Pada Tahun 2060 sebuah Universitas khusus untuk para Soul Kontraktor telah di bangun di seluruh Dunia. Semua manusia yang berhasil menjadi seorang Kontraktor akan di sekolah-kan disini. Setelah menempuh Enam Tahun pendidikan wajib.
Tahun 2140
Di kota Jakarta
Seorang pemuda berwajah lembut dengan mata dan alis yang tajam menatap jauh ke arah jendela, rambut Putih pendek acak-acakannya terombang-ambing tertiup udara musim semi yang melewati jendela.
Ia mendongak ke arah langit yang mulai menampilkan cahaya kuning keemasan menyinari kulit putih kecoklatan miliknya, Malvic kemudian duduk dengan malas dan bersandar di kursi, lalu segera mengambil sebuah jam tangan yang berada tepat di samping nya.
Ketika jam tersebut sudah terpasang rapi di tangan kirinya, jam itu mendadak mengeluarkan deringan kecil dan kemudian memunculkan sebuah hologram di hadapan Malvic.
Di dalam hologram tersebut terpampang wajah seorang Wanita yang terlihat sangat nyata dengan sedikit kerutan di sekitar matanya memperlihatkan umurnya yang masih belum memasuki masa Pra lansia.
[Malvic, ibu akan pergi untuk menghadiri beberapa acara. mungkin nanti sore, ibu pulang serta membelikan makanan kesukaanmu, jaga dirimu baik-baik yah serta jangan lupa untuk selalu makan tepat waktu! Ibu menyayangimu~] Ucap sosok itu dengan tergesa-gesa kemudian berakhir dengan menghilangnya Pratikel layar Hologram yang tercermin di depan Malvic.
Malvic yang telah melihat pesan dari wanita itu langsung merenggangkan kedua sudut mulut kecilnya, dia kemudian berdiri dan mengambil tas sekolah yang berada di atas meja.
'Saatnya memulai hari yang baru lagi' desaknya di dalam hati kemudian berjalan keluar menuju ke Sekolah.
Ketika ia sudah sampai di depan Sekolah hari sudah tidak lagi pagi.
Dia berangkat kesekolah dengan hanya mengandalkan kedua kakinya, sedangkan jarak antara rumah dan Sekolah lumayan jauh, jadi hal itu wajar saja, dan lagipula Malvic sudah terbiasa dengan sedikit olahraga kecil seperti ini.
Ketika memasuki Gerbang sebuah bangunan tiga tingkat terpampang di hadapan nya, dengan arsitektur Modern yang membuat gedung tersebut terkesan mewah.
Sebuah Plang besar terbangun di depan gedung dengan tulisan "Sekolah Menengah Atas Jakarta Raya" Sebuah Sekolah ternama yang sudah berdiri sejak awal pengembangan Negara setelah Hari Akhir.
"Hei hei lihatlah bukanlah dia si Malvic, katanya dia juga merupakan keturunan dari Klan Sriwijaya" Bisik seseorang yang berjalan di belakang Malvic.
"Iya, Bocah yang tak memiliki harapan itu, Aku pernah mendengar bahwa ibunya merupakan anak dari Kepala keluarga namun sayang sekali untuk sebuah Klan ternama seperti Sriwijaya Ibu Malvic tak bisa menjadi seorang Soul Kontraktor"
"Kau mendengar demikan? aku juga mendengar bahwasanya Malvic itu adalah anak Haram dan karena hal itu pula Ibunya sampai di usir dari Keluarga"
"Sayang sekali mungkin masa depan Malvic tidak secemerlang Amarta"
"Hei! untuk apa kau membandingkan dia dengan jenius Klan Sriwijaya itu, lagipula Amarta adalah Siswi nomor satu di sekolah ini dulu, dan aku juga mendengar setelah lulus tahun kemarin dia Langsung di kirim ke Universitas dengan surat rekomendasi"
Mendengar ocehan orang-orang disekitarnya, Malvic hanya menunduk dengan wajah yang sayu, tak bisa membantah sedikit pun fakta yang mereka katakan, ya semua fakta bahwa ia adalah pangeran yang terbuang, dan lagipula menjadi seorang Kontraktor bukan hanya bergantung dengan kerja keras.
