Senyuman yang tadi tersemat di bibir orang tua Raka hilang seketika mendengar jawaban Candy. Empat sampai lima tahun bukan waktu singkat, itu artinya usia Raka sekitar 34 atau 35 tahun. Usia itu adalah usia yang cukup tua untuk mengawali rumah tangga. “Candy, perempuan memiliki batas waktu untuk bisa memiliki anak. Kamu tahu kan maksud Tante?” Tentu saja Candy tahu. Tapi untuk menikah sekarang, Candy juga tidak bisa melakukannya. Candy menunduk dalam. Keinginan untuk menangis begitu besar. Untuk beberapa saat dia hanya diam dan sibuk dengan pikirannya sendiri, tapi setelah merasa memiliki kekuatan kembali, dia mendongak untuk menatap perempuan paruh baya di depannya.“Tante, saya janji setelah menikah, saya akan langsung program untuk memiliki anak. Dan program lagi setelah dua tahun kemudian. Bisakah seperti itu?” “Memiliki anak tidak semudah yang kamu bayangkan, Candy.” Ayah Raka bersuara. “Kami dulu memiliki Raka membutuhkan waktu hampir lima tahun. Saat kami akan program untuk
Violet menoleh saat namanya disebut. Sedikit mengernyit ketika melihat seorang wanita yang tidak asing di sebelahnya, tapi ingatannya menguak sebuah memori yang sudah tenggelam oleh tumpukan memori yang lain. Dia pernah melihat perempuan itu di restoran. Dia bersama dengan Vier. “Anda, mantan bos Vier?” tanya Violet setelah itu. Kaila memberikan sebuah senyuman kecil sebagai formalitas meskipun dia tak suka dengan sebutan yang Violet berikan. Mantan bos? Kalau bukan karena pihak VL yang mengambil Vier dari Sky Blue, maka Vier masih bekerja dengannya dan tentu saja masih menjadi karyawannya. Raut kesal Kaila bisa dengan mudah dibaca oleh Violet. Tapi Violet tetaplah Violet, dia bisa dengan mudah melemparkan segala macam hal yang tidak berguna di dalam kepalanya. “Ya, begitulah kira-kira.” Kaila menjawabnya dengan suara mengandung kesinisan. Violet tidak menjawabnya lagi karena dia tidak memiliki hal penting yang harus dikatakan.Candy berjalan mendekat ke arah Violet dan keningnya
Pertanyaan itu sebenarnya sudah memiliki jawaban yang jelas. Jika mereka akan kembali menikah, maka sudah pasti harus melewati tahapan yang mengerikan. Penolakan demi penolakan pasti akan diberikan oleh ibu Vier tak peduli apa. Terlebih lagi, Vier pernah mengatakan akan melajang seumur hidup. Bagaimana bisa ucapannya tidak bisa dipegang sama sekali? Itu hanya akan mempermalukan dirinya sendiri di hadapan ibunya. Tapi, kehilangan Violet untuk kedua kalinya bukan sebuah pilihan. “Aku tidak akan berbohong kalau Ibu masih menentang cinta kita. Beliau pasti akan terus menentang. Tapi Violet, bisakah kita mencobanya?” “Bagaimana kalau gagal?” Violet pernah mendapatkan penghinaan yang begitu menyakitkan dari perempuan paruh baya itu sebelumnya. Dia tahu kalau ibu Vier tidak bisa ditaklukkan begitu saja. Perempuan itu keras kepala. Sangat. “Jangan pedulikan kegagalan itu. Yang terpenting kita mencobanya.” “Kalau kamu mencintai Vier, maka kamu juga harus mencintai keluarganya, Violet.”
