Terima kasih telah membaca, ikuti terus kisah Freya dan Alex. Follow IG @miss_yuneee
Freya terus merasakan debaran di jantungnya ketika mobil melaju mengikuti Alex. Dia memandangi jalan yang terbentang di sampingnya. Ketakutan menghantui dirinya saat melihat arah mobil Alex. Wanita itu mengenali jalanan yang dia lewati. Seolah membenarkan isi hatinya, mereka berhenti di rumah sakit. Freya memejamkan matanya, melihat mobil Alex berbelok masuk ke Rumah Sakit Royal. Rumah sakit di mana Claudia di rawat. Hatinya mencelos mengetahui tujuan Alex. "Nyonya, apakah Anda ingin turun di sini?" tanya sopir memutuskan lamunan Freya. "Ya, saya akan turun, Pak!" jawab Freya. Freya terperangah kemudian mencari dompetnya, mengeluarkan uang untuk diberikan pada sang sopir. "Terima kasih, Pak," ucap Freya. Wanita itu melihat Alex yang memasuki rumah sakit. Dengan perlahan, dia mengikuti langkah Alex. Walau sudah tahu ke mana pria itu akan pergi. Dia selalu berharap kalau yang berada dalam pikirannya bukanlah kebenaran. 'Alex telah berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya. Akan
Dengan langkah perlahan, Freya berjalan ke luar rumah sakit. Dia memilih untuk tidak menaiki taksi. Wanita hamil itu berhenti di halte, kemudian menaiki bus di depannya. Pikiran Freya melayang entah kemana. Yang dalam keyakinannya hanya, dia harus pergi meninggalkan Alex. Wanita itu tidak ingin terus berada di sisi Alex. Hilangnya kepercayaan menambah keinginan Freya untuk menghilang dari sisi Alex. Freya terus menaiki bus tersebut, tanpa mengetahui tujuan akhir dari bus yang dia naiki. Dia membiarkan saja dirinya mengikuti ke mana bus melaju. Tidak mungkin, dia mengunjungi Liam —kakeknya— karena bisa jadi Freya akan diminta untuk terus mengalah dan tetap bersama dengan Alex. "Maaf, Nona! Kita telah sampai dipemberhentian terakhir. Ke mana tujuan, Nona?" tanya sang sopir melihat Freya dengan senyum di wajahnya."Ah, baiklah, aku akan turun. Terima kasih, Pak," jawab Freya dengan senyum di wajahnya. "Anda tidak apa-apa, Nona. Wajah Anda terlihat sangat pucat. Sebaiknya, Anda makan
Alex berjalan dengan langkah tergesa-gesa meninggalkan Freya. Debaran jantungnya menjadi lebih cepat ketika mengetahui istrinya mendatangi rumah sakit. Pria itu, tetap melihat ke sekeliling karena mungkin Freya masih berada di sekitar rumah sakit. Harapannya pupus karena tidak melihat batang hidung wanita yang menjadi pusat pikirannya saat ini.Alex memasuki mobilnya, dia berharap Freya sudah menunggunya di apartemen. Pria itu melajukan mobilnya dengan cepat, dia mengkhawatirkan keberadaan Freya. Kembali, dia merutuki kebodohannya karena telah melakukan kesalahan sekali lagi. "Sial! Apa yang harus aku lakukan? Bodohnya aku telah membuat Freya kembali kecewa! Pasti saat ini, Freya berpikir untuk pergi dari sisiku!" gumam Alex meremas stir dengan frustasi. Saat berpamitan pada Freya, dia tidak mengatakan kalau akan ke rumah sakit. Pria itu hanya ingin membuat Claudia berhenti mengganggunya. Panggilan ponselnya selalu membuat Freya curiga, dia tidak ingin wanita itu diliputi perasaan g
