Emily tersenyum mendengar keputusan Freya. Sepertinya, masalah yang dimiliki Freya dengan suaminya memang merupakan hal yang rumit. Emily melihat Freya yang ingin lari dari masa lalunya. Terilhat sangat jelas, dia tidak ingin kembali pada suaminya. Semua hal yang berhubungan dengan kehidupannya sebelum di kota ini ingin dihindari oleh Freya. "Kau pasti bisa menghadapinya, Freya! Cepat atau lambat aku yakin mereka akan mengetahui keberadaanmu karena itulah lebih baik kau menemui temanmu yang sangat ingin berbicara denganmu!" ucap Emily. Freya menatap Emily dengan senyum tipis terlukis di wajahnya. "Ya, kau benar. Tidak ada artinya terus bersembunyi dan berlari dari masalah," balas Freya. Mereka berdua kemudian beranjak dari ruangan perlahan menuju restoran. Terlihat Ghina yang menatap Freya dengan kelegaan. Dia sangat bersyukur Freya memutuskan untuk menemuinya. Ketika Freya seudah sampai di tempat duduk Ghina, Emily dan Dimitri meninggalkan keduanya untuk memberikan privasi untuk sa
"Jadi, kau memberitahukan kehamilanku pada Alex?" ulang Freya dengan raut penuh kekecewaan.Ghina telah berjanji padanya untuk merahasiakan kehamilan Freya. Namun, janji hanyalah sebuah kata yang dapat diingkari. Ghina tetap tenang walau ditatap tajam oleh Freya."Kau yang terlebih dulu membohongiku. Kau katakan kalau akan mengatakan kehamilan pada Alex ketika dia ulang tahun. Nyatanya, kau pergi meninggalkan Alex yang sudah seperti orang gila mencari keberadaanmu," balas Ghina. "Aku hanya ingin menyembunyikannya dari Alex. Ada suatu ketakutan pada diriku ketika mengetahui kehamilanku," ucap Freya dengan membayangkan wajah Alex. Freya menyadari kesalahannya dengan pergi tanpa kata. Hanya saja, semua yang dilakukan oleh Alex membuat dia tidak bisa begitu saja memaafkan Alex. Kesempatan telah diberikan oleh Freya berkali-kali. Bila terus bersama dengan Alex, dia khawatir akan terus dibohongi. Ketakutan akan kasih sayang yang nantinya diberikan oleh Alex juga merupakan pertimbangan Fr
Freya menatap kepergian Ghina, dadanya berdebar ketika memikirkan perkataan dokter muda itu. Benarkah Alex mencarinya ke semua tempat? Bahkan, sampai pria itu jatuh sakit.Perut Freya tiba-tiba berkedut. Sadarlah Freya kalau pikirannya tentang Alex membuat janinnya beraksi. Baru pertama kali dia merasakan kedutan yang berasal dari calon bayinya. Tangan Freya menuju perut bagian bawah yang masih terasa berkedut. "Tenanglah Sayang, tidak apa-apa. Daddymu pasti belum bisa menemukan Mommy. Kita akan tenang berada di tempat ini," ucap Freya sambil mengelus perutnya. Kekhawatiran akan kedatangan Alex tentu dirasakan oleh Freya. Dia masih belum siap melihat reaksi Alex bila bertemu dengan Freya. Dia menyadari sikapnya yang menghindari masalah sangat kekanak-kanakan, tetapi Freya memutuskan untuk tidak ambil pusing. Saat memutuskan untuk pergi dengan seluruh emosi yang dia miliki. Freya telah siap menerima semua risiko yang akan dia terima. Liam, sang kakek adalah orang yang berpikiran terb
Freya meronta dalam dekapan Alex. Akan tetapi, dia tidak dapat berbuat banyak. Perbedaan kekuatan antara pria dan wanita jelas membuatnya kalah telah. Wanita hamil itu menitikkan air mata dalam pelukan suaminya. Alex yang menyadari isakan tangis dari Freya mengendurkan pelukannya. Dia menangkup wajah yang beberapa bulan ini sangat dia rindukan."Sayang, maafkan aku. Jangan menangis," ucap Alex dengan lembut.Kepala Freya menggeleng dengan pelan. Air mata terus berjatuhan di pipi wanita itu. Alex mengusapnya dengan lembut."Dengarkan aku, Sayang. Aku mencintaimu, sangat mencintaimu. Jangan pernah tinggalkan aku lagi. Maafkan aku yang baru menyadari perasaanku ketika kau memilih pergi. Tolong jangan membuatku tersiksa seperti ini, Baby. Aku mencintaimu," ungkap Alex mendekatkan wajahnya pada Freya. Freya membuang muka, mungkin kalau Alex mengatakannya sejak lama sebelum Freya untuk memutuskan pergi, dia akan percaya pada perkataan pria itu. Namun, dia tidak dapat mempercayainya saat i