Selain keberuntungan faktor turunan juga di perlukan. Sedangkan dia hanyalah anak dari seorang manusia biasa, kemungkinan untuk menjadi seorang Soul Kontraktor jauh lebih kecil.
ketika Malvic sedang terhanyut ke dalam terkepurukan, tiba-tiba sebuah tepukan lembut menyentuh punggungnya.
"Hei! Apa yang kau pikir kan? Apakah kau memiliki banyak hutang? " Ucap seorang Wanita bertubuh mungil dengan dua rambut coklat yang di kuncir kuda, gadis itu segera melompat dan merangkul pundak Malvic.
Malvic menoleh ke arah gadis tersebut dan memaksakan senyuman nya dan dengan mata yang terpejam ia berkata"Hei bukan kah kau yang berhutang banyak hal kepada ku"
Namanya adalah Zea dia merupakan salah satu jenius di sekolah ini yang sudah menjadi seorang Soul Kontraktor, Zea juga merupakan alasan kenapa Malvic bisa sekolah dengan nyaman tanpa ada sedikitpun pembulyan.
Berbicara tentang Zea Malvic memikirkan banyak hal di kepala nya, seperti Zea yang sangat buruk dalam kelas teori, dan hal ini lah yang membuat mereka menjadi sepasang teman baik seperti sekarang karena di sekolah ini Malvic adalah yang terbaik di kelas teori.
Merangkul Zea yang berada di pundak nya Malvic berjalan dan meninggalkan kerumunan siswa kemudian bergegas masuk kedalam sekolah.
_________
9 jam kemudian
Burung-burung aneh dan besar berterbangan menghiasi langit yang bersinar kuning ke emasan, Matahari yang condong di ufuk barat memberikan kedamaian bagi mereka yang menontonnya, seorang pemuda berambut putih berjalan perlahan di bawah sinar matahari, melewati beberapa rumah di setiap sisinya.
Dengan senyum sumringah, Malvic ingin segera pulang dan menceritakan banyak pengalaman bahagia hari ini kepada sang ibu.
Namun ketika dia mencapai jarak lima meter dari rumah, Malvic terdiam membeku dengan wajah yang pucat.
"Jangan!!" Terdengar suara teriakan seseorang dari kejauhan, dan suara tersebut sangat akrab di telinga Malvic
Malvic segera berlari dengan panik menuju rumahnya, membuka pintu dengan tergesa-gesa kemudian ia melihat sosok lelaki mengenakan topeng yang menutupi setengah wajahnya kini sedang mencekik Ibunya.
Tanpa sedikitpun rasa takut Malvic dengan panik berlari menuju lelaki tersebut, ia melompat dan segera memberikan sebuah pukulan ke arah wajah pria itu.
Namun ketika tinju Malvic hendak mengenainya, pria tersebut tiba-tiba menghilang dan langsung muncul tepat satu cm di depan wajah Malvic
"Aku akan segera mengakhiri penderitaan ibumu nak" Bisiknya dengan senyum yang mengerikan menghiasi separuh wajahnya yang tak tertutup topeng
Kemudian ia sedikit mengangkat tangan nya dan memukul tengkuk Malvic!
"Ukhh!" Teriak Malvic diringi seteguk darah yang keluar dari mulutnya kemudian pandangan matanya yang mulai memburam
'Apa hanya begini saja?'
'Tidak!, aku harus segera menolong ibu'
Gumam Malvic, namun kemudian penglihatannya semakin memburam
'Hei seperti nya aku sudah tak tahan lagi'
'Aku memang anak yang tidak berguna'
'Andaikan aku seorang Kontraktor pasti setidaknya aku bisa menolong ibu'
'Kekuatan!'
