“Ugh!” Candy mengacak rambut, raut wajahnya tampak frustasi. “Aku benar-benar bodoh.” Sepertinya bodoh tidak cukup untuk mencibir diri sendiri, tapi Candy tidaklah mahir mengutuk. Apa yang terjadi hari ini pun salahnya yang tidak berpikir panjang.
Helaan nafas mengalun, sedikit sukses membut gadis itu menjadi lebih tenang. “Selama aku bisa membalas Putra, aku sama sekali tidak perduli pada apa yang bisa Robert lakukan!” Candy meneguhkan hati, bangkit dari ayunan dan memasuki wilayah rumah.
Jam menunjuk pukul sebelas saat suaminya yang pulang terlambat kembali berdandan tampan menggenakan setelan jas yang lain. Candy tidak mencoba menebak ke mana dia pergi karena Robert mustahil mau memberitahu.
Setidaknya itu adalah apa yang Candy pikirkan sampai Robert mengambil lengan dan menariknya kasar. “Akh!” Candy merintih kesakitan, mencoba melepaskan cengkraman, tapi tenaga yang Robert keluarkan sangat besar. “Sakit!
Robert mengenal pemilik tempat ini dan gedung ini pula menjadi tempat berkumpulnya dengan teman-teman, dia bisa bersikap santai layaknya rumah. Tapi tidak dengan Candy yang mencoba melindungi telinga dengan satu tangan.Candy melihat ramai orang berjoged-joged tanpa malu di lantai dansa, ada tiga perempuan melakukan striptease menggenakan pakaian super minim. Candy reflek melonggo, tapi pandangan diputuskan oleh dinding yang menghalangi.Candy tidak pernah mencoba menebak seburuk apa Robert bisa memperlakukan diri ini, tapi haruskah ia merasa syukur? Pekerjaan yang Robert singgung adalah menjadi pelayan, setidaknya lebih baik daripada bergulat-gulat dengan pakaian seksi di tiang.Namun, Candy tidak merasa melayani orang-orang yang ingin minum minuman beralkohol termaksud hal yang melegakan. Semua orang-orang nakal itu mencoba menggoda saat Candy mengantarkan apa yang mereka mau.Tubuh Candy tidak lagi dibalut piyama melainkan setelan maid berwarna hitam d
“Robert, kau yakin tidak apa membiarkan istrimu di sana?” Pertanyaan dari seorang teman memudarkan tawa, reflek membuat Robert dan kawan-kawan berpaling untuk menatap apa yang dia tatap.Tiga teman Robert yang berada di atas sofa yang sama tahu betul apa yang terjadi dalam rumah tangganya, Robert menyadari bahwa dia yang bertanya hanya sengaja mengusili. “Biarkan saja.” Robert mendengus sebel sebelum meneguk cairan memabukkan yang diambil dari atas meja. Dia kembali menuangkan cairan berwarna mirip teh itu dan menyandarkan punggung ke sandaran empuk sofa berwarna merah.“Lepaskan!” Candy menarik tangan sekuat tenaga, tapi cengkraman di pergelangan tangan malah semakin mengerat. Saat terus menarik, pelanggan tadi malah melepaskan, alhasil gadis itu pun tersungkur.“Akh!!!” Tiga orang yang menyaksikan tertawa terbahak-bahak sementara semua pelangan lain yang tengah sibuk sendiri sama sekali tidak menyadari apa yang t
Seandainya Candy bisa bersombong ria mengungkap bahwa diri ini adalah Candy Wijaya! Sayang sekali Candy tidak bisa karena siapa yang akan percaya istri seorang pengusaha kaya bekerja di tempat ini? Mereka akan lebih senang hati mengklaim Candy ‘hanya mirip’ daripada sungguh istri dari Robert Wijaya.“Apa yang kau katakan?” Lelaki tadi sukses disinggung karena kalimat merendahkan Candy. Dia mendorong, menyebabkan Candy termundur beberapa langkah. “Jalang sepertimu sebaiknya tahu diri.”Seandainya bisa memukul, lelaki itu enggan melakukannya karena Candy adalah seorang perempuan. Namun, apa bedanya hal itu dengan mendorong dan mempermalukan? Dia bukan lagi lelaki di mata Candy!“Pak, aku berpikir kau butuh cermin!” celetuk Candy tak kalah garang. Meski suaranya tidak menggelagar karena ditepis oleh musik kuat yang tidak pernah berhenti, dia berhasil mencuri perhatian semua orang yang duduk bersama Robert dan termaksu
