Freya mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri. Di depannya berdiri Dimitri yang tampak khawatir dengan keadaan Freya yang memegangi dadanya. Freya tersenggal seperti habis lari dari seseorang yang dia takuti. Di luar sayup-sayup terdengan suara wanita yang memanggil nama Freya. Hal itu menarik perhatian Dimitri. "Freya! Jangan menghindar, kita perlu bicara, Frey!" Suara dari belakang pintu ruang karyawan kian terdengar oleh Dimitri dan Freya. Dimitri mendekati Freya untuk menanyakan hal yang terjadi. "Ada apa, Frey?" Kepala Freya menggeleng pelan, dia tidak bisa membicarakannya dnegan Dimitri. Tidak ingin Dimitri membuka pintu yang berada di belakang badan Freya. "Katakan padaku, siapa yang memanggilmu?" tanya Dimitri. "Aku tidak ingin bertemu dengannya, tolong aku, Dim!" ucap Freya dengan wajah memelas. Dimitri menganggukkan kepalanya, tanpa bertanya lebih lanjut pria itu kemudian membuka pintu karyawan. Dia berusaha untuk memahami situasi yang terjadi. Di luar, Emily mencoba
Emily tersenyum mendengar keputusan Freya. Sepertinya, masalah yang dimiliki Freya dengan suaminya memang merupakan hal yang rumit. Emily melihat Freya yang ingin lari dari masa lalunya. Terilhat sangat jelas, dia tidak ingin kembali pada suaminya. Semua hal yang berhubungan dengan kehidupannya sebelum di kota ini ingin dihindari oleh Freya. "Kau pasti bisa menghadapinya, Freya! Cepat atau lambat aku yakin mereka akan mengetahui keberadaanmu karena itulah lebih baik kau menemui temanmu yang sangat ingin berbicara denganmu!" ucap Emily. Freya menatap Emily dengan senyum tipis terlukis di wajahnya. "Ya, kau benar. Tidak ada artinya terus bersembunyi dan berlari dari masalah," balas Freya. Mereka berdua kemudian beranjak dari ruangan perlahan menuju restoran. Terlihat Ghina yang menatap Freya dengan kelegaan. Dia sangat bersyukur Freya memutuskan untuk menemuinya. Ketika Freya seudah sampai di tempat duduk Ghina, Emily dan Dimitri meninggalkan keduanya untuk memberikan privasi untuk sa
"Jadi, kau memberitahukan kehamilanku pada Alex?" ulang Freya dengan raut penuh kekecewaan.Ghina telah berjanji padanya untuk merahasiakan kehamilan Freya. Namun, janji hanyalah sebuah kata yang dapat diingkari. Ghina tetap tenang walau ditatap tajam oleh Freya."Kau yang terlebih dulu membohongiku. Kau katakan kalau akan mengatakan kehamilan pada Alex ketika dia ulang tahun. Nyatanya, kau pergi meninggalkan Alex yang sudah seperti orang gila mencari keberadaanmu," balas Ghina. "Aku hanya ingin menyembunyikannya dari Alex. Ada suatu ketakutan pada diriku ketika mengetahui kehamilanku," ucap Freya dengan membayangkan wajah Alex. Freya menyadari kesalahannya dengan pergi tanpa kata. Hanya saja, semua yang dilakukan oleh Alex membuat dia tidak bisa begitu saja memaafkan Alex. Kesempatan telah diberikan oleh Freya berkali-kali. Bila terus bersama dengan Alex, dia khawatir akan terus dibohongi. Ketakutan akan kasih sayang yang nantinya diberikan oleh Alex juga merupakan pertimbangan Fr