'Kenapa Tuhan tidak memberikan ku kekuatan?'
Batin Malvic di saat terakhir sebelum ia kehilangan kesadaran.
Setelah Malvic kehilangan kesadarannya dia menemukan bahwa dirinya sedang berdiri di antara kegalapan yang tak berujung.
Berdiri dengan linglung di tengah-tengah kegelapan yang sunyi, Malvic mencoba menoleh ke kiri dan ke kanan untuk mencari tau dimana ia berada sekarang, namun hasilnya nihil tidak seperti yang dia fikirkan.
Beberapa saat yang lalu dia berfikir jika dirinya tengah berada di sebuah tempat seperti ruang oprasi atau sejenisnya.
Namun sayang sekali jangankan menemukan seseorang di kegelapan ini, merasakan bagian anggota tubuh nya saja ia tak bisa.
Ketika Malvic masih terfokus kepada semua pemikiran tersebut, pijakkannya mulai bergetar kuat diiringi dengan suara auman keras yang Memekkakkan telinga
'Roaarrrrr!!! ' suara itu terdengar dari kejauhan seeakan menyambut kedatangan sesosok makhluk yang kuat.
Setelah berbagai macam rangkaian peristiwa tersebut Malvic masih mencoba untuk bersikap tenang
"Hei manusia" Suara serak nan berat yang datang entah darimana asalnya terdengar di telinga Malvic
"Siapa kau! dimana aku, tujukan dirimu?!" Ucap Malvic dengan lantang membuat suaranya sendiri bergema di seluruh kegelapan.
"Heheheh~ Manusia yang menarik, mari kita langsung ke intinya, apakah kau membutuhkan kekuatan?
"Ketika mendengar suara itu lagi Malvic mengerutkan kening
'Kekuatan'
"Ya sebuah kekuatan yang bisa meniadakan segalanya" Jawab suara itu seakan akan mengetahui apa yang Malvic fikirkan
Namun setelah suara itu menghilang, adegan saat Ibu Malvic di cekik oleh orang yang tidak dikenal kembali di putar ulang di hadapan nya. Semakin sering dia melihat adegan tersebut maka semakin hilang pula ketenangan malvic
"Ibu......., Sialan! beri aku kekuatan! cepat! tidak peduli apa Yang kau inginkan dariku, asalkan kau menjamin keselamatan ibuku, bahkan nyawapun akan ku persembahkan kepadamu!!" Ucap Malvic dengan menggertakkan giginya
Ia sudah bisa menebak apa yang tengah dia alami saat ini, Malvic kini berada dalam sebuah tempat yang di sebut Domain.
Ada seorang Soul Kontraktor yang kuat pernah mengatakan "ketika kau memasuki sebuah Domain maka saat itu juga merupakan sebuah awal yang bisa merubah takdirmu"
Seperti yang dikatakan oleh Soul Kontraktor tersebut jika kita bisa memasuki Domain maka kita sudah satu langkah lagi untuk menjadi seorang Soul Kontraktor, yang Malvic perlukan sekarang hanyalah persetujuan dari Soul tersebut kemudian ia bisa segera menjadi seorang Soul Kontraktor dan bisa menyelamatkan ibunya
"Ckckck....nak, sepertinya kau terlalu cemas, Baiklah pertanyaan terakhir, untuk apa kau akan menggunakan kekuatan mu dimasa depan?" Kata soul tersebut dengan deasahan tak berdaya dari kehampaan
Tanpa sedikit pun keraguan Malvic segera menjawab pertanyaan dari Soul tersebut.
"Untuk apa katamu?
Kenapa kau masih bertanya?
Jawaban nya sudah jelas untuk memastikan keamanan ibuku!
dan mengeliminasi segala jenis halangan yang mengahalangi tujuanku. Aku bukan-lah orang Suci dan Mulia yang memiliki tujuan indah seperti menyelamatkan Dunia dan Aku juga bukanlah orang jahat yang ingin mengusai Dunia, Aku Malvic hanyalah seorang manusia yang hidup demi diri sendiri dan memusnahkan segala sesuatu yang menghalangi bahkan jika itu takdir sekalipun, biarpun menjadi penjahat yang menghancurkan dunia ataupun pahlawan selama itu demi tujuanku aku tak peduli!"
