-
bab 9
-
"Nggak berani gue njir! Papah sendiri udah nentuin kriteria umur buat semua pelamar kerja di perusahaannya, Na!" Oji mengelak tegas.
Pena merengut, tengah meluncurkan strateginya untuk membuat Oji luluh dan berakhir membantunya. Pena sangat butuh pekerjaan sekarang. Dan ia tertarik untuk menjadi pengantar paket di perusahaan paket kilat milik papahnya Oji. Sayang, kriteria pekerja yang dibutuhkan haruslah berumur 19 tahun ke atas. Sedangkan Pena sendiri baru berusia legal alias baru berumur 17 tahun. Alhasil Oji menolak mentah-mentah permintaannya.
-bab 10-"Temen-temen lo itu pada gak ada akhlak ya!" Albi mencibir setelah tiba di depan wastafel toilet siswa. "Halah lo aja yang baperan." Pena balas mencibir. "Berani banget ya lo sama gue?" Albi menatap Pena tajam yang sedetik kemudian matanya ditutup paksa oleh Pena guna membersihkan noda spidol di wajahnya dengan air mengalir. "Kenapa juga gue gak berani sama lo?" Pena berbalik tanya dengan berani. "Padahal sebelumnya emang gak pernah ada yang berani sama gue." Albi mendesis ger
-bab 11-Sudakuaidi merupakan salah satu perusahaan layanan jasa paket kilat di Jakarta. Namun perusahaan ini menjadi satu-satunya perusahaan yang menggunakan nama dari bahasa mandarin. Sudakuaidi berarti pengiriman paket Suda. Dan nama perusahaan ini cukup umum dipakai di China.Pena sendiri tau karena ia banyak belajar dari menonton drama China. Selain pintar mata pelajaran eksak dan humaniora, Pena juga cukup fasih berbahasa Korea, China, dan Inggris. Pena orang lokal, namun ia ingin mempelajari dunia luas, termasuk belajar banyak macam bahasa.Kali ini, Pena bertekad untuk masuk universitas negeri yang bagus sesuai minatnya. Maka dari itu, Pena berjuang mati-matian
-bab 12-"Kenapa lo bentak gue?! Lo mikir kalo gue yang udah bikin kakak lo jadi begini?!" sentak Pena langsung."Cuma ada lo di sini tadi!" Albi kembali membentak dengan nada tinggi."Gue sebagai saksi! Gue bahkan tadi tanya dia siapa karena sebelumnya gue gak pernah kenal sama dia! Gue pun gak tau kalo dia kakak elo!" Pena menunjuk Albi sarkas, tak terima karena ditatap sebagai pembunuh oleh Albi."Terus lo ngapain ke sini, Na?! Lo ada urusan apa ke sini?! Ngapain lo masih masuk saat udah jelas tertulis di pintu kalo Sudakuaidi lagi tutup karena pegawainya semua cuti?! Kenapa????" Albi melebarkan matanya menuntut kejelasan.
-bab 13-Air yang keluar dari shower itu mengguyur tubuh Pena yang duduk bersandar di dinding kamar mandi sembari memeluk kedua lututnya sendiri. Pena menangis tersedu sejak tadi hingga mengkhawatirkan seluruh penghuni kos. Air itu terus mengalir hingga membuat keseluruhan tubuh Pena basah kuyup. Apalagi raungan gadis itu terdengar pilu. Menambah kesan khawatir bagi para penghuni kos lainnya yang kompak berdiri di depan pintu kamar mandi untuk mencoba membuat Pena keluar dan bercerita apa masalah yang tengah dihadapinya.Dada pena terasa sesak. Mulai merasa kedinginan karena air yang terus-terusan mengguy
-bab 14-Pemuda itu terus melangkah, mendekati Pena dan akhirnya mulai membuka jaket hitam tebalnya. Kemudian tanpa diduga, Albi memakaikan jaket itu ke tubuh Pena. Lengan kanannya merangkul bahu sempit Pena membawanya kembali ke kamar gadis itu. Tanpa kata dan tanpa adanya basa-basi belaka. Membuat para penghuni kos lainnya ternganga lebar tak menyangka."Lo ngapain sih basah-basahan kayak gini di kamar mandi bawah?!" sentak Albi kemudian setelah keduanya tiba di kamar kos Pena.Gadis itu menunduk, tak berani menatap Albi yang terlihat garang sekarang. "Shower di kamar mandi kamar gue mati..." cicitnya lirih, jujur.
-bab 15-"Ada beberapa barang milik korban yang kami temukan. Namun kami belum bisa memberikan atau memperlihatkan benda itu karena masih melewati pemeriksaan forensik. Jadi mari mulai dari saksi saja, ceritakan bagaimana Anda bisa ada di sana saat korban sudah tidak bernyawa."Pena meneguk ludah, berusaha mengusir rasa takut dan membangun rasa berani karena ia tidak bersalah."Saya butuh pekerjaan, Pak. Saya sempat minta bantuan teman sekelas saya namanya Oji, untuk bekerja di perusahaan paket kilat milik papahnya, tapi Oji menolak untuk membantu karena usia saya masih di bawah
-bab 16-"Lo kenapa sih, Na? Diem mulu perasaan," celetuk Jena iseng, sambil memakan kentang goreng yang tadi dibelinya sebelum main ke kos Pena.Pena menghela napas, menipiskan bibir. "Lo yang kenapa? Tumben banget mau main ke kos gue."Mengingat biasanya Jena jarang mau main ke kos Pena karena sibuk sendiri bermain PS bersama kembarannya, Jeno. Mendengar sindiran tak langsung itu, Jena meringis tak enak."Ya gimana mau nolak, orang si Albi yang nyuruh," jawab Jena jujur.Jari-jari Pena yang semula sibuk di atas keyboard laptop
-bab 17-Asap dari benda berbahan nikotin itu keluar perlahan dari mulut dan hidung gadis yang setelan rambutnya kini dibuat bergelombang dengan warna ujung coklat sedikit keunguan. Tampak bersinar di antara para wanita berpakaian seksi yang berlomba-lomba mendapatkan pasangannya di dance floor bar malam itu. Gadis itu hanya duduk dan memesan tiga botol wine sekaligus. Sebuah rokok terjepit di antara jari telunjuk dan jari tengah tangan kanannya. Bando kain berwarna pastel seperti menjadi pelengkap rambut gadis itu sehingga kini julukan bidadari sempurna melek