Freya merasakan seluruh tubuhnya sakit, pusing di kepalanya masih dirasakan oleh wanita itu. Perlahan, dia mencoba untuk membuka matanya, meskipun sangat sulit. Dia melihat pemandangan yang berbeda dari biasanya. Tidak ada Alex yang biasanya berada di sampingnya. "Nak, kamu sudah sadar? Dapatkah kamu merespon ucapanku?" tanya seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik. "Ini di mana?" Tidak menjawab pertanyaan dari wanita tersebut, Freya menanyakan tempat saat ini dia berada. "Kau berada di desa kami, Sayang. Semalam aku menemukanmu tergeletak di seberang restoran milik kami. Kami mengira kamu merupakan korban tabrak lari. Namun, ternyata kamu tidak sadarkan diri karena kesehatanmu," ucap wanita paruh baya tersebut. Tampak seorang pria paruh baya di belakangnya. "Perkenalkan, aku adalah Jhon dan ini adalah istriku Kate. Kamu tenang saja, jangan takut pada kami. Kami bukanlah orang jahat," kata Jhon melihat wajah Freya yang tampak kebingungan. Freya berusaha untuk menging
"Kamu ke mana, Sayang?" gumam Alex mengendarai mobilnya menembus keheningan malam. Pria itu tidak dapat terus menunggu kabar pencarian Freya dari Felix. Renata telah menghubungi semua teman yang dia ketahui, tetapi tidak terdapat sama sekali petunjuk dari hal tersebut. Kegelisahan menyelimuti hati Alex. Dia memikirkan keadaan Freya yang tidak dia ketahui keadaannya. Terakhir kali dia berpamitan pada Freya, wanita itu tampak sangat pucat. Kekhawatiran melanda segenap perasaan dirinya. "Apa aku harus ke Mansion Kingston? Mungkin saja Freya pergi untuk menemui Kakek Brian dan Tante Irene?" Akhirnya, Alex memutuskan untuk mencari Freya ke Mansion Kingston. Waktu telah menunjukkan tengah malam, sama sekali tidak terasa kantuk yang mendera pria tersebut. Kecemasannya pada keberadaan Freya menjadikan Alex tidak berpikir untuk istirahat. Dia harus mencari Freya hingga wanita itu ditemukan. Alex memasuki Mansion Kingston dengan tergesa-gesa. Dia membayangkan kalau Freya mengunjungi Brian.
"Mana Freya?" tanya Brian yang menatap cucunya dengan tajam. Alex menolehkan kepala, kemudian membalas tatapan Brian. Tidak mungkin dia terus menutupi kepergian Freya. Cepat atau lambat, Brian akan mengetahui tentang hal ini. Memejamkan matanya sebentar, Alex memutuskan untuk mengaku pada Brian tentang masalah rumah tangganya dengan Freya. "Aku sendiri, Kek. Kedatanganku ke Mansion untuk mencari keberadaan Freya. Sejak tadi sore, Freya menghilang. Aku tidak menemukannya di mana pun!" jawab Alex. "Apa maksudmu dengan menghilang? Apa Freya diculik?" Brian panik mendengar penuturan Alex. Dahi pria tua itu berkerut melihat Alex tampak tegang mendengar pertanyaan Alex. Brian berpikir sejenak, tidak mungkin cucu menantunya diculik. Dia mengetahui keamanan apartemen Alex yang sangat ketat. Tidak sembarangan orang dapat masuk ke apartemen Alex. "Jawab Alex!" teriak Brian. Emosi terlihat di wajah Brian, entah mengapa perasaannya tidak begitu baik. Dia menyimpulkan kalau cucu menantunya t
Selama tiga hari, Freya di rawat dengan sepenuh hati oleh Kate dan John. Mereka berdua memiliki sebuah restoran yang terdapat di samping rumah. Kehadiran Freya disambut hangat oleh dua orang tersebut, tetapi, tidak dengan putra mereka.Freya pernah melihat pria bertubuh tinggi dan atletis menghampiri dirinya yang sedang beristirahat. Dokter menganjurkannya untuk bedrest sehingga dia belum boleh beraktifitas seperti biasanya. Pria itu menatap tajam Freya sebelum mengatakan suatu hal yang menyakiti hati ibu hamil yang masih rapuh itu."Sebaiknya kau lekas pulih, paling tidak kau dapat membantu di rumah ini. Jangan hanya berbaring seperti orang sekarat!" tegur pria yang diketahui Freya bernama Dimitri."Maaf kalau kehadiranku mengganggumu! Aku belum dapat membantu kalian, maafkan aku," balas Freya yang tidak enak hati karena teguran Dimitri."Atau lebih baik kau pulang saja ke rumahmu. Bukankah kau sedang hamil? Repotkanlah suamimu, jangan malah membuat orang lain menjagamu!" Dimitri men