Freya menatap kepergian Ghina, dadanya berdebar ketika memikirkan perkataan dokter muda itu. Benarkah Alex mencarinya ke semua tempat? Bahkan, sampai pria itu jatuh sakit.Perut Freya tiba-tiba berkedut. Sadarlah Freya kalau pikirannya tentang Alex membuat janinnya beraksi. Baru pertama kali dia merasakan kedutan yang berasal dari calon bayinya. Tangan Freya menuju perut bagian bawah yang masih terasa berkedut. "Tenanglah Sayang, tidak apa-apa. Daddymu pasti belum bisa menemukan Mommy. Kita akan tenang berada di tempat ini," ucap Freya sambil mengelus perutnya. Kekhawatiran akan kedatangan Alex tentu dirasakan oleh Freya. Dia masih belum siap melihat reaksi Alex bila bertemu dengan Freya. Dia menyadari sikapnya yang menghindari masalah sangat kekanak-kanakan, tetapi Freya memutuskan untuk tidak ambil pusing. Saat memutuskan untuk pergi dengan seluruh emosi yang dia miliki. Freya telah siap menerima semua risiko yang akan dia terima. Liam, sang kakek adalah orang yang berpikiran terb
Freya meronta dalam dekapan Alex. Akan tetapi, dia tidak dapat berbuat banyak. Perbedaan kekuatan antara pria dan wanita jelas membuatnya kalah telah. Wanita hamil itu menitikkan air mata dalam pelukan suaminya. Alex yang menyadari isakan tangis dari Freya mengendurkan pelukannya. Dia menangkup wajah yang beberapa bulan ini sangat dia rindukan."Sayang, maafkan aku. Jangan menangis," ucap Alex dengan lembut.Kepala Freya menggeleng dengan pelan. Air mata terus berjatuhan di pipi wanita itu. Alex mengusapnya dengan lembut."Dengarkan aku, Sayang. Aku mencintaimu, sangat mencintaimu. Jangan pernah tinggalkan aku lagi. Maafkan aku yang baru menyadari perasaanku ketika kau memilih pergi. Tolong jangan membuatku tersiksa seperti ini, Baby. Aku mencintaimu," ungkap Alex mendekatkan wajahnya pada Freya. Freya membuang muka, mungkin kalau Alex mengatakannya sejak lama sebelum Freya untuk memutuskan pergi, dia akan percaya pada perkataan pria itu. Namun, dia tidak dapat mempercayainya saat i
Alex menatap istrinya dengan penuh kekhawatiran. Dia mengurungkan niat untuk mengompres Freya. Pria itu menaiki ranjang, kemudian memeluk tubuh mungil Freya."Aku akan melakukan apa pun yang kau inginkan, Sayang. Akan tetapi, aku harus mengompresmu, suhu badanmu sangat panas," ucap Alex sambil memeluk Freya. Wanita itu menggelengkan kepalanya, dia merasakan kerinduan pada Alex. Rindu yang tak tertahankan. Pikirannya ingin lepas dari kehidupan Alex, tetapi tubuhnya menginginkan berdekatan dengan suaminya itu."Aku tidak apa-apa. Tetap di sini. Kami membutuhkanmu," balas Freya tanpa menyadari ucapannya. Alex bergetar karena ucapan Freya. Tangannya menuju perut Freya yang sedikit membuncit. Membelai perut tersebut dengan lembut. Ya! Freya sedang mengandung anaknya. Seharusnya dia menyadari akibat dari tindakan gegabahnya hampir membuat Alex kehilangan kedua orang berarti bagi hidupnya. Pikirannya berkelana saat Freya terus menanyakan tentang cinta yang selalu diucapkan oleh Alex. Dia
Freya masih menangkupkan tangan di wajahnya. Rasa malu menjalar hingga ke seluruh tubuhnya Freya hingga membuat telinganya memerah. Alex yang melihat hal itu gemas kemudian mengecup tangan Freya. Kesal dengan perilaku Alex, kemudian menyesali betapa dirinya begitu cepat luluh hanya karena kehadiran Alex. Freya memutuskan kembali bersikap dingin. Dia masih belum memaafkan Alex."Jangan sentuh aku!" seru Freya.Nada marah Freya terdengar hingga membuat Alex terpaku sejenak. Semalam Freya telah menunjukkan kalau dirinya membutuhkan Alex. Pria itu mengetahui kalau tidak semudah itu Freya akan memaafkannya. Namun, dia belum siap mendengar penolakan Freya kembali."Aku hanya ingin mengatakan kalau kau sendiri yang memintaku untuk memelukmu. Kalau kau lupa," ucap Alex mengingatkan."Ya, aku memang bodoh. Itu kan yang ingin kau katakan? Aku bodoh karena dengan mudah luluh dengan dirimu yang terus membohongiku!" balas Freya."Aku tidak membohongimu, Sayang! Aku mencintaimu!" Alex menatap Frey