“Oh wow!” Tiga lelaki sudah melontarkan rasa ngeri, membayangkan seperti apa rasa sakit yang diterima kala menampan melayang mengenai kepala. Kecuali Robert, mereka sudah sibuk menebak-nebak, tapi ternyata Candy malah gagal mendaratkan pukulan.Penonton kecewa. Pemuda tadi berhasil melindungi kepala menggunakan lengan, malang untuk Candy yang harus tersungkur karena didorong sepenuh tenaga olehnya. Termundur beberapa langkah dan kemudian ambruk. Bukan hanya menyebabkan empat pria yang tengah menonton tertawa, Candy juga sudah berhasil merebut perhatian sebagian orang yang sebelumnya asyik sibuk sendiri.“Akh …!” Candy merintih, menyentuh bagian sikut yang sakit akibat beradu dengan lantai keramik. Beruntung kaki tidak terkilir meski Candy lumayan bisa merasakan rasa sakit yang diterima saat jatuh.“Berani sekali kau mencoba memukulku!” Lelaki itu tidak mabuk, tapi amarah membuatnya hilang kendali. Dia menghampiri, Candy
Perlahan Candy memberanikan mata untuk mengintip dan dia menyadari bahwa ada punggung seorang lelaki di depan mata. Lelaki itu menahan tangan yang tertuju padanya, mencengkram pergelangannya erat agar tidak bisa digerakan.“Sudah cukup sampai di sana,” tegur pemuda itu dengan suara dingin. Candy mencoba mengintip, tapi posisi yang membelakangi membuatnya tidak bisa melihat bentuk wajahnya.Dia yang dicengkram erat tangannya terus menarik, mencoba melepaskan diri, tapi hanya kegagalan yang diterima. “Lepas!” titah pemuda itu dan tangannya dilepas begitu saja. Cengkraman yang terlalu erat menyebabkan pergelangan tangan memerah meski tidak terasa sakit.“Jangan membuat kekacauan, kau merusak suasana,” tambah sang penyelamat dengan senyuman. Kala mata memicing tajam, raut wajah berubah garang, dia yang diajak bicara mendadak terdominasi.Haruskah sang lawan bicara itu katakan bahwa ia sering kali melihat lelaki tampan denga
Menyaksikan Candy menghilang di belokan, Marin menggaruk belakang kepala yang tidak gatal. Butuh beberapa menit mencerna keadaan sampai sepasang kaki mau bergerak membawanya kembali ke meja Robert. Lelaki itu dihadiahi tawa ngakak dari semua orang yang ada.Itu bukan tawa pertama, tapi tawa yang kembali lepas karena ekpresi menyedihkan yang gagal Marin sembunyikan. Marin mendengus, merasa dihina akan tawa-tawa yang dilepas tanpa ragu.“Berhenti tertawa.” Marin bisa merasakan pipi tersipu malu,itu adalah pertama kalinya seorang perempuan menolak jabat tangan darinya. Marin bukan pria mesum atau sejenisnya, ditolak perempuan bukan masalah besar, tapi tetap saja ia tersinggung. Bukan tersinggung karena ditolak Candy, tapi ditertawakan teman-teman.“Kau tidak bilang dia sombong,” celetuk Marin, menyalahkan Robert yang terduduk di sampingnya.Robert pun kesulitan menahan tawa menyaksikan syok wajah Marin saat ditinggal pergi begitu saja
“Akh!” Candy merintih, punggung yang membentur samping mobil sedikit terasa menyakitkan. Dua pundaknya dicengkram erat, wajah Robert begitu dekat sampai bau alkohol dan rokok yang melekat di mulut berhasil sampai di indra penciuman Candy.Candy pernah belajar menyetir, tapi ia jarang melakukannya karena tidak punya mobil dan ia takut kecelakaan. Tidak ada pilihan di sini jika ia ingin pulang, itu sebab Candy mengharapkan kunci mobil. Sayang sekali tidak mudah untuk mendapatkan benda kecil itu dari suami yang tengah mabuk.Haruskah Candy merasa lega karena tidak dikenal oleh Robert yang tengah mabuk? Robert membencinya, dia bisa saja menggila dan melukai Candy tanpa sadar kala teringat pada kebencian itu.“Jangan menyentuhku, kau tidak dengar, huh?” Lagi-lagi lelaki itu meracau, sesekali matanya terbuka untuk menatap wajah Candy yang buram. “Pergi dari rumahku,” usirnya.“Aku mencoba membawa kita pulang,” ter
“Astaga!” Tubuh Candy kembali jatuh karena gagal diangkat. Gadis itu ngos-ngosan, ada sedikit cemas memikirkan sang suami yang bisa saja tiba-tiba terbangun. Candy tidak mengharapkannya, Robert megamuk. Bisa-bisanya dia yang bahkan tidak bisa menjaga kesadaran sanggup mengeluarkan tenaga yang besar!“Ugh …!” Sekali lagi mencoba setelah tenaga berhasil di kumpulkan, Candy berakhir gagal. Gadis itu menyerah, tapi dua detik kemudian kembali mencemaskan Robert yang akan membuka mata. Tarikan nafas panjang diambil, Candy terdiam beberapa saat guna mengumpulkan ide yang cemerlang.Mengesot, itu adalah apa yang Candy pikirkan. Tubuh bergerak kanan dan kiri guna bergerak turun, tapi Robert malah berbalik. “Kyaaah!” Candy terpekik nyaring, kekar tangan Robert membuat tubuhnya yang menyamping terjepit di antara sandaran sofa. Beruntung karena luasnya dudukan, Robert tidak terjatuh.Namun, Candy kian terjepit tanpa bisa bergerak!