Beberapa waktu berlalu, Alex tidak melanjutkan perkataannya. Freya menanti perkataan yang sangat ingin dia dengar. Bahkan, bila Alex mengucapkan pernyataan cinta tersebut dia akan melupakan kesalahan Alex. Wanita hamil itu dengan sabar menanti ucapan yang mungkin akan keluar dari bibir Alex. Namun, tidak ada kata yang terucap dari Alex. Dia hanya gugup sambil memandangi Freya yang menatap Alex dengan sendu. Freya memejamkan matanya, dia tidak berekspektesi tinggi pada Alex. Hatinya berdenyut nyeri ketika Alex hanya memandang wajahnya tanpa mengatakan apa pun. "Maafkan aku, Freya. Berikan aku waktu lagi untuk mencintaimu. Aku tidak ingin kehilanganmu untuk kedua kalinya," ucap Alex tidak melanjutkan perkataannya. Freya tersenyum miris mendengar ucapan Alex. Sudah terlalu lama dia menunggu, mengikat hatinya pada hanya pada Alex. Semua yang dia lakukan percuma saja, kehangatan yang selalu mereka bagikan tidak berpengaruh pada perasaan Alex. Perkataan Alex membuatnya tersadar kalau
Freya terus merasakan debaran di jantungnya ketika mobil melaju mengikuti Alex. Dia memandangi jalan yang terbentang di sampingnya. Ketakutan menghantui dirinya saat melihat arah mobil Alex. Wanita itu mengenali jalanan yang dia lewati. Seolah membenarkan isi hatinya, mereka berhenti di rumah sakit. Freya memejamkan matanya, melihat mobil Alex berbelok masuk ke Rumah Sakit Royal. Rumah sakit di mana Claudia di rawat. Hatinya mencelos mengetahui tujuan Alex. "Nyonya, apakah Anda ingin turun di sini?" tanya sopir memutuskan lamunan Freya. "Ya, saya akan turun, Pak!" jawab Freya. Freya terperangah kemudian mencari dompetnya, mengeluarkan uang untuk diberikan pada sang sopir. "Terima kasih, Pak," ucap Freya. Wanita itu melihat Alex yang memasuki rumah sakit. Dengan perlahan, dia mengikuti langkah Alex. Walau sudah tahu ke mana pria itu akan pergi. Dia selalu berharap kalau yang berada dalam pikirannya bukanlah kebenaran. 'Alex telah berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya. Akan
Dengan langkah perlahan, Freya berjalan ke luar rumah sakit. Dia memilih untuk tidak menaiki taksi. Wanita hamil itu berhenti di halte, kemudian menaiki bus di depannya. Pikiran Freya melayang entah kemana. Yang dalam keyakinannya hanya, dia harus pergi meninggalkan Alex. Wanita itu tidak ingin terus berada di sisi Alex. Hilangnya kepercayaan menambah keinginan Freya untuk menghilang dari sisi Alex. Freya terus menaiki bus tersebut, tanpa mengetahui tujuan akhir dari bus yang dia naiki. Dia membiarkan saja dirinya mengikuti ke mana bus melaju. Tidak mungkin, dia mengunjungi Liam —kakeknya— karena bisa jadi Freya akan diminta untuk terus mengalah dan tetap bersama dengan Alex. "Maaf, Nona! Kita telah sampai dipemberhentian terakhir. Ke mana tujuan, Nona?" tanya sang sopir melihat Freya dengan senyum di wajahnya."Ah, baiklah, aku akan turun. Terima kasih, Pak," jawab Freya dengan senyum di wajahnya. "Anda tidak apa-apa, Nona. Wajah Anda terlihat sangat pucat. Sebaiknya, Anda makan
Alex berjalan dengan langkah tergesa-gesa meninggalkan Freya. Debaran jantungnya menjadi lebih cepat ketika mengetahui istrinya mendatangi rumah sakit. Pria itu, tetap melihat ke sekeliling karena mungkin Freya masih berada di sekitar rumah sakit. Harapannya pupus karena tidak melihat batang hidung wanita yang menjadi pusat pikirannya saat ini.Alex memasuki mobilnya, dia berharap Freya sudah menunggunya di apartemen. Pria itu melajukan mobilnya dengan cepat, dia mengkhawatirkan keberadaan Freya. Kembali, dia merutuki kebodohannya karena telah melakukan kesalahan sekali lagi. "Sial! Apa yang harus aku lakukan? Bodohnya aku telah membuat Freya kembali kecewa! Pasti saat ini, Freya berpikir untuk pergi dari sisiku!" gumam Alex meremas stir dengan frustasi. Saat berpamitan pada Freya, dia tidak mengatakan kalau akan ke rumah sakit. Pria itu hanya ingin membuat Claudia berhenti mengganggunya. Panggilan ponselnya selalu membuat Freya curiga, dia tidak ingin wanita itu diliputi perasaan g
Freya merasakan seluruh tubuhnya sakit, pusing di kepalanya masih dirasakan oleh wanita itu. Perlahan, dia mencoba untuk membuka matanya, meskipun sangat sulit. Dia melihat pemandangan yang berbeda dari biasanya. Tidak ada Alex yang biasanya berada di sampingnya. "Nak, kamu sudah sadar? Dapatkah kamu merespon ucapanku?" tanya seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik. "Ini di mana?" Tidak menjawab pertanyaan dari wanita tersebut, Freya menanyakan tempat saat ini dia berada. "Kau berada di desa kami, Sayang. Semalam aku menemukanmu tergeletak di seberang restoran milik kami. Kami mengira kamu merupakan korban tabrak lari. Namun, ternyata kamu tidak sadarkan diri karena kesehatanmu," ucap wanita paruh baya tersebut. Tampak seorang pria paruh baya di belakangnya. "Perkenalkan, aku adalah Jhon dan ini adalah istriku Kate. Kamu tenang saja, jangan takut pada kami. Kami bukanlah orang jahat," kata Jhon melihat wajah Freya yang tampak kebingungan. Freya berusaha untuk menging
"Kamu ke mana, Sayang?" gumam Alex mengendarai mobilnya menembus keheningan malam. Pria itu tidak dapat terus menunggu kabar pencarian Freya dari Felix. Renata telah menghubungi semua teman yang dia ketahui, tetapi tidak terdapat sama sekali petunjuk dari hal tersebut. Kegelisahan menyelimuti hati Alex. Dia memikirkan keadaan Freya yang tidak dia ketahui keadaannya. Terakhir kali dia berpamitan pada Freya, wanita itu tampak sangat pucat. Kekhawatiran melanda segenap perasaan dirinya. "Apa aku harus ke Mansion Kingston? Mungkin saja Freya pergi untuk menemui Kakek Brian dan Tante Irene?" Akhirnya, Alex memutuskan untuk mencari Freya ke Mansion Kingston. Waktu telah menunjukkan tengah malam, sama sekali tidak terasa kantuk yang mendera pria tersebut. Kecemasannya pada keberadaan Freya menjadikan Alex tidak berpikir untuk istirahat. Dia harus mencari Freya hingga wanita itu ditemukan. Alex memasuki Mansion Kingston dengan tergesa-gesa. Dia membayangkan kalau Freya mengunjungi Brian.
"Mana Freya?" tanya Brian yang menatap cucunya dengan tajam. Alex menolehkan kepala, kemudian membalas tatapan Brian. Tidak mungkin dia terus menutupi kepergian Freya. Cepat atau lambat, Brian akan mengetahui tentang hal ini. Memejamkan matanya sebentar, Alex memutuskan untuk mengaku pada Brian tentang masalah rumah tangganya dengan Freya. "Aku sendiri, Kek. Kedatanganku ke Mansion untuk mencari keberadaan Freya. Sejak tadi sore, Freya menghilang. Aku tidak menemukannya di mana pun!" jawab Alex. "Apa maksudmu dengan menghilang? Apa Freya diculik?" Brian panik mendengar penuturan Alex. Dahi pria tua itu berkerut melihat Alex tampak tegang mendengar pertanyaan Alex. Brian berpikir sejenak, tidak mungkin cucu menantunya diculik. Dia mengetahui keamanan apartemen Alex yang sangat ketat. Tidak sembarangan orang dapat masuk ke apartemen Alex. "Jawab Alex!" teriak Brian. Emosi terlihat di wajah Brian, entah mengapa perasaannya tidak begitu baik. Dia menyimpulkan kalau cucu menantunya t
Selama tiga hari, Freya di rawat dengan sepenuh hati oleh Kate dan John. Mereka berdua memiliki sebuah restoran yang terdapat di samping rumah. Kehadiran Freya disambut hangat oleh dua orang tersebut, tetapi, tidak dengan putra mereka.Freya pernah melihat pria bertubuh tinggi dan atletis menghampiri dirinya yang sedang beristirahat. Dokter menganjurkannya untuk bedrest sehingga dia belum boleh beraktifitas seperti biasanya. Pria itu menatap tajam Freya sebelum mengatakan suatu hal yang menyakiti hati ibu hamil yang masih rapuh itu."Sebaiknya kau lekas pulih, paling tidak kau dapat membantu di rumah ini. Jangan hanya berbaring seperti orang sekarat!" tegur pria yang diketahui Freya bernama Dimitri."Maaf kalau kehadiranku mengganggumu! Aku belum dapat membantu kalian, maafkan aku," balas Freya yang tidak enak hati karena teguran Dimitri."Atau lebih baik kau pulang saja ke rumahmu. Bukankah kau sedang hamil? Repotkanlah suamimu, jangan malah membuat orang lain menjagamu!" Dimitri men