"Tetap di ranjang saja. Kamu sarapan di sana!" ujar Alex ketika Freya ingin bangkit dari tempat tidur. Freya duduk di ranjang karena Alex tidak membiarkan wanita itu untuk beranjak dari tempat tidur. Pria itu meletakkan nampan di hadapan Freya."Kau tidak sarapan?" tanya Freya."Nanti saja, aku tidak lapar," jawab Alex yang menyuapkan potongan omelet ke mulut Freya. Wanita itu menurut disuapi oleh Alex. Pria di hadapannya itu tersenyum sambil menikmati waktu yang dia lewatkan bersama Freya. Hatinya sungguh lega ketika menemukan keberadaan Freya. Alex mengingat saat Freya juga melakukan hal ini untuk dirinya. Setiap hari, Freya mengunjungi Alex hanya untuk makan siang bersama. Alex menyesal tidak dapat segera membalas perasaan Freya. Penyesalan tidak ada gunanya. Waktu tidak dapat diputar kembali. Alex sudah merasa bahagia karena dapat bertemu kembali dengan sang pujaan hati. Dia harus mendapatkan hati Freya kembali. "Minum obatnya," ujar Alex sambil memberikan dua butir obat untu
Sesampainya di rumah sakit, Freya langsung ditangani oleh beberapa petugas kesehatan. Sebelumnya, Alex telah menghubungi pihak rumah sakit untuk mempersiapkan Freya yang akan melahirkan. Proses kelahiran putra pertama Freya cukup cepat. Air ketuban telah keluar membuat kelahiran pertama yang dialami oleh Freya berlangsung lancar. Alex melihat semua proses yang dialami oleh Freya. Pria itu mendekati sang istri setelah Freya melahirkan sang putra. "Terima kasih, Sayang. Aku mencintaimu," ucap Alex mengecup puncak kepala Freya. Freya tersenyum pada Alex. Terkenang beberapa memori selelum hubungannya dengan Alex sedekat ini. Tidak terkira perasaan bahagia yang dirasakan oleh Freya. Setelah dilakukan pelekatan pada bayi dan ibu, Freya tersenyum melihat sang buah hati. Menjalani proses melahirkan yang cukup mudah membuat Freya sangat bersyukur. Freya dipindahkan ke ruang rawat. Alex selalu menemaninya, pria itu tidak ingin melewatkan satu hal kecil dalam keluarga kecilnya. Br
Usia kandungan Freya memasuki bulan ke sembilan. Mendekati hari perkiraan lahir, Freya masih saja menginginkan untuk ikut ke kantor. Dia bosan bila berada di rumah. Meskipun, telah di larang oleh Brian dan Irene untuk ikut ke perusahaan. Freya tetap pada keinginannya untuk terus bersama dengan Alex. Entah mengapa wanita itu tidak ingin jauh dari sang suami. "Kau di rumah saja, Sayang. Aku akan segera kembali. Tidak akan lama," ucap Alex memperingati Freya. Freya menggelengkan kepala. "Aku bosan di rumah, apa kamu tidak menginginkan aku untuk dekat denganmu?" tanya Freya sambil merenggut. "Aku hanya tidak ingin kau kelelahan, Sayang," jawab Alex mengelus rambut Freya. Masih dengan wajah yang menahan kekesalan, Freya membalas perkataan Alex. "Justru, dengan aku sering berpergian, dapat membuat aku bergerak. Kata orang dengan bergerak dapat mempermudah jalan lahir," ucap Freya. "Begitukah?" Alex seakan tidak percaya dengan perkataan sang istri. Perut Freya yang sangat memb
