Ketika Malvic membuka kedua matanya, dia mendapati bahwa saat ini ia tengah berada di atas sebuah ranjang dengan berbagai peralatan medis yang melekat di tubuhnya serta aroma obat- obatan yang menyengat hidung, memenuhi seluruh ruangan tersebut.
Malvic mengerang mencoba bangun dari tempat tidur sembari memegang kepalanya yang masih terasa sedikit pusing namun, usaha tersebut di hentikan oleh perasaan sakit yang datang dari sekujur tubuhnya yang seakan- akan membuat berbagai tendon otot nya robek.
"Akhh... " erang Malvic yang kembali ke posisi semula.
Namun saat malvic masih berusaha mencoba menahan rasa sakit tersebut. Sebuah suara yang tak asing di telinganya kembali terdengar
"Malvic syukurlah kau sudah bangun"
malvic menolehkan kepalanya dan melihat Zea yang berada di ambang pintu membawa sebuket buah, dan segera berlari ke arah malvic kemudian memeluknya dengan sangat erat.
"Akhh! Hentikan, sakit, Jika kau terus memelukku seperti ini aku menjamin bahwa aku tidak akan bisa bangun lagi untuk selamanya!" Teriak Malvic dengan sekencang kencang nya
Zea yang tersadar kemudian segera melepaskan pelukan nya, memasang sebuah senyuman yang menawan di wajah kecilnya.
"Malvic, apakah kau lapar? kebetulan aku membawakan mu buah, tunggu sebentar aku akan mengelupaskan nya untukmu"
Malvic sendiri bukan lah orang yang bodoh, melihat tingkah Zea yang tidak seperti biasanya dan cenderung mengalihkan beberapa topik, ingatan malvic kembali berputar ulang.
"Zea, dimana Ibuku?" Ujar Malvic yang memasang ekspresi cemas memandang Zea dengan penuh keseriusan
Mendengar pertanyaan Malvic, Zea terguncang, tak tahu harus darimana dia menjelaskan semua yang telah terjadi.
"Malvic, sebaiknya kau tenang dan dengarkan penjelasanku baik baik"
"Dimana ibuku?" Desak malvic
Sebelum Zea bisa menjawab, Malvic sudah melepaskan berbagai peralatan medis yang bersarang di anggota tubuh nya, rasa sakit yang datang tak membuat ia goyah, dengan menahan rasa sakit tersebut, Malvic segera turun dari ranjang rumah sakit.
'Gedebuk... '
Suara malvic yang terjatuh terkapar di lantai rumah sakit
"Lihat kondisimu malvic, sudah kubilang dengarkan dulu!" Ucap Zea dengan cemas lalu mencoba mengangkat tubuh Malvic
Namun Malvic tetap keras kepala menampar uluran tangan Zea ia segera mencoba bangkit kembali
"Tidak! aku harus segera menolong ibu"
'Plak!! ' Suara tamparan yang keras menggema di seluruh ruangan
"Malvic, sudah cukup! sadarlah! lihat kondisimu yang menyedihkan ini, jangankan menolong ibumu, membawa tubuhmu sampai ke tkp saja kau takkan bisa!" Balas Zea tengan suara melengking nya yang khas
Sementara Malvic ia masih tertegun sembari memegangi pipinya yang kini telah memerah akibat tamparan Zea
Tanpa mereka sadari drama yang terjadi di antara Zea dan Malvic saat ini sedang di saksikan oleh seorang Wanita dengan setelan kemeja hitam yang melekat sempurna di tubuhnya, Wanita itu bersandar di ambang kusen pintu, kemudian terbatuk pelan menghentikan drama yang terjadi di antara Malvic dan Zea
"Ekhem, Anak-anak apakah perdebatan kalian sudah selesai" Ujarnya
Zea yang mendengar suara itu segera menoleh kemudian ia bangkit dari atas tubuh Malvic yang masih di tungganginya dan dengan malu malu menundukkan kepala sembari menggoyangkan rambutnya yang di kucir dengan ekor kuda.
Melihat raut wajah Zea yang tak bisa di sembunyikan dari wajah imutnya Wanita itu segera menghampiri mereka kemudan mengangkat kembali tubuh Malvic ke atas tempat tidur
Saat semua kondisi dan segala kecanggungan kembali menjadi normal, Wanita itu mulai menatap Zea yang berada di samping ranjang berdiri secara berlawanan dengan dirinya, kemudian wanita itu mengalihkan tatapannya kembali tertuju kepada Malvic yang masih tertunduk dengan wajah yang lemas.