Kesalahan tak termaafkan. Rasanya, ucapan itu cukup keji. Violet yang mendengarnya merasa ucapan mantan ibu mertuanya sudah keterlaluan. Dia tidak melakukan tindakan kriminal seperti pembunuhan yang menghilangkan nyawa seseorang. Tapi karena sudah terlanjur kebencian itu masuk dalam setiap hembusan nafas perempuan itu, maka hanya ada kebencian di dalam hatinya. “Kenapa tidak menjawab?” tanya ibu Vier lagi. “Ucapan saya adalah kebenaran. Karena itu kamu tidak memiliki sanggahan.” Perempuan itu puas melihat Violet yang tampak tidak bisa berkutik karena ucapannya. “Saya bukannya tidak memiliki sanggahan atas ucapan Ibu kepada saya. Hanya saja saya merasa Ibu bersikeras membohongi hati Ibu sendiri.” Violet menyamankan posisi duduknya sebelum melanjutkan ucapannya. “Ibu salah kalau saya merebut Vier dari Hara. Kita semua tahu kalau Vier sejak awal tidak pernah mencintai perempuan itu. Dan faktanya keinginan Vier untuk pergi dari Hara begitu besar. Dan kebetulan saya berada di waktu yang
“Aku mencarimu, ternyata kamu ada di sini.” Davin menjawab santai tapi tatapannya sesekali mengarah pada Violet yang diam tanpa bersuara. Perempuan itu seperti tak ingin diganggu oleh siapa pun. Dia seolah sudah memasang tembok tinggi agar tidak ada siapa pun mengganggu dirinya. Kaila tersenyum. “Aku pernah bilang kamu, kan, aku akan mengenalkan seseorang. Dia ada di sini.” “Begitukah?” Lantas tatapan Devan mengarah pada Vier. “Apa lelaki ini?” tanyanya.“Benar. Dia pernah bekerja di Sky Blue dia sangat berbakat.”Violet tidak memberikan reaksi apa pun kecuali hanya terus menyimak ucapan dua orang di depannya. Entah apa yang sedang ingin ditunjukkan oleh Kaila kepadanya. Vier yang mendapatkan tatapan dari Devan hanya mengangguk dengan sopan. Dia tampak sama tidak mengertinya seperti Violet. Tujuannya datang ke tempat itu tak lebih karena sebuah undangan dan dia menghormati Kaila yang sudah mengundangnya. Di luar itu, dia sama sekali tak tahu tentang apa pun yang barangkali sedang d
Kaila berucap cukup keras dan tegas seolah sedang menghentikan seseorang mengambil sesuatu miliknya. Perempuan itu mendekat ke arah Violet. “Tujuan saya mengundang Anda adalah hanya untuk formalitas. Yang saya butuhkan untuk datang adalah Vier.” Di hadapan semua orang, dia dengan terang-terangan menahan Vier yang sudah jelas adalah kekasih Violet. Apakah perempuan itu tidak memiliki urat malu? Violet hanya mendengus kesal. Tapi saat dia ingin bersuara, Vier mengambil alih. “Kalau Violet pergi dari sini, tentu saja saya juga harus kembali bersama dengannya, Bu. Kami tadi berangkat bersama dan pulang juga harus bersama. Lagi pula, Violet adalah kekasih saya, mana mungkin saya membiarkannya sendiri.” Jika Kaila memiliki urat malu, dia tak perlu melakukan semua ini. Bagaimana bisa dia menahan kekasih orang lain di pestanya? Itu sangat menggelikan untuk dilakukan. Tapi nyatanya, Kaila melakukannya. “Saya sudah mengatakan tentang kerja sama ini beberapa saat lalu, dan kita akan memulai
Dalam hubungan serius, pernikahan adalah sebuah langkah awal untuk mengikat hubungan antara seseorang yang saling mencintai. Pun dengan Vier. Dia ingin segera mengakhiri hubungan percintaannya bersama Violet dengan sebuah pernikahan. Memiliki Violet sepenuhnya untuk dirinya sendiri. Namun untuk melangkah sampai di titik itu, dia membutuhkan perjuangan yang keras. Satu hal yang masih menjadi halangan adalah ibunya. Selama dia bisa meluluhkan hati ibunya dengan segera, maka dia bisa segera menikah dengan Violet. “Seharusnya aku yang bilang gitu kan?” kata Violet setelah diam beberapa saat. Tampak mencibir.Vier mengedikkan bahunya tak acuh, mendekati Violet, dia menarik perempuan itu kemudian memeluknya dengan erat. Saat-saat seperti ini adalah saat yang menyenangkan. Mereka bersama tanpa memikirkan apa pun di luar sana. Satu minggu setelahnya, Vier pulang ke rumah ibunya sendiri tanpa membawa Violet. Dia mengatakan kepada Violet jika dirinya akan membujuk ibunya dengan pendekatan ri
Violet tak bisa berkata-kata. Tatapannya mengarah pada bentangan langit biru di depannya. Dia sedang menikmati waktunya di apartemen ketika menghubungi Vier. Dan saat Vier mengatakan jika lelaki itu secara kebetulan bertemu dengan Kaila, ada sesuatu di dalam hatinya yang merasa ada ketidak beresan. Namun dia segera menendang pikiran itu jauh-jauh kemudian dia berkata, “Ketemu di mana?” kepada Vier. Lalu lelaki itu segera menceritakan kronologi pertemuan tersebut. Tentu, tidak mengatakan tentang basa-basi ibunya yang meminta Kaila mampir ke rumahnya. Hal itu semata untuk menjaga perasaan Violet. “Kapan Abang pulang?” tanya Violet lagi. “Besok pagi. Aku mau pulang hari ini, tapi aku lelah sekali.” Violet memahami itu dan segera mematikan sambungan teleponnya. Mengenyahkan segala pikiran buruk yang ada di kepalanya tentang Kaila karena itu bukan hal yang perlu masuk dalam daftar urusannya. Yang tidak Violet pahami adalah pertemuan Kaila dengan ibu Vier akan semakin membuat langkahnya