Selepas kepergian Alex dari rumah sakit, Claudia jarang berbicara panjang lebar dengan Tania. Sudah tiga hari, sahabatnya itu tidak pernah berbicara lebih dari dua kalimat. Claudia mengetahui kalau hal yang dilakukannya adalah sebuah kesalahan. Namun, dia tidak peduli dengan hal tersebut, dia ingin mendapatkan kembali perhatian Alex. "Mengapa kau mendiamkan aku seperti ini, Tania? Apa kesalahanku padamu?" tanya Claudia yang terusik dengan tingkah laku Tania. Saat ini, hanya Tania tempatnya bergantung. Seusai pengobatan yang melelahkan, hingga dia mendapatkan donor ginjal yang tepat untuknya, hanya Tania yang setia menemaninya. Tentunya, dia tidak ingin kalau Tania bersikap dingin padanya. "Tanpa aku beritahukan kesalahanmu, bukankah kau dapat mengetahuinya, Claudia?" balas Tania yang masih irit bicara. "Aku memang menghubungi Alex untuk mengucapkan terima kasih. Aku juga ingin dia mengunjungiku sekali saja. Namun, aku tidak menyangka kalau Alex datang untuk menjengukku. Aku piki
Sesampainya di rumah sakit, Freya langsung ditangani oleh beberapa petugas kesehatan. Sebelumnya, Alex telah menghubungi pihak rumah sakit untuk mempersiapkan Freya yang akan melahirkan. Proses kelahiran putra pertama Freya cukup cepat. Air ketuban telah keluar membuat kelahiran pertama yang dialami oleh Freya berlangsung lancar. Alex melihat semua proses yang dialami oleh Freya. Pria itu mendekati sang istri setelah Freya melahirkan sang putra. "Terima kasih, Sayang. Aku mencintaimu," ucap Alex mengecup puncak kepala Freya. Freya tersenyum pada Alex. Terkenang beberapa memori selelum hubungannya dengan Alex sedekat ini. Tidak terkira perasaan bahagia yang dirasakan oleh Freya. Setelah dilakukan pelekatan pada bayi dan ibu, Freya tersenyum melihat sang buah hati. Menjalani proses melahirkan yang cukup mudah membuat Freya sangat bersyukur. Freya dipindahkan ke ruang rawat. Alex selalu menemaninya, pria itu tidak ingin melewatkan satu hal kecil dalam keluarga kecilnya. Br
Usia kandungan Freya memasuki bulan ke sembilan. Mendekati hari perkiraan lahir, Freya masih saja menginginkan untuk ikut ke kantor. Dia bosan bila berada di rumah. Meskipun, telah di larang oleh Brian dan Irene untuk ikut ke perusahaan. Freya tetap pada keinginannya untuk terus bersama dengan Alex. Entah mengapa wanita itu tidak ingin jauh dari sang suami. "Kau di rumah saja, Sayang. Aku akan segera kembali. Tidak akan lama," ucap Alex memperingati Freya. Freya menggelengkan kepala. "Aku bosan di rumah, apa kamu tidak menginginkan aku untuk dekat denganmu?" tanya Freya sambil merenggut. "Aku hanya tidak ingin kau kelelahan, Sayang," jawab Alex mengelus rambut Freya. Masih dengan wajah yang menahan kekesalan, Freya membalas perkataan Alex. "Justru, dengan aku sering berpergian, dapat membuat aku bergerak. Kata orang dengan bergerak dapat mempermudah jalan lahir," ucap Freya. "Begitukah?" Alex seakan tidak percaya dengan perkataan sang istri. Perut Freya yang sangat memb
