau lambat aku yakin mereka akan mengetahui keberadaanmu karena itulah lebih baik kau menemui temanmu yang sangat ingin berbicara denganmu!" ucap Emily. Freya menatap Emily dengan senyum tipis terlukis di wajahnya. "Ya, kau benar. Tidak ada artinya terus bersembunyi dan berlari dari masalah," balas Freya. Mereka berdua kemudian beranjak dari ruangan perlahan menuju restoran. Terlihat Ghina yang menatap Freya dengan kelegaan. Dia sangat bersyukur Freya memutuskan untuk menemuinya. Ketika Freya seudah sampai di tempat duduk Ghina, Emily dan Dimitri meninggalkan keduanya untuk memberikan privasi untuk sa
"Jadi, kau memberitahukan kehamilanku pada Alex?" ulang Freya dengan raut penuh kekecewaan.Ghina telah berjanji padanya untuk merahasiakan kehamilan Freya. Namun, janji hanyalah sebuah kata yang dapat diingkari. Ghina tetap tenang walau ditatap tajam oleh Freya."Kau yang terlebih dulu membohongiku. Kau katakan kalau akan mengatakan kehamilan pada Alex ketika dia ulang tahun. Nyatanya, kau pergi meninggalkan Alex yang sudah seperti orang gila mencari keberadaanmu," balas Ghina. "Aku hanya ingin menyembunyikannya dari Alex. Ada suatu ketakutan pada diriku ketika mengetahui kehamilanku," ucap Freya dengan membayangkan wajah Alex. Freya menyadari kesalahannya dengan pergi tanpa kata. Hanya saja, semua yang dilakukan oleh Alex membuat dia tidak bisa begitu saja memaafkan Alex. Kesempatan telah diberikan oleh Freya berkali-kali. Bila terus bersama dengan Alex, dia khawatir akan terus dibohongi. Ketakutan akan kasih sayang yang nantinya diberikan oleh Alex juga merupakan pertimbangan Fr
Freya menatap kepergian Ghina, dadanya berdebar ketika memikirkan perkataan dokter muda itu. Benarkah Alex mencarinya ke semua tempat? Bahkan, sampai pria itu jatuh sakit.Perut Freya tiba-tiba berkedut. Sadarlah Freya kalau pikirannya tentang Alex membuat janinnya beraksi. Baru pertama kali dia merasakan kedutan yang berasal dari calon bayinya. Tangan Freya menuju perut bagian bawah yang masih terasa berkedut. "Tenanglah Sayang, tidak apa-apa. Daddymu pasti belum bisa menemukan Mommy. Kita akan tenang berada di tempat ini," ucap Freya sambil mengelus perutnya. Kekhawatiran akan kedatangan Alex tentu dirasakan oleh Freya. Dia masih belum siap melihat reaksi Alex bila bertemu dengan Freya. Dia menyadari sikapnya yang menghindari masalah sangat kekanak-kanakan, tetapi Freya memutuskan untuk tidak ambil pusing. Saat memutuskan untuk pergi dengan seluruh emosi yang dia miliki. Freya telah siap menerima semua risiko yang akan dia terima. Liam, sang kakek adalah orang yang berpikiran terb
Freya meronta dalam dekapan Alex. Akan tetapi, dia tidak dapat berbuat banyak. Perbedaan kekuatan antara pria dan wanita jelas membuatnya kalah telah. Wanita hamil itu menitikkan air mata dalam pelukan suaminya. Alex yang menyadari isakan tangis dari Freya mengendurkan pelukannya. Dia menangkup wajah yang beberapa bulan ini sangat dia rindukan."Sayang, maafkan aku. Jangan menangis," ucap Alex dengan lembut.Kepala Freya menggeleng dengan pelan. Air mata terus berjatuhan di pipi wanita itu. Alex mengusapnya dengan lembut."Dengarkan aku, Sayang. Aku mencintaimu, sangat mencintaimu. Jangan pernah tinggalkan aku lagi. Maafkan aku yang baru menyadari perasaanku ketika kau memilih pergi. Tolong jangan membuatku tersiksa seperti ini, Baby. Aku mencintaimu," ungkap Alex mendekatkan wajahnya pada Freya. Freya membuang muka, mungkin kalau Alex mengatakannya sejak lama sebelum Freya untuk memutuskan pergi, dia akan percaya pada perkataan pria itu. Namun, dia tidak dapat mempercayainya saat i