"Pertama kau bisa menyebutku dengan sebutan Kak Diana, Aku dikirim kesini oleh S.A.I ntuk mengatakan beberapa hal buruk dan baik kepadamu Malvic, apakah kau sudah siap mendengar nya?" Tanya Diana One Poin yang tak sengaja memecah kecanggungan di antara mereka.
Zea yang mendengarkan ucapan Diana segera mengerutkan kening karena ia tau lebih baik dari siapapun apa itu S.A.I sebuah organisasi di bawah naungan Negara yang mengurus berbagai konflik yang terjadi, terutama konflik yang melibatkan Soul Kontraktor, dan kebetulan Ayah Zea juga merupakan kapten devisi pertama dari organisasi ini, jadi dia berani menebak tujuan khusus dari kunjungan Diana kali ini.
"Mungkin kita mulai dari kabar buruknya" Ucap Diana sembari menghela nafas panjang dengan sigap menunjukkan keprofesionalan nya dan kemudian melanjutkan
"Kabar buruk nya adalah, hidup dan mati ibumu belum bisa di identifikasi, saat pihak kami sudah sampai di TKP, kami hanya melihat reruntuhan yang menghilang kan semua jejak menjadi abu, bahkan bangunan di sekitar pun menjadi abu, dan untungnya tidak menelan korban jiwa"
Malvic yang sudah siap secara mental sedari tadi, ia tak bisa menahan gejolak rasa sakit di hatinya karena tak berhasil menyelamatkan sang Ibu, Malvic mengepalkan kedua tangan- nya dengan erat sampai membuat telapak tangan nya berdarah karena tertembus jari kuku.
Diana menepuk pundak Malvic yang berada di hadapannya kemudian kembali melanjutkan
"Bersabarlah nak, dengarkan beberapa hal baik ini, yang pertama kabar yang paling kau tunggu-tunggu, saat kami menyelidiki tkp lebih lanjut, kami menemukan sedikit petunjuk yang terletak di luar lokasi ledakan"
Diana merogoh sakunya melemparkan sebuah Token merah dengan ukiran berbentuk elang di dalamnya.
"Token tersebut biasanya digunakan oleh para tentara bayaran yang menyebut diri mereka sebagai Wings Of Desire belakangan ini organisasi tersebut membuat kami pusing, selain itu menurut informasi dari pusat, WOD cenderung menggunakan warna token di dalam Organisasi sebagai tingkat jabatan dan kekuatan mereka, dari putih yang terlemah hingga hitam, namun informasi organisasi tersebut yang tersedia sekarang masihlah sangat minim"
Melihat Malvic yang perlahan mengambil ketenangan nya Diana mengangguk dengan puas
"Dan dua hal terakhir, pertama baca dokumen ini kemudian yang terakhir, bisa dibilang insiden ini adalah berkah dari sebuah bencana, Selamat Mavic kau telah menjadi seorang Soul Kontraktor type Special dan semoga kamu bisa berjasa bagi Negara" Tambah Diana yang kembali menyerah kan beberapa dokumen kepada Malvic
Dokumen pertama berisikan data sertifikat Malvic sebagai seorang Soul kontraktor.
Jangan pernah meremehkan pemerintah di era sekarang, mereka akan selalu tanggap bahkan turun tangan secara langsung untuk memperoses beberapa Soul Kontraktor, bahkan jika kemampuan mereka tidak berguna seorang soul kontraktor tetaplah sebuah penyangga bagi sebuah negara, apalagi seperti Malvic yang bertype special.
Biasanya mereka melakukan beberapa pengecekan menggunakan berbagai peralatan canggih kepada Seorang Soul Kontraktor untuk mendefinisikan tingkatkan dan bakat awal mereka.
Melihat data dirinya sendiri, Malvic dipenuhi dengan tekad yang kuat
Nama: Malvic
Umur: 16 Tahun
Soul Rank: S (masih dalam tahap lebih lanjut)
Soul Type: (special)
Elemen: -
Soul energy : Lvl. 19 (Soul Controller)
'Aku harus segera menjadi lebih kuat' Desak Malvic di kedalam hatinya sembari mengingat beberapa kenangan bahagia bersama sang Ibu tercinta.