Alex menatap istrinya dengan penuh kekhawatiran. Dia mengurungkan niat untuk mengompres Freya. Pria itu menaiki ranjang, kemudian memeluk tubuh mungil Freya."Aku akan melakukan apa pun yang kau inginkan, Sayang. Akan tetapi, aku harus mengompresmu, suhu badanmu sangat panas," ucap Alex sambil memeluk Freya. Wanita itu menggelengkan kepalanya, dia merasakan kerinduan pada Alex. Rindu yang tak tertahankan. Pikirannya ingin lepas dari kehidupan Alex, tetapi tubuhnya menginginkan berdekatan dengan suaminya itu."Aku tidak apa-apa. Tetap di sini. Kami membutuhkanmu," balas Freya tanpa menyadari ucapannya. Alex bergetar karena ucapan Freya. Tangannya menuju perut Freya yang sedikit membuncit. Membelai perut tersebut dengan lembut. Ya! Freya sedang mengandung anaknya. Seharusnya dia menyadari akibat dari tindakan gegabahnya hampir membuat Alex kehilangan kedua orang berarti bagi hidupnya. Pikirannya berkelana saat Freya terus menanyakan tentang cinta yang selalu diucapkan oleh Alex. Dia
Freya masih menangkupkan tangan di wajahnya. Rasa malu menjalar hingga ke seluruh tubuhnya Freya hingga membuat telinganya memerah. Alex yang melihat hal itu gemas kemudian mengecup tangan Freya. Kesal dengan perilaku Alex, kemudian menyesali betapa dirinya begitu cepat luluh hanya karena kehadiran Alex. Freya memutuskan kembali bersikap dingin. Dia masih belum memaafkan Alex."Jangan sentuh aku!" seru Freya.Nada marah Freya terdengar hingga membuat Alex terpaku sejenak. Semalam Freya telah menunjukkan kalau dirinya membutuhkan Alex. Pria itu mengetahui kalau tidak semudah itu Freya akan memaafkannya. Namun, dia belum siap mendengar penolakan Freya kembali."Aku hanya ingin mengatakan kalau kau sendiri yang memintaku untuk memelukmu. Kalau kau lupa," ucap Alex mengingatkan."Ya, aku memang bodoh. Itu kan yang ingin kau katakan? Aku bodoh karena dengan mudah luluh dengan dirimu yang terus membohongiku!" balas Freya."Aku tidak membohongimu, Sayang! Aku mencintaimu!" Alex menatap Frey
"Tetap di ranjang saja. Kamu sarapan di sana!" ujar Alex ketika Freya ingin bangkit dari tempat tidur. Freya duduk di ranjang karena Alex tidak membiarkan wanita itu untuk beranjak dari tempat tidur. Pria itu meletakkan nampan di hadapan Freya."Kau tidak sarapan?" tanya Freya."Nanti saja, aku tidak lapar," jawab Alex yang menyuapkan potongan omelet ke mulut Freya. Wanita itu menurut disuapi oleh Alex. Pria di hadapannya itu tersenyum sambil menikmati waktu yang dia lewatkan bersama Freya. Hatinya sungguh lega ketika menemukan keberadaan Freya. Alex mengingat saat Freya juga melakukan hal ini untuk dirinya. Setiap hari, Freya mengunjungi Alex hanya untuk makan siang bersama. Alex menyesal tidak dapat segera membalas perasaan Freya. Penyesalan tidak ada gunanya. Waktu tidak dapat diputar kembali. Alex sudah merasa bahagia karena dapat bertemu kembali dengan sang pujaan hati. Dia harus mendapatkan hati Freya kembali. "Minum obatnya," ujar Alex sambil memberikan dua butir obat untu
Freya terpaku mendengar ungkapan perasaan Alex. Dia masih belum terbiasa dengan semua pernyataan cinta yang diberikan oleh Alex. Pernyataan yang sedari dulu sangat dia tunggu. Satu kalimat yang bisa menyelamatkan hatinya. Hati yang telalu lama dibiarkan gersang karena cinta sepihak yang dirasakan oleh Freya,"Benarkah kau mencintaiku? Bukan hanya sekadar kata untuk membuatku kembali?" tanya Freya dengan pelan."Aku sudah memikirkannya selama kepergianmu. Kau tahu? Aku telah mencarimu ke seluruh penjuru. Mengecek seluruh CCTV di jalan, mengerahkan semua anak buahku, bahkan menyewa detektif. Akan tetapi, aku tidak menemukan keberadaanmu, seolah semesta tidak menginginkan kebersamaan kita. Aku bersyukur saat ini kau dapat menemuimu. Aku tidak ingin kita berpisah lagi. Aku mencintaimu, Freya. Sayangku. Cintaku. Hanya kamu yang aku inginkan," ucap Alex. Freya memejamkan mata ketika Alex mengucapkan hal tersebut. "Katakan sekali lagi kalau kau mencintaku." Hanya itu yang keluar dari mulut