Hari ini, Freya dan Renata bertemu untuk membeli perlengkapan bayi. Tentu saja, Alex tidak akan melewatkan kesempatan untuk berbelanja bersama sang istri. Walaupun, harus didampingi oleh Renata, sahabat Freya. Pun Felix yang tadinya tidak memiliki urusan untuk berbelanja terpaksa mengikuti Alex karena perintah bosnya itu. Pria yang tidak gemar berbelanja itu harus mengikuti dua wanita yang bersemangat membeli perlengkapan bayi. "Al, apa kita perlu membeli baju berwarna pink?" tanya Freya dengan lembut pada sang suami. Alex membulatkan matanya, hasil USG telah menunjukkan kalau sang buah hati kemungkinan berjenis kelamin laki-laki. Tidak mungkin dia membelikan baju warna pink untuk anaknya. "Ehm.... sebaiknya jangan sayang. Beli saja warna merah," jawab Alex dengan hati-hati. Berpikir sejenak karena mendengar jawaban Alex. "Baiklah, beli warna merah saja, Ren!" ucap Freya mengatakan hal tersebut pada Renata. Alex melihat Felix yang hampir menertawakannya. Jujur saja, sejak
Sepanjang perjalanan menuju tempat Claudia berada, Freya dipenuhi oleh ucapan Tania. Dia tidak menyangka kalau persahabatan antara Claudia dan Tania akan berakhir begitu saja. Dia pikir persahabatan mereka akan terus ada karena Tania selalu mendukung perbuatan Claudia. Alex memperhatikan Freya yang melamunkan sesuatu. Dia mengusap kepala Freya untuk mengalihkan perhatian istrinya. "Ada apa?" tanya Alex sambil menggenggam tangan sang istri. "Tidak ada apa-apa. Aku hanya terpikir tenang persahabatan antara Claudia dan Tania. Kukira persahabatan mereka akan terus berjalan walau Claudia melakukan sesuatu yang salah," jawab Freya dengan jujur. "Tidak perlu memikirkan hubungan keduanya. Kau tidak usah mencampurinya. Mungkin memang takdir kalau persahabatan mereka dapat berakhir. Layaknya sebuah hubungan, persahabatan juga mengenal awal dan akhir," balas Alex mencoba berpikir secara logika. Pria itu tidak ingin Freya terlalu terlibat dalam hubungan persahabatan antara Claudia dan T
Sesuai janji yang dikatakan oleh Alex, dia akan menemani Freya untuk bertemu dengan Claudia dan Tania. Setelah mempertimbangkan berbagai hal, Alex mengatur agar Freya bertemu dengan Tania terlebih dahulu, baru menemui Claudia. Pria itu ingin Freya berbicara dengan Tania agar lebih mudah ketika bertemu dengan Claudia. Freya pun mengiyakan ucapan sang suami. Dia memang berencana untuk menemui Tania baru Claudia. Ketika sampai di sebuah gedung, Freya mengeryitkan dahi. Mereka berada di sebuah panti sosial. Freya menolehkan kepala pada sang suami. "Benarkah Tania berada di sini?" tanya Freya pada Alex. "Ya, aku sudah mencari tahu keberadaan Tania sebelum berangkat. Dia telah berada di panti sosial ini sejak keluar dari rumah sakit," jawab Alex dengan tenang. Tampak tidak percaya, Freya terkejut mengetahui fakta menyedihkan ini. Tania masih sangat muda, seharusnya dia masih dapat memulai kariernya walau keterbatasan yang dimiliki olehnya. Alex dan Freya masuk lalu bertemu denga
Permohonan yang diucapkan oleh Wenny diabaikan oleh Alex. Pria itu menatap angkuh Wenny yang berlutut di hadapannya. Tidak ada rasa kasihan pada sang karyawan. Pun Angel menatap Wenny sekilas, lalu menatap Alex dengan tajam. "Anda tidak bisa seenaknya memecat kami hanya karena kesalahan yang bahkan belum kami perbuat." Angel berusaha mencari celah untuk terhindar dari pemecatan. Alex menyunggingkan senyum sinisnya. "Aku rasa perbuatan kalian yang merencanakan menjadi seorang simpanan dapat menjadi sebuah alasan. Lagi pula, kalian berada di perusahaan ini untuk bekerja bukan menjadi wanita jalang!" tekan Alex dengan penuh ketegasan. Tangan Angel mengepal, baru saja dia merencanakan untuk menggoda sang atasan, tetapi hal tersebut harus dia urungkan. Kehadiran Freya membuat semua berantakan. Tanpa diduga, wanita itu berdiri lalu hendak menyerang Freya. Hal itu segera dicegah Alex dengan menghempaskan tubuh Angel hingga terjatuh. "Beraninya kau pada istriku! Aku akan membuat perhi
Sebelum kedua wanita yang mengganggu pikiran Freya datang, Alex telah mengatakan untuk menggantikannya di kursi kebesaran yang biasa dia duduki. Dia tidak ingin ikut campur lebih jauh, tetapi dia ingin karyawan baru itu mengetahui posisi mereka. Tidak akan ada yang bisa menggoyahkan Alex. Perasannya hanya tertuju pada sang istri. Alex membiarkan Freya melakukan apa pun yang diinginkannya. Bahkan, menghukum dua orang yang baru memiliki niat untuk menggoda Alex. "Lakukan apa yang kau inginkan! Aku akan mendukung semua tindakanmu!" ucap Alex pada sang istri. Freya tersenyum pada Alex. "Benarkah? Walaupun aku memecat kedua karyawanmu itu? Kau akan menyetujui semua tindakanku?" tanya Freya menaikkan alisnya. "Tentu. Kau boleh melakukan apa pun. Lagi pula mereka baru memasuki masa percobaan. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan," jawab Alex dengan kalem. Diam-diam Alex meminta Felix untuk mencari tahu tentang kedua karyawan baru. Ternyata mereka masih menjalani masa percobaan. Pantas saj
Perintah yang dikatakan oleh Alex membuat Felix tersenyum. Rupanya, atasan sangat menuruti perkataan Freya. Walaupun memang seperti itu, tetapi ini merupakan profesionalitas dalam pekerjaan. Tidak dapat dipungkiri, Freya membawa banyak pengaruh pada Alex. CEO dari Perusahan Kingston itu selalu pulang tepat waktu ketika Freya telah kembali pada dirinya. Kehilangan sang istri rupanya dapat mengubah semua kebiasaan Alex. Felix tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh Alex karena dua karyawan tersebut telah berani menyinggung perasaan sang istri. Bila langsung memecat dua orang tersebut rasanya tidak mungkin. Akan tetapi, semua dapat terjadi sesuai dengan keinginan Freya."Baiklah, Tuan! Saya akan memanggilkan kedua orang tersebut," ucap Felix menjawab perintah dari Alex.Freya tersenyum puas, dia memikirkan beberapa hal tentang dia orang yang mengganggu pikirannya. Saat di toilet dia tidak menampik kalau kedua orang itu masih sangat muda. Freya cukup insecure, apa lagi melihat tubuhnya
Pergi dengan rasa kesalnya, Freya bergegas menuju ruangan Alex. Dia ingin menumpahkan kekesalan pada sang suami. Alex yang sedang membaca sebuah laporan terkejut dengan kedatangan Freya yang terlihat memendam emosinya.Alex mengalihkan perhatiannya pada sang istri. Beberapa bulan menemani Freya dalam kondisinya yang hamil, sudah dapat membuat Alex paham kalau ada yang salah pada sang istri. Entah hal apa yang mengganggu istrinya."Halo, Sayang. Kau sudah datang?" tanya Alex sambil menutup berkas di tangannya.Pria itu beranjak dan mendekati Freya yang masih kesal. Bodyguard Freya menunggu di depan ruangan, dia tahu kalau kedua majikannya membutuhkan privasi. Sebenarnya, dia penasaran apa yang terjadi di toilet. Akan tetapi, sangat jelas Freya tidak dalam mood yang baik. "Ya! Alex, aku ingin bertanya padamu. Apa standar penerimaan karyawan baru di Perusahaan Kingston telah melakukan tes psikologi? Aku rasa ada hal yang perlu dibenahi di devisi HRD!" Secara blak-blakan Freya mengungkap