Membuka dokumen kedua Malvic melihat surat berisikan undangan untuk bergabung dengan S. A. I setelah ia lulus dari sekolah menengah nanti, melihat nya Malvic tanpa meragukan mengambil pena dan ingin langsung segera menandatangani nya, karena bergabung dengan S. A. I memiliki beberapa keuntungan untuk dirinya, terutama informasi tentang WOD yang berkaitan langsung dengan Ibu nya, lagipula dia bukan orang bodoh, Malvic percaya bahwa apa yang Diana katakan tadi hanyalah hidangan pembuka saja.Namun ketika ia hendak mendatangkan dokumen tersebut, sebuah tangan yang lebiih kecil dari punya dirinya segera merebut bulpoint yang berada di genggaman nya."Tidak, Apa maksudmu, Malvic masih harus pergi ke Universitas, dan dia juga bukanlah alat perang milik Negara" Perotes Zea kepada Diana.Zea tahu seberapa besar resiko bergobaung dengan S. A. i, seperti ayahnya yang hanya bisa pulang kembali kerumah dengan hitun
Setelah episode percekcokan kecil dengan Amarta, Ruangan tempat Malvic di rawat telah kembali menjadi tenang, dengan Zea yang duduk patuh di samping nya, ia terlihat sedang mengelupas beberapa buah dengan hati hati, memotongnya menjadi beberapa bagian lalu tak lupa menyuapkan nya ke dalam mulut Malvic "Eh, ngomong ngomong Malvic, bolehkah kau ceritakan kepadaku tentang kemampuan mu" Tanya Zea dengan penuh harap "Maaf Zea, bukan nya aku tak ingin memberitahumu namun ini agak sulit di jelaskan kepadamu" Jawab Malvic sembari menggaruk tengkuk nya yang sama sekali tak gatal "Oh begitu, maaf" "Tidak, tidak, emm seperti ini mudah nya aku bisa memanipulasi segala macam Pratikel dengan syarat aku mengetahui susunan Pratikel dari benda yang ingin ku manipulasi" jelas Malvic "Hei, kau tahu tentang kapasitas otak ku? jangan berb
Sesampainya mereka di sekolah, pemandangan spektakuler tercermin di hadapan mereka, keramaian yang jarang mereka lihat di hari hari biasanya, para siswa siswi yang mulai berkumpul di tengah lapangan membuat suasana semakin riuh, berbagai ekspresi yang mereka tunjukan, ada yang terlihat tertekan, mungkin karena tak sempat belajar tadi malam, ada juga yang terlihat sangat percaya diri, dan tak jarang di antara mereka sibuk membuka lembaran demi lembaran buku di tangan mereka masing masing, tak peduli teriknya Sinar matahari.Ketika Malvic dan Zea sedang menikmati pemandangan di depan nya, Berjalan lah seorang lelaki Bertubuh kekar ke arah mereka berdua"Hei~ aku dengar baru-baru ini seorang tuan muda sampah dari klan Sriwijaya telah menjadi seorang soul kontraktor, menurut kalian seperti apakah kekuatannya layak kita bandingkan? Ucap Pria tersebut yang tak lain adalah Devan yang merupakan Keponakan Pemimpin Klan mataram kuno
Kala itu, hari mssihlah gelap, Ayam pun masih tidur pulas di kandang nya, terlihat sosok Malvic yang tertidur pulas di kamarnya, di atas ranjang dengan selimut sebagai segel nya, Malvic yang pulas memamerkan berbagai macam ekspresi di balik matanya yang terpejam, dari amarah, panik, bahkan kadang terlihat frustasi, entah mimpi buruk apa yang Malvic alami.Saat Malvic sedang terhanyut di dalam mimpinya, samar samar ia mendengar deruan suara yang sama persis seperti Helikopter'Bukankah aku sedang bermimpi?, mengapa aku mendengar suara Helikopter?' fikirnya di dalam mimpinya sendiri"Bangun dasar pemalas, apakah kau ingin memakan gaji buta dari pemerintah, mereka mendanaimu bukan untuk bermalas malasan, ayo bangun dan mari kita lakukan pemanasan" Kalimat yang keluar dari pengeras suara yang di pegang oleh wanita dengan rambut pendek dengan seragam militer yang khas menutupi seluruh bagian tubuhnya, ia bertengge
Malvic sekarang berada di sebuah ruangan bersama sang kapten perempuan yang menjemput nay tadi pagi, namanya adalah Linda, tepat di balik tumpukan dokumen yang menjulang, terlihat Linda yang memejamkan matanya, dengan secangkir teh di tangan nya, menghirup uap yang di hasilkan oleh panasnya teh, kemudian ia mulai meneguk nya dengana perlahan."Perkenalan nya sudah selesai, maka hal hal selanjutnya adalah sebuah pertanyaan dan tolong jawab dengan jujur" Ucap Linda dengan malas yang perlahan menempatkan cangkir teh nya ke atas meja yang berada di hadapan nya.Setelah itu raut wajah Linda yang sebelumnya terbilang santai langsung menjadi serius dan menanyakan beberapa hal kepada Malvic"Ada dua pertanyaan sederhana disini karena kebetulan aku memiliki sedikit waktu luang, langsung saja, pertanyaan pertama, semenjak dirimu menjadi seorang soul kontraktor, kemampuan special apa yang kau miliki"
Beberapa saat setelah Linda meninggalkan ruangan terdengar suara ketukkan pintu yang berirama*Tok tokMenoleh kebelakang Malvic melihat Pintu yang sudah terbuka, memperlihatkan seorang lelaki yang seharusnya ia panggil paman dengan kulit berwarna sawo matang dan beberapa bekas luka yang menempel di wajah tebalnya.Sosok Yang sudah tidak asing lagi bagi Malvic'Katak Dua'"Permisi, oh kita berjumpa lagi Junior" ucap katak Dua dengan senyum ramah yang menghiasi di wajahnyaBerjalan menuju Malvic yang berdiri dengan linglung, Katak Dua segera meraih kemudian menjabat tangan Malvic"Ekhem nak, panggil saya dengan sebutan Ragil, katak Dua hanyalah kode ketika aku melaksanakan misi, dan emmmm aku juga merupakan bawahan langsung dari Kapten Lin
Ini catatan pribadi yang perlu kalian garis bawahi. Pertama perkenalkan nama saya Las seorang penulis jalanan yang sering pindah lapak, bicara tentang novel jujur saja penghasilan dari menulis novel tidak sebesar yang kalian bayangkan, apalagi bagi penulis kecil seperti saya mungkin hanya cukup buat beli kouta perbulan, maka dari itu karena hobi saya tetap nulis di tengah sibuk lembur nya pekerjaan saya, nah novel ini up 2hari sekali jadi jangan teriak negatif di komentar karena jarang up Bayangkan seperti ini saya bekerja berangkat pagi pulang malam setelah itu masih harus nulis? Nah itu sangat melelahkan sekalisekalipun saya up sehari dua kali itu sama sekali tidak menambah penghasilan saya kenapa begitu? Karena novel ini hanya ditandatangani dengan kontrak non eklusif jadi tak peduli segiat apapun saya up saya tak akan mendapat kan bonus, jadi mohon pengertiannya saya juga butuh biaya untuk makan, nah para pembaca y
Huh huh huh .........Bersamaan dengan suara terengah entah terlihat Malvic yang berlari di barisan belakang para seniornya"107"Teriak Ragil yang secara tak terduga menjadi Instruktur dari barisan yang di ikuti Malvic.Dengan seragam Hitam ketat yang menempel di sekujur tubuh nya, Memperlihatkan lekuk tubuh yang masih belum sepenuhnya matang, dan keringat yang mengucur deras membasahi wajah Malvic yang halus dan kekanak kanakkan, beberapa teman di depan nya seringkali menoleh Kebelakang takut Malvic tiba tiba ambruk dan pingsan, karena di antara pendatang baru, Malvic lah yang paling terlihat muda.Melihat seragam yang di pakainya, Malvic menggeretakkan giginya, memang seragam yang ia kenakkan sekarang terlihat tipis dan ringan, namun s
Membuka kelopak matanya yang terasa berat, Malvic melihat latar putih yang familiar, Bau obat yang menyengat memastikan bahwa tempat yang di tempatinya sekarang adalah Rumah Sakit.'Apa aku selamat? 'Ingatan terakhir yang ia ingat adalah Windi yang menyerang Banteng Merah secara langsung, kemudian, Ia tak mengetahui apa yang terjadi selanjutnya.'Sepertinya aku tidak jadi menyusul mu Instruktur'Mengerang perlahan ia melihat sekeliling, di bilik yang terlihat mewah ini sama sekali tidak ada kehadiran satu orang pun kecuali dirinya, hanya sebuket Bunga dan bunga yang berada di samping nya. Merasakan tubuhnya yang baik-baik saja dan bahkan sedikit lebih energik, Malvic memilih bangun mengambil buah di samping nya dan mulai memakan nya karena perutnya sudah lama protes.Saat dia telah menyelesaikan sarapan nya, ia melihat knop pintu yang perlahan di buka, menampilkan kedua orang yang s
Banteng merah benar-benar merasa tertekan, dirinya yang telah Berkultivasi menghirup esensi surga dan bumi di lecehkan oleh manusia yang dia anggap kecil.Dengan emosi yang memenuhi fikiran nya Banteng merah hendak mengeluarkan kemampuan terkuat nya, otot-otot di sekujur tubuhnya membekak seketika, api yang besar berkobar dari setiap inci nya, bulu merah yang perlahan berdiri seperti duri.Dengan otot kaki yang terlihat mulai membengkak mengeluarkan semburan asap yang menyelimuti kakinya, banteng merah siap melancarkan serangan nya.Ketika ia hendak menghentakkan kakinya, sekelabat bayangan hitam muncul di depan nya membuat Banteng merah sedikit Terpana.Muncul secara tak terduga di hadapan Banteng merah, merupakan langkah dengan resiko besar yang Windi ambil saat ini.Merasakan tatapan tajam dari kerumunan Soul Beast di sekitarnya, Windi tak punya b
Dengan ekspresi kepanikan di wajahnya, Malvic tak peduli lagi, langsung mengerahkan segenap kekuatan nya untuk menahan serangan Banteng Merah di depan nya. Booommmm.... Benturan hebat yang membuat tubuh Malvic terguncang, kehilangan keseimbangan dan hampir saja terjatuh dari atas sana. Jika ia terjatuh atau melepaskan sedikit saja pegangan nya, hal buruk seperti tembok yang jebol akan menjadi konsekuensi nya. Jika bukan karena huruf harapan tadi, kejadian seperti ini tak mungkin terjadi. Sekarang Soul Energy di dalam tubuhnya hampir kosong, karena kepanikan sejak tubrukan dengan banteng merah barusan ia mengerahkan segala yang dia bisa, hingga lupa untuk mengehemat Soul Energy. Satu menit sebelum bala bantuan datang! Bagi Malvic sekarang terasa seperti Berjam jam lamanya. Soul Energy nya hampir habis, untuk menahan serangan sel
1 menit, 30 detik, sebelum bantuan dari pusat tiba.....Sementara itu, disisi Malvic sendiri tak tahu menahu tentang huru hara yang akan menimpanya, saat ini ia masih berfokus menahan gempuran ratusan Soul Beast, yang membuat nya sangat tertekan adalah di antara kerumunan ini ada Soul Beast yang terlihat seperti banteng, dengan bulu merah nya yang tumbuh di setiap lekukan otot nya, Soul Beast tersebut berlari dengan liat menuju ke arah Gerbang yang sedang Malvic pertahankan saat ini.Soul Beast yang terlihat gagah dan pemberani ini memiliki sebutan yang unik yaitu "Banteng Merah Perjuangan", dengan tubuh sebesar Mobil Kontainer bisa dipastikan Soul Beast ini berada di tingkat menengah. Soul Beast tingkah menengah dengan Spesifikasi fisik yang bahkan melebihi pahlawan super di TV. Hingga membuat Malvic sangat berhati-hati, lagipula setelah suntikan serum tadi efek samping nya sudah mulai ia rasakan.Duar......
Berjongkok di atas gerbang, memandangi kerumunan Soul Beast di bawahnya, membuat Malvic merasakan dengan jelas arti satu kalimat "menari dengan kematian".Setiap Benturan Yang di hasilkan oleh para Soul Beast membuat gerbang terguncang, Tanah bergetar, dan bahkan soul energi di dalam tubuhnya terkuras dengan kecepatan yang sama sekali tak pernah ia fikirkan.'Mungkin jika terus seperti ini, sangat sulit mempertahankan dinding ini selama sepuluh menit' fikirnyaKetika ia menoleh ke belakang sebentar, ia melihat banyak kerumunan di sana, dari para Soul Kontraktor maupun orang biasa memiliki reaksi berbeda, ada yang cemas, ada yang mengagumkan giginya sembari mengharapkan keajaiban dan masih banyak lagi.Melihat mereka yang percaya padanya saat ini, Tanpa ia sadari hati kecilnya tergerak. Menegaskan keraguan nya, dengan sorot mata yang tajam ia kembali fokus mempertahankan tanggung-jaw
Di dalam sebuah ruangan yang dipenuhi oleh berbagai macam instrumen penelitian, seseorang lelaki yang masih muda terlihat terikat di sebuah kursi dengan setengah terlentang, Rambut putih nya terurai panjang, berbaring di sana dengan badan setengah telanjang, memperlihatkan garis garis otot nya yang terlihat meledak ledak dipenuhi kekuatan.Membuka mata hitam nya dengan ringan Pria itu menghela nafas sebentar sebelum mulai melepaskan ikatan berbagai instrumen yang membelenggu tubuhnya, saat sosok tersebut mulai sibuk dengan apa yang ia lakukan terdengar langkah kaki menghampiri pemuda itu"Hei nak, Selamat, namun sepertinya kita tak sempat merayakan nya"Suara Serak dan berat terdengar seperti kejutan di telinga pemuda itu membawanya kembali ke kenyataanMerasakan Tanah di bawah kakinya yang mulai bergetar pemuda itu segera berdiri kemudian menghilang meninggalkan ruangan bahkan tanpa menjawab Ora
"Mungkin kalian bertanya tanya alasan mengapa aku memanggil kalian kesini" Ucap lelaki tua Charles dengan nada yang menggoda ketiganya."Namun, simpan pertanyaan itu untuk saat ini, karena aku sama sekali tak berniat untuk menjawabnya"Mendengar kata kata menggoda dari pak tua Charles Stev tak bisa menahan kesabaran nya lagi dengan kerutan yang bertumpuk di dahinya ia segera menyela"Lalu apa pak tua, jika kau sama sekali tak ingin memberikan alasan, lantas mengapa kau membuang buang kata hanya demi menggoda kami, lupakan semuanya lalu mari kita bicarakan intiny"Melihat Stev yang benar benar menyela omongan pak tua Charles, Malvic dan Windi sama sama terkejut, meskipun ia tahu dalam hatinya bahwa Stev adalah orang yang banyak bicara, namun tak sampai pada tahap ini juga kan?Di depan Anda adalah ilmuan fenomenal!Bersikaplah sedikit!ヽ(`д&acut
Melihat dua wajah yang Familiar di depan Gerbang, hati Windi yang semula khawatir langsung menjadi tenang, menyetabilkan ekspresi nya, kemudian ia langsung berlari ke arah keduanyaMemeluk Malvic sebentar dan mengabaikan Stev yang terlihat memiliki ekspresi kesulitanPermisi apa aku adalah saudara kandung mu?Mengabaikan Windi yang aneh, Malvic yang tak berdaya berjalan memasuki Gerbang, Saat mereka sudah masuk, Gerbang besar itu kembali di tutup dengan rapat, kemudian saat tatapan Malvic beralih ke kerumunan ia melihat sosok jangkung dengan setelan putih yang belakangan ini sering bertemu dengannya."Aku sudah tau situasinya, ayo ikuti aku, ada beberapa Hal yang perlu kamu tau" Ucapnya kemudian melangkah kan kakinya dan memberi isyarat agar ketiganya mengikuti dirinya.Tak tahu sudah berapa lama dan sampai dimana mereka berjalan, pada
Dengan tertatih tatih, Malvic berjalan perlahan dengan Stev yang merangkul bahunya, mereka menjadi lebih santai karena tak peduli apa, Misi mereka sudah di anggap selesai. Mereka tahu dengan kecepatan maksimal mungkin Windi sudah samapai di tempat tujuan."Ngomong ngomong, Malvic, sepertinya kau tau Siapa bajingan yang menipu kita tadi" Ucap Stev yang mencoba menenangkan suasana tertekan yang mereka rasakan saat ini"Namanya Biar Zerg, salah satu ahli Waris dari Zerg industri, dan memiliki sedikit konflik denganku"Mendengar jawaban itu, Stev dipenuhi kilatan kebencian di dalam matanya, mengangkat dagunya untuk berfikir alih alih tak tertarik akan apa penyebab dari konflik di antara mereka ia berkata"Heh Zerg Industri, sepertinya takdir berada di pihak ku, Setelah situasi disini mereda biarkan beberapa orang di keluargaku menuntut nya"Melihat sebentar Wajah St