Hari ini, Freya dan Renata bertemu untuk membeli perlengkapan bayi. Tentu saja, Alex tidak akan melewatkan kesempatan untuk berbelanja bersama sang istri. Walaupun, harus didampingi oleh Renata, sahabat Freya. Pun Felix yang tadinya tidak memiliki urusan untuk berbelanja terpaksa mengikuti Alex karena perintah bosnya itu. Pria yang tidak gemar berbelanja itu harus mengikuti dua wanita yang bersemangat membeli perlengkapan bayi. "Al, apa kita perlu membeli baju berwarna pink?" tanya Freya dengan lembut pada sang suami. Alex membulatkan matanya, hasil USG telah menunjukkan kalau sang buah hati kemungkinan berjenis kelamin laki-laki. Tidak mungkin dia membelikan baju warna pink untuk anaknya. "Ehm.... sebaiknya jangan sayang. Beli saja warna merah," jawab Alex dengan hati-hati. Berpikir sejenak karena mendengar jawaban Alex. "Baiklah, beli warna merah saja, Ren!" ucap Freya mengatakan hal tersebut pada Renata. Alex melihat Felix yang hampir menertawakannya. Jujur saja, sejak
Sepanjang perjalanan menuju tempat Claudia berada, Freya dipenuhi oleh ucapan Tania. Dia tidak menyangka kalau persahabatan antara Claudia dan Tania akan berakhir begitu saja. Dia pikir persahabatan mereka akan terus ada karena Tania selalu mendukung perbuatan Claudia. Alex memperhatikan Freya yang melamunkan sesuatu. Dia mengusap kepala Freya untuk mengalihkan perhatian istrinya. "Ada apa?" tanya Alex sambil menggenggam tangan sang istri. "Tidak ada apa-apa. Aku hanya terpikir tenang persahabatan antara Claudia dan Tania. Kukira persahabatan mereka akan terus berjalan walau Claudia melakukan sesuatu yang salah," jawab Freya dengan jujur. "Tidak perlu memikirkan hubungan keduanya. Kau tidak usah mencampurinya. Mungkin memang takdir kalau persahabatan mereka dapat berakhir. Layaknya sebuah hubungan, persahabatan juga mengenal awal dan akhir," balas Alex mencoba berpikir secara logika. Pria itu tidak ingin Freya terlalu terlibat dalam hubungan persahabatan antara Claudia dan T
Sesuai janji yang dikatakan oleh Alex, dia akan menemani Freya untuk bertemu dengan Claudia dan Tania. Setelah mempertimbangkan berbagai hal, Alex mengatur agar Freya bertemu dengan Tania terlebih dahulu, baru menemui Claudia. Pria itu ingin Freya berbicara dengan Tania agar lebih mudah ketika bertemu dengan Claudia. Freya pun mengiyakan ucapan sang suami. Dia memang berencana untuk menemui Tania baru Claudia. Ketika sampai di sebuah gedung, Freya mengeryitkan dahi. Mereka berada di sebuah panti sosial. Freya menolehkan kepala pada sang suami. "Benarkah Tania berada di sini?" tanya Freya pada Alex. "Ya, aku sudah mencari tahu keberadaan Tania sebelum berangkat. Dia telah berada di panti sosial ini sejak keluar dari rumah sakit," jawab Alex dengan tenang. Tampak tidak percaya, Freya terkejut mengetahui fakta menyedihkan ini. Tania masih sangat muda, seharusnya dia masih dapat memulai kariernya walau keterbatasan yang dimiliki olehnya. Alex dan Freya masuk lalu bertemu denga
Permohonan yang diucapkan oleh Wenny diabaikan oleh Alex. Pria itu menatap angkuh Wenny yang berlutut di hadapannya. Tidak ada rasa kasihan pada sang karyawan. Pun Angel menatap Wenny sekilas, lalu menatap Alex dengan tajam. "Anda tidak bisa seenaknya memecat kami hanya karena kesalahan yang bahkan belum kami perbuat." Angel berusaha mencari celah untuk terhindar dari pemecatan. Alex menyunggingkan senyum sinisnya. "Aku rasa perbuatan kalian yang merencanakan menjadi seorang simpanan dapat menjadi sebuah alasan. Lagi pula, kalian berada di perusahaan ini untuk bekerja bukan menjadi wanita jalang!" tekan Alex dengan penuh ketegasan. Tangan Angel mengepal, baru saja dia merencanakan untuk menggoda sang atasan, tetapi hal tersebut harus dia urungkan. Kehadiran Freya membuat semua berantakan. Tanpa diduga, wanita itu berdiri lalu hendak menyerang Freya. Hal itu segera dicegah Alex dengan menghempaskan tubuh Angel hingga terjatuh. "Beraninya kau pada istriku! Aku akan membuat perhi