Mendengar jawaban Malvic sosok Soul yang tidak diketahui wujudnya tersebut tertawa puas
Ketika tawa itu menghilang, udara di sekitar Malvic menjadi mencekam, ia merasakan ketidaknyamanan yang tak tertahankan, ketika ia mencoba menoleh ke belakang Malvic terkejut di tempat
"Apakah kau takut nak?" Tanya sosok itu yang telah muncul di hadapan Malvic, sosok yang mengeluarkan aura pembunuh sampai membuat punggung Malvic berkeringat deras.
Sosok tersebut mengenakan zirah berwarna merah darah yang menutupi setiap inci tubuh nya, dengan sepasang sayap hitam legam yang berkibar di punggung nya, sebuah tudung yang menutupi wajah hitam kelam yang tak bisa dilihat oleh mata telanjang dan hanya mata putih bersinar yang menonjol di antara wajah sosok tersebut.
Sosok itu kemudian mengangkat tangannya menunjuk kearah kening Malvic lalu berkata
"Nak, kau pantas untuk menjalin kontrak dengan yang Mulia ini!
Berjuanglah atas takdirmu yang menyedihkan itu, sampai kita bertemu lagi suatu saat nanti, dan jangan membuat malu Nama Ifrit yang telah menakuti Syurga dan menjadi momok di Neraka!"
Di dunia nyata
Sebuah awan merah terbentuk tepat di atas rumah Malvic, percikan petir yang menggelegar menyambar seakan-akan berenang di antara awan.
Saat itu Sosok pria bertopeng yang menyerang keluarga bahagia Malvic masih berdiri di samping tubuh ibu Malvic yang tergeletak di tanah, ia memandang kearah tubuh Malvic yang masih tak sadsrkan diri.
saat itu pria bertopeng tiba-tiba merasakan sebuah firasat yang tak nyaman di kedalaman hatinya.
Ketika ia masih memandangi Malvic dengan ekspresi waspada. Tubuh Malvic yang semula tergeletak di ubin lantai mendadak terangkat seperti kehilangan Gravitasi dengan cahaya merah yang perlahan menyelimuti tubuhnya.
Dan ketika kepulan asap berwarna merah yang menyelimuti tubuh Malvic semakin mengental. Muncul Sebuah tekanan kuat membuat pria bertopeng itu kesulitan bernafas.
Dan saat ini muncul berbagai cairan seperti butiran air menendap di sekeliling rumah dan udara secara perlahan.
Air tersebut mulai menguap kembali membuat hati pria tak dikenal itu merasa sedikit lega.
Namun,
"Bahaya!"
Desak orang itu yang kemudian mengambil tubuh ibu Malvic yang tergeletak tak di ketahui kondisinya, dan langsung menghilang di tempat dengan hanya meninggalkan kilatan emas.
Beberapa saat kemudian tepat setelah kepergian pria bertopeng itu..
Kboommmmmm!!
Suara dentuman keras yang membuat bangunan rumah Malvic dan 5 meter di sekitar nya meledak dengan kecepatan yang terlihat oleh mata!
Kemudian hancur lebur tanpa menyisakan apapun hanya tumpukan debu yang menumpuk di samping tubuh Malvic yang masih tergeletak di tengah-tengah ledakan.
