Terima kasih telah membaca.
"Aku akan membuka pintu terlebih dahulu, kamu tunggu di sini!" ucap Alex saat mendengar suara bel di apartemennya."Ya, tentu aku akan menunggu di sini," balas Freya dengan menganggukkan kepalanya.Selama menunggu kedatangan Ghina. Alex menyuapi Freya dengan bubur yang dibuat oleh pria itu. Hatinya menghangat karena perlakukan Alex yang sangat memperhatikan dirinya. Namun, ketika mengingat tentang Claudia, dirinya kembali merasa tidak percaya dengan tindakan Alex. Freya menatap punggung Alex yang menjauhinya dengan sendu. Dia memikirkan berbagai cara untuk menghindari pemeriksaan dari Ghina. Akan tetapi, hal tersebut tidak mungkin dilakukan, Ghina sudah datang ke apartemen mereka. Ghina menghampiri Freya. "Apa yang terjadi pada dirimu?" tanya sang dokter saat melihat Freya yang wajahnya memucat. Keadaan Freya belum membaik setelah muntah yang dia alami tadi. Hal itu membuat Alex semakin khawatir. "Aku hanya merasa sedikit pusing. Alex yang terlalu berlebihan hingga membuat dirimu h
"Ah, tidak. Aku hanya ingin mengatakan kalau kamu lama sekali mengambilkan air. Aku benar-benar haus!" kilah Freya."Maaf, tadi aku menghubungi Felix sebentar. Ada sesuatu yang sangat penting di perusahaan," balas Alex, kemudian menyodorkan air untuk Freya.Alex mengalihkan perhatiannya menatap Ghina. "Jadi, apa yang terjadi pada Freya?" tanya Alex. "Sama seperti kemarin, istrimu melewatkan jam makannya. Asam lambungnya naik, hingga menyebabkan dia mual serta muntah. Aku akan meresepkan obat untuk mengurangi rasa mualnya," jawab Ghina.Freya menatap Ghina selama dokter cantik itu mengatakan alasan untuk Alex. Dia sangat bersyukur dapat meyakinkan Ghina dengan berbagai cara. Hatinya sangat lega, Ghina dapat mengatakan alasan pada Freya."Maafkan aku, Sayang! Seharusnya aku dapat memperhatikan kesehatanmu!" ucap Alex sambil menggenggam tangan Freya. "Tidak perlu minta maaf, aku sendiri yang salah tidak menjaga kesehatanmu," timpal Freya."Baiklah, kalau begitu nanti kamu harus menebus
Felix diperintahkan oleh Alex untuk menebus resep di apotek terdekat. Dia yang sedang makan siang bersama Renata memutuskan untuk melaksanakan perintah atasannya setelah selesai dengan kegiatannya."Panggilan dari siapa?" tanya Renata penasaran.Sebagai partner bekerja, hubungan mereka semakin dekat. Walaupun terkadang bagi Felix, Renata merupakan wanita yang sangat merepotkan. Renata sering sekali menanyakan hal yang tidak seharusnya dia tanyakan."Tuan Alex ingin aku menebus resep untuk Nyonya Freya," jawab Felix, kemudian melanjutkan makannya. "Berarti, Freya sedang sakit karena itu bos tidak datang ke kantor?" ucap Renata memandangi Felix yang menikmati makan siangnya."Sepertinya begitu, aku tidak menanyakan lebih jauh. Akan tetapi, Nyonya Freya memang sedang sakit!" balas Felix. "Aku heran dengan Freya, mengapa akhir-akhir ini dia sangat sering sakit? Mungkin dia sangat tertekan dengan pernikahannya bersama Alex," gumam Renata melamunkan sahabatnya."Jangan ikut campur pada ur
Tubuh Freya menengang ketika Renata mengatakan tentang tentang berita gembira. Mungkinkah Renata mengetahui tentang kehamilan ga?"Apa maksudmu, Ren? Aku tidak memiliki berita apa pun!" tukas Freya memandang Renata yang datang dengan senyuman."Lho, tadi dengan jelas Felix mengatakan kalau kamu bukan sakit, tetapi akan mengabarkan berita gembira untuk kami? Aku penasaran dengan hal itu, Felix tidak ingin memberitahuku," balas Renata dengan wajah kebingungan."Felix yang mengambilkan resep obat untukku, ya?" tanya Freya."Ya, dia membelikannya setelah kami makan siang. Jadi, aku ikut saja untuk menjengukmu. Aku melihat Felix terus tersenyum ketika aku tanya dia bilang kamu akan mengatakan kabar gembira. Jadi, aku menanyakannya padamu," jawab Renata. "Tidak! Aku tidak memiliki kabar apa pun untukmu," balas Freya dengan senyum."Kau tampak pucat, aku akan segera mengambilkan obat yang sudah dibeli oleh Felix," ucap Renata beranjak dari tempat duduknya, lalu pergi menuju tempat Felix ber
Selepas kepergian Renata, Freya tertidur karena efek obat yang dia minum. Sejenak, perempuan itu melupakan tentang masalahnya dengan Alex. Suaminya menatap Freya yang sedang terlelap dengan tenang."Apa yang harus aku lakukan untuk membuatmu kembali percaya padaku? Aku sangat menyesal membantu Claudia tanpa membicarakannya padamu," ucap Alex sambil memandangi istrinya.Dia menyesalkan perbuatannya pada Freya yang tidak dapat mengungkapkan perasaannya dengan gamblang. Menurut Alex, Freya hanya membutuhkan kata cinta yang terucap dari bibirnya. Namun, sayangnya perkataan tersebut tidak pernah terucap dari mulutnya.Lamunan Alex terganggu dengan dering ponselnya. Dia menatap nomor asing yang menghubunginya. Ingin dia abaikan, tetapi takut kalau ada hal penting dari nomor yang tidak dikenal itu. "Halo! Dengan siapa ini?" tanya Alex tanpa berbasa basi.Pria itu memelankan suaranya takut Freya terbangun dari istirahatnya. Terlihat keringat keluar dari dahi Freya tanda obat yang dia minum b
Beberapa waktu berlalu, Alex tidak melanjutkan perkataannya. Freya menanti perkataan yang sangat ingin dia dengar. Bahkan, bila Alex mengucapkan pernyataan cinta tersebut dia akan melupakan kesalahan Alex. Wanita hamil itu dengan sabar menanti ucapan yang mungkin akan keluar dari bibir Alex. Namun, tidak ada kata yang terucap dari Alex. Dia hanya gugup sambil memandangi Freya yang menatap Alex dengan sendu. Freya memejamkan matanya, dia tidak berekspektesi tinggi pada Alex. Hatinya berdenyut nyeri ketika Alex hanya memandang wajahnya tanpa mengatakan apa pun. "Maafkan aku, Freya. Berikan aku waktu lagi untuk mencintaimu. Aku tidak ingin kehilanganmu untuk kedua kalinya," ucap Alex tidak melanjutkan perkataannya. Freya tersenyum miris mendengar ucapan Alex. Sudah terlalu lama dia menunggu, mengikat hatinya pada hanya pada Alex. Semua yang dia lakukan percuma saja, kehangatan yang selalu mereka bagikan tidak berpengaruh pada perasaan Alex. Perkataan Alex membuatnya tersadar kalau
Freya terus merasakan debaran di jantungnya ketika mobil melaju mengikuti Alex. Dia memandangi jalan yang terbentang di sampingnya. Ketakutan menghantui dirinya saat melihat arah mobil Alex. Wanita itu mengenali jalanan yang dia lewati. Seolah membenarkan isi hatinya, mereka berhenti di rumah sakit. Freya memejamkan matanya, melihat mobil Alex berbelok masuk ke Rumah Sakit Royal. Rumah sakit di mana Claudia di rawat. Hatinya mencelos mengetahui tujuan Alex. "Nyonya, apakah Anda ingin turun di sini?" tanya sopir memutuskan lamunan Freya. "Ya, saya akan turun, Pak!" jawab Freya. Freya terperangah kemudian mencari dompetnya, mengeluarkan uang untuk diberikan pada sang sopir. "Terima kasih, Pak," ucap Freya. Wanita itu melihat Alex yang memasuki rumah sakit. Dengan perlahan, dia mengikuti langkah Alex. Walau sudah tahu ke mana pria itu akan pergi. Dia selalu berharap kalau yang berada dalam pikirannya bukanlah kebenaran. 'Alex telah berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya. Akan
Dengan langkah perlahan, Freya berjalan ke luar rumah sakit. Dia memilih untuk tidak menaiki taksi. Wanita hamil itu berhenti di halte, kemudian menaiki bus di depannya. Pikiran Freya melayang entah kemana. Yang dalam keyakinannya hanya, dia harus pergi meninggalkan Alex. Wanita itu tidak ingin terus berada di sisi Alex. Hilangnya kepercayaan menambah keinginan Freya untuk menghilang dari sisi Alex. Freya terus menaiki bus tersebut, tanpa mengetahui tujuan akhir dari bus yang dia naiki. Dia membiarkan saja dirinya mengikuti ke mana bus melaju. Tidak mungkin, dia mengunjungi Liam —kakeknya— karena bisa jadi Freya akan diminta untuk terus mengalah dan tetap bersama dengan Alex. "Maaf, Nona! Kita telah sampai dipemberhentian terakhir. Ke mana tujuan, Nona?" tanya sang sopir melihat Freya dengan senyum di wajahnya."Ah, baiklah, aku akan turun. Terima kasih, Pak," jawab Freya dengan senyum di wajahnya. "Anda tidak apa-apa, Nona. Wajah Anda terlihat sangat pucat. Sebaiknya, Anda makan