Terbiasa dengan Freya yang selalu menjadi perhatian keluarganya menjadikan Dimitri juga memberikan perhatian lebih pada wanita hamil itu. Setiap hari, dia akan menanyakan kebutuhan Freya hingga membuat beberapa karyawan salah paham.Freya tidak mempedulikan beberapa karyawan restoran yang memandangnya dengan tatapan tajam. Setiap kali Dimitri mendekatinya pasti ada saja bisikan sumbang yang membicarakan hubungan keduanya. Pada hari Minggu malam ini banyak sekali pelanggan yang datang untuk sekadar melepaskan penat selama seminggu beraktifitas. Freya yang sedang hamil merasa kelelahan setelah melayani beberapa pelanggan mereka. Emily yang sudah mulai membuka hatinya menghampiri Freya yang tampak beristirahat sejenak."Kamu istriharat saja dulu, biar aku yang menghandle pelanggan," ucap Emily pada Freya. Teman kerja yang dekat dengan Emily memprotes hal tersebut. "Tidak bisa begitu, dong. Pekerjaan kita sedang banyak, pelanggan tidak henti-hentinya berdatangan," tukas Wendy ketika men
Freya terdiam sejenak, dia tampak memikirkan jawaban yang tepat untuk ajakan makan malam dari Dimitri. Pria di depannya terlihat tidak sabar menunggu jawaban Freya. Dia sudah menantikan sejak lama mengajak Freya untuk makan malam bersama."Makan malam berdua saja?" ujar Freya memberikan penekanan kata 'berdua' pada Dimitri. Dimitri menganggukkan kepalanya. Tentu saja, dia ingin berdua saja karena dia memiliki sebuah pernyataan pada Freya. "Ya, hanya kita berdua. Kau tidak keberatan, bukan?""Baiklah, aku terima ajakanmu. Aku rasa diriku membutuhkan sesekali untuk makan di luar dengan suasana baru sekaligus melepaskan penat," jawab Freya.Hari Dimitri telonjak gembira mendengar persetujuan dari Freya. Dia ingin sekali menyuarakan isi hatinya. Akan tetapi, pria itu menahan semua perasaan gembiranya karena masih berada di hadapan Freya. "Baiklah, kalau begitu aku tinggal terlebih dahulu. Aku lihat banyak sekali pelanggan yang datang hari ini. Aku ingin membantu karyawan lain. Kau di si
Emily terkejut karena Freya memberikan ruang baginya untuk berbicara dengan Dimitri. Kegugupan menjalar di seluruh tubuhnya. Emily menggigit bibirnya ketika Freya beranjak dari tempat duduknya."Tunggu! Tidak ada yang perlu aku katakan denganmu, Dimitri. Kau tidak perlu beranjak dari tempat dudukmu, Freya. Aku saja yang pergi, kau masih membutuhkan istirahat," ucap Emily.Ditantang untuk mengungkapkan secara langsung isi hatinya, Emily tidak dapat melakukan hal tersebut. Jujur saja, dia masih tidak bisa menerima jika harapannya tidak sesuai dengan kenyataan. Dia selalu berharap dapat menjadi kekasih Dimitri karena telah menyukainya sejak lama. Akan tetapi, pada kenyataannya hubungan mereka berdua tidak pernah mengalami peningkatan."Apa yang terjadi? Mengapa tadi kau terlihat marah pada Freya, Em?" tanya Dimitri dengan penasaran."Tidak! Tidak ada yang terjadi antara kami! Aku tidak marah pada Freya," jawab Emily menutupi rasa cemburunya pada Freya.Freya menyunggingkan senyumnya. Dia
Selepas kejadian itu, ketegangan terjadi di antara Emily dan Dimitri. Beberapa orang membicarakan hal yang terjadi pada keduanya. Pasalnya, kedua orang tersebut sangat dekat, tidak mungkin Emily dan Dimitri berperang dingin seperti yang terjadi saat ini. Freya hanya diam tidak berkomentar tentang pembicaraan yang menjadi gosip hangat di tempat kerjanya. Hari ini adalah hari di mana Freya dan Dimitri berjanji untuk makan malam bersama. Freya tampak berpikir untuk membatalkan acara makan malam yang telah disepakati bersama Dimitri. Dia tidak ingin membuat Emily semakin berpikir kalau dirinya adalah seorang pengganggu. Dari pembicaraan terakhir keduanya dapat Freya simpulkan gadis itu sangat cemburu pada dirinya. Padahal, sudah jelas kalau dia telah memiliki suami dan kondisinya sedang berbadan dua. Dia tidak mungkin menjalin hubungan dengan pria lain mengingat dia belum berpisah dari Alex. Walaupun, Freya masih tidak tahu bagaimana ujung dari hubungannya dengan Alex, dia tidak ingin me
Dimitri terdiam mendengar pertanyaan dari Freya. Dia seolah terhipnotis dengan wanita di depannya ini. Keterkejutan mengetahui fakta bahwa Emily mempunyai perasaan lebih dari sekadar sahabat tidak lagi menjadi kekhawatiran bagi dirinya. Pria itu menatap intens Freya kemudian sedikit berangsur mendekati wanita hamil itu. "Kau ingin tahu, Freya?" Freya menganggukkan kepalanya antusias. Dia penasaran dengan wanita yang mampu membuat Dimitri bertekuk lutut. Sejak awal mereka bertemu, sikap Dimitri dingin karena belum mengetahui tentang kondisi Freya. Namun, seiring berjalannya waktu sikap Dimitri menghangat pada dirinya.Freya mengetahui kenyataan bahwa Dimitri banyak diidolakan oleh para karyawan bahkan pelanggan beberapa kali menanyakan tentang pria itu. Pasti wanita yang disukai oleh Dimitri adalah wanita yang sangat spesial. "Kamu, Freya. Aku menyukaimu," ucap Dimitri pelan nyaris seperti berbisik. Terpaku mendengar pernyataan Dimitri. Freya melangkah mundur hingga hampir saja memb
"Aku tidak tahu...." ucapan Dimitri menggantung. Emily adalah teman dekatnya bisa dibilang mereka bersahabat. Hubungan keduanya terjalin cukup lama. Namun, untuk memiliki perasaan yang lebih dari itu tidak pernah dibayangkan oleh Dimitri.Baginya, cukup dengan hubungan seperti sekarang. Tidak perlu merusaknya dengan menghadirkan rasa lain seperti cinta. Dimitri yang tidak pernah mengetahui apa itu cinta menganggap kekagumannya pada Freya merupakan perasaan cinta."Sebaiknya, kau pahami terlebih dahulu perasaanmu. Tidak bisa kau simpulkan kau menyukaiku bila hanya ada perasaan kasihan yang sebenarnya kau rasakan. Aku kira cukup sampai di sini pembicaraan kita," ucap Freya dengan senyum terlukis di wajahnya."Bagaimana dengan makan malam yang seharusnya kita lakukan nanti?" "Maaf, sepertinya aku tidak bisa makan malam bersamamu," balas Freya. Perempuan itu kemudian meninggalkan Dimitri dengan menatap nanar kepergian Freya. Penolakan yang dikatakan oleh Freya cukup jelas. Tampaknya Fre
Freya mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri. Di depannya berdiri Dimitri yang tampak khawatir dengan keadaan Freya yang memegangi dadanya. Freya tersenggal seperti habis lari dari seseorang yang dia takuti. Di luar sayup-sayup terdengan suara wanita yang memanggil nama Freya. Hal itu menarik perhatian Dimitri. "Freya! Jangan menghindar, kita perlu bicara, Frey!" Suara dari belakang pintu ruang karyawan kian terdengar oleh Dimitri dan Freya. Dimitri mendekati Freya untuk menanyakan hal yang terjadi. "Ada apa, Frey?" Kepala Freya menggeleng pelan, dia tidak bisa membicarakannya dnegan Dimitri. Tidak ingin Dimitri membuka pintu yang berada di belakang badan Freya. "Katakan padaku, siapa yang memanggilmu?" tanya Dimitri. "Aku tidak ingin bertemu dengannya, tolong aku, Dim!" ucap Freya dengan wajah memelas. Dimitri menganggukkan kepalanya, tanpa bertanya lebih lanjut pria itu kemudian membuka pintu karyawan. Dia berusaha untuk memahami situasi yang terjadi. Di luar, Emily mencoba
Emily tersenyum mendengar keputusan Freya. Sepertinya, masalah yang dimiliki Freya dengan suaminya memang merupakan hal yang rumit. Emily melihat Freya yang ingin lari dari masa lalunya. Terilhat sangat jelas, dia tidak ingin kembali pada suaminya. Semua hal yang berhubungan dengan kehidupannya sebelum di kota ini ingin dihindari oleh Freya. "Kau pasti bisa menghadapinya, Freya! Cepat atau lambat aku yakin mereka akan mengetahui keberadaanmu karena itulah lebih baik kau menemui temanmu yang sangat ingin berbicara denganmu!" ucap Emily. Freya menatap Emily dengan senyum tipis terlukis di wajahnya. "Ya, kau benar. Tidak ada artinya terus bersembunyi dan berlari dari masalah," balas Freya. Mereka berdua kemudian beranjak dari ruangan perlahan menuju restoran. Terlihat Ghina yang menatap Freya dengan kelegaan. Dia sangat bersyukur Freya memutuskan untuk menemuinya. Ketika Freya seudah sampai di tempat duduk Ghina, Emily dan Dimitri meninggalkan keduanya untuk memberikan privasi untuk sa