Sebelum kedua wanita yang mengganggu pikiran Freya datang, Alex telah mengatakan untuk menggantikannya di kursi kebesaran yang biasa dia duduki. Dia tidak ingin ikut campur lebih jauh, tetapi dia ingin karyawan baru itu mengetahui posisi mereka. Tidak akan ada yang bisa menggoyahkan Alex. Perasannya hanya tertuju pada sang istri. Alex membiarkan Freya melakukan apa pun yang diinginkannya. Bahkan, menghukum dua orang yang baru memiliki niat untuk menggoda Alex. "Lakukan apa yang kau inginkan! Aku akan mendukung semua tindakanmu!" ucap Alex pada sang istri. Freya tersenyum pada Alex. "Benarkah? Walaupun aku memecat kedua karyawanmu itu? Kau akan menyetujui semua tindakanku?" tanya Freya menaikkan alisnya. "Tentu. Kau boleh melakukan apa pun. Lagi pula mereka baru memasuki masa percobaan. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan," jawab Alex dengan kalem. Diam-diam Alex meminta Felix untuk mencari tahu tentang kedua karyawan baru. Ternyata mereka masih menjalani masa percobaan. Pantas saj
Perintah yang dikatakan oleh Alex membuat Felix tersenyum. Rupanya, atasan sangat menuruti perkataan Freya. Walaupun memang seperti itu, tetapi ini merupakan profesionalitas dalam pekerjaan. Tidak dapat dipungkiri, Freya membawa banyak pengaruh pada Alex. CEO dari Perusahan Kingston itu selalu pulang tepat waktu ketika Freya telah kembali pada dirinya. Kehilangan sang istri rupanya dapat mengubah semua kebiasaan Alex. Felix tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh Alex karena dua karyawan tersebut telah berani menyinggung perasaan sang istri. Bila langsung memecat dua orang tersebut rasanya tidak mungkin. Akan tetapi, semua dapat terjadi sesuai dengan keinginan Freya."Baiklah, Tuan! Saya akan memanggilkan kedua orang tersebut," ucap Felix menjawab perintah dari Alex.Freya tersenyum puas, dia memikirkan beberapa hal tentang dia orang yang mengganggu pikirannya. Saat di toilet dia tidak menampik kalau kedua orang itu masih sangat muda. Freya cukup insecure, apa lagi melihat tubuhnya
Pergi dengan rasa kesalnya, Freya bergegas menuju ruangan Alex. Dia ingin menumpahkan kekesalan pada sang suami. Alex yang sedang membaca sebuah laporan terkejut dengan kedatangan Freya yang terlihat memendam emosinya.Alex mengalihkan perhatiannya pada sang istri. Beberapa bulan menemani Freya dalam kondisinya yang hamil, sudah dapat membuat Alex paham kalau ada yang salah pada sang istri. Entah hal apa yang mengganggu istrinya."Halo, Sayang. Kau sudah datang?" tanya Alex sambil menutup berkas di tangannya.Pria itu beranjak dan mendekati Freya yang masih kesal. Bodyguard Freya menunggu di depan ruangan, dia tahu kalau kedua majikannya membutuhkan privasi. Sebenarnya, dia penasaran apa yang terjadi di toilet. Akan tetapi, sangat jelas Freya tidak dalam mood yang baik. "Ya! Alex, aku ingin bertanya padamu. Apa standar penerimaan karyawan baru di Perusahaan Kingston telah melakukan tes psikologi? Aku rasa ada hal yang perlu dibenahi di devisi HRD!" Secara blak-blakan Freya mengungkap