Ketika Malvic membuka kedua matanya, dia mendapati bahwa saat ini ia tengah berada di atas sebuah ranjang dengan berbagai peralatan medis yang melekat di tubuhnya serta aroma obat- obatan yang menyengat hidung, memenuhi seluruh ruangan tersebut.Malvic mengerang mencoba bangun dari tempat tidur sembari memegang kepalanya yang masih terasa sedikit pusing namun, usaha tersebut di hentikan oleh perasaan sakit yang datang dari sekujur tubuhnya yang seakan- akan membuat berbagai tendon otot nya robek."Akhh... " erang Malvic yang kembali ke posisi semula.Namun saat malvic masih berusaha mencoba menahan rasa sakit tersebut. Sebuah suara yang tak asing di telinganya kembali terdengar"Malvic syukurlah kau sudah bangun"malvic menolehkan kepalanya dan melihat Zea yang berada di ambang pintu membawa sebuket buah, dan segera berlari ke arah malvic kemudian memelukn
Membuka dokumen kedua Malvic melihat surat berisikan undangan untuk bergabung dengan S. A. I setelah ia lulus dari sekolah menengah nanti, melihat nya Malvic tanpa meragukan mengambil pena dan ingin langsung segera menandatangani nya, karena bergabung dengan S. A. I memiliki beberapa keuntungan untuk dirinya, terutama informasi tentang WOD yang berkaitan langsung dengan Ibu nya, lagipula dia bukan orang bodoh, Malvic percaya bahwa apa yang Diana katakan tadi hanyalah hidangan pembuka saja.Namun ketika ia hendak mendatangkan dokumen tersebut, sebuah tangan yang lebiih kecil dari punya dirinya segera merebut bulpoint yang berada di genggaman nya."Tidak, Apa maksudmu, Malvic masih harus pergi ke Universitas, dan dia juga bukanlah alat perang milik Negara" Perotes Zea kepada Diana.Zea tahu seberapa besar resiko bergobaung dengan S. A. i, seperti ayahnya yang hanya bisa pulang kembali kerumah dengan hitun
Setelah episode percekcokan kecil dengan Amarta, Ruangan tempat Malvic di rawat telah kembali menjadi tenang, dengan Zea yang duduk patuh di samping nya, ia terlihat sedang mengelupas beberapa buah dengan hati hati, memotongnya menjadi beberapa bagian lalu tak lupa menyuapkan nya ke dalam mulut Malvic "Eh, ngomong ngomong Malvic, bolehkah kau ceritakan kepadaku tentang kemampuan mu" Tanya Zea dengan penuh harap "Maaf Zea, bukan nya aku tak ingin memberitahumu namun ini agak sulit di jelaskan kepadamu" Jawab Malvic sembari menggaruk tengkuk nya yang sama sekali tak gatal "Oh begitu, maaf" "Tidak, tidak, emm seperti ini mudah nya aku bisa memanipulasi segala macam Pratikel dengan syarat aku mengetahui susunan Pratikel dari benda yang ingin ku manipulasi" jelas Malvic "Hei, kau tahu tentang kapasitas otak ku? jangan berb
Sesampainya mereka di sekolah, pemandangan spektakuler tercermin di hadapan mereka, keramaian yang jarang mereka lihat di hari hari biasanya, para siswa siswi yang mulai berkumpul di tengah lapangan membuat suasana semakin riuh, berbagai ekspresi yang mereka tunjukan, ada yang terlihat tertekan, mungkin karena tak sempat belajar tadi malam, ada juga yang terlihat sangat percaya diri, dan tak jarang di antara mereka sibuk membuka lembaran demi lembaran buku di tangan mereka masing masing, tak peduli teriknya Sinar matahari.Ketika Malvic dan Zea sedang menikmati pemandangan di depan nya, Berjalan lah seorang lelaki Bertubuh kekar ke arah mereka berdua"Hei~ aku dengar baru-baru ini seorang tuan muda sampah dari klan Sriwijaya telah menjadi seorang soul kontraktor, menurut kalian seperti apakah kekuatannya layak kita bandingkan? Ucap Pria tersebut yang tak lain adalah Devan yang merupakan Keponakan Pemimpin Klan mataram kuno
Kala itu, hari mssihlah gelap, Ayam pun masih tidur pulas di kandang nya, terlihat sosok Malvic yang tertidur pulas di kamarnya, di atas ranjang dengan selimut sebagai segel nya, Malvic yang pulas memamerkan berbagai macam ekspresi di balik matanya yang terpejam, dari amarah, panik, bahkan kadang terlihat frustasi, entah mimpi buruk apa yang Malvic alami.Saat Malvic sedang terhanyut di dalam mimpinya, samar samar ia mendengar deruan suara yang sama persis seperti Helikopter'Bukankah aku sedang bermimpi?, mengapa aku mendengar suara Helikopter?' fikirnya di dalam mimpinya sendiri"Bangun dasar pemalas, apakah kau ingin memakan gaji buta dari pemerintah, mereka mendanaimu bukan untuk bermalas malasan, ayo bangun dan mari kita lakukan pemanasan" Kalimat yang keluar dari pengeras suara yang di pegang oleh wanita dengan rambut pendek dengan seragam militer yang khas menutupi seluruh bagian tubuhnya, ia bertengge
Malvic sekarang berada di sebuah ruangan bersama sang kapten perempuan yang menjemput nay tadi pagi, namanya adalah Linda, tepat di balik tumpukan dokumen yang menjulang, terlihat Linda yang memejamkan matanya, dengan secangkir teh di tangan nya, menghirup uap yang di hasilkan oleh panasnya teh, kemudian ia mulai meneguk nya dengana perlahan."Perkenalan nya sudah selesai, maka hal hal selanjutnya adalah sebuah pertanyaan dan tolong jawab dengan jujur" Ucap Linda dengan malas yang perlahan menempatkan cangkir teh nya ke atas meja yang berada di hadapan nya.Setelah itu raut wajah Linda yang sebelumnya terbilang santai langsung menjadi serius dan menanyakan beberapa hal kepada Malvic"Ada dua pertanyaan sederhana disini karena kebetulan aku memiliki sedikit waktu luang, langsung saja, pertanyaan pertama, semenjak dirimu menjadi seorang soul kontraktor, kemampuan special apa yang kau miliki"
Beberapa saat setelah Linda meninggalkan ruangan terdengar suara ketukkan pintu yang berirama*Tok tokMenoleh kebelakang Malvic melihat Pintu yang sudah terbuka, memperlihatkan seorang lelaki yang seharusnya ia panggil paman dengan kulit berwarna sawo matang dan beberapa bekas luka yang menempel di wajah tebalnya.Sosok Yang sudah tidak asing lagi bagi Malvic'Katak Dua'"Permisi, oh kita berjumpa lagi Junior" ucap katak Dua dengan senyum ramah yang menghiasi di wajahnyaBerjalan menuju Malvic yang berdiri dengan linglung, Katak Dua segera meraih kemudian menjabat tangan Malvic"Ekhem nak, panggil saya dengan sebutan Ragil, katak Dua hanyalah kode ketika aku melaksanakan misi, dan emmmm aku juga merupakan bawahan langsung dari Kapten Lin
Ini catatan pribadi yang perlu kalian garis bawahi. Pertama perkenalkan nama saya Las seorang penulis jalanan yang sering pindah lapak, bicara tentang novel jujur saja penghasilan dari menulis novel tidak sebesar yang kalian bayangkan, apalagi bagi penulis kecil seperti saya mungkin hanya cukup buat beli kouta perbulan, maka dari itu karena hobi saya tetap nulis di tengah sibuk lembur nya pekerjaan saya, nah novel ini up 2hari sekali jadi jangan teriak negatif di komentar karena jarang up Bayangkan seperti ini saya bekerja berangkat pagi pulang malam setelah itu masih harus nulis? Nah itu sangat melelahkan sekalisekalipun saya up sehari dua kali itu sama sekali tidak menambah penghasilan saya kenapa begitu? Karena novel ini hanya ditandatangani dengan kontrak non eklusif jadi tak peduli segiat apapun saya up saya tak akan mendapat kan bonus, jadi mohon pengertiannya saya juga butuh biaya untuk makan, nah para pembaca y
Membuka kelopak matanya yang terasa berat, Malvic melihat latar putih yang familiar, Bau obat yang menyengat memastikan bahwa tempat yang di tempatinya sekarang adalah Rumah Sakit.'Apa aku selamat? 'Ingatan terakhir yang ia ingat adalah Windi yang menyerang Banteng Merah secara langsung, kemudian, Ia tak mengetahui apa yang terjadi selanjutnya.'Sepertinya aku tidak jadi menyusul mu Instruktur'Mengerang perlahan ia melihat sekeliling, di bilik yang terlihat mewah ini sama sekali tidak ada kehadiran satu orang pun kecuali dirinya, hanya sebuket Bunga dan bunga yang berada di samping nya. Merasakan tubuhnya yang baik-baik saja dan bahkan sedikit lebih energik, Malvic memilih bangun mengambil buah di samping nya dan mulai memakan nya karena perutnya sudah lama protes.Saat dia telah menyelesaikan sarapan nya, ia melihat knop pintu yang perlahan di buka, menampilkan kedua orang yang s
Banteng merah benar-benar merasa tertekan, dirinya yang telah Berkultivasi menghirup esensi surga dan bumi di lecehkan oleh manusia yang dia anggap kecil.Dengan emosi yang memenuhi fikiran nya Banteng merah hendak mengeluarkan kemampuan terkuat nya, otot-otot di sekujur tubuhnya membekak seketika, api yang besar berkobar dari setiap inci nya, bulu merah yang perlahan berdiri seperti duri.Dengan otot kaki yang terlihat mulai membengkak mengeluarkan semburan asap yang menyelimuti kakinya, banteng merah siap melancarkan serangan nya.Ketika ia hendak menghentakkan kakinya, sekelabat bayangan hitam muncul di depan nya membuat Banteng merah sedikit Terpana.Muncul secara tak terduga di hadapan Banteng merah, merupakan langkah dengan resiko besar yang Windi ambil saat ini.Merasakan tatapan tajam dari kerumunan Soul Beast di sekitarnya, Windi tak punya b
Dengan ekspresi kepanikan di wajahnya, Malvic tak peduli lagi, langsung mengerahkan segenap kekuatan nya untuk menahan serangan Banteng Merah di depan nya. Booommmm.... Benturan hebat yang membuat tubuh Malvic terguncang, kehilangan keseimbangan dan hampir saja terjatuh dari atas sana. Jika ia terjatuh atau melepaskan sedikit saja pegangan nya, hal buruk seperti tembok yang jebol akan menjadi konsekuensi nya. Jika bukan karena huruf harapan tadi, kejadian seperti ini tak mungkin terjadi. Sekarang Soul Energy di dalam tubuhnya hampir kosong, karena kepanikan sejak tubrukan dengan banteng merah barusan ia mengerahkan segala yang dia bisa, hingga lupa untuk mengehemat Soul Energy. Satu menit sebelum bala bantuan datang! Bagi Malvic sekarang terasa seperti Berjam jam lamanya. Soul Energy nya hampir habis, untuk menahan serangan sel
1 menit, 30 detik, sebelum bantuan dari pusat tiba.....Sementara itu, disisi Malvic sendiri tak tahu menahu tentang huru hara yang akan menimpanya, saat ini ia masih berfokus menahan gempuran ratusan Soul Beast, yang membuat nya sangat tertekan adalah di antara kerumunan ini ada Soul Beast yang terlihat seperti banteng, dengan bulu merah nya yang tumbuh di setiap lekukan otot nya, Soul Beast tersebut berlari dengan liat menuju ke arah Gerbang yang sedang Malvic pertahankan saat ini.Soul Beast yang terlihat gagah dan pemberani ini memiliki sebutan yang unik yaitu "Banteng Merah Perjuangan", dengan tubuh sebesar Mobil Kontainer bisa dipastikan Soul Beast ini berada di tingkat menengah. Soul Beast tingkah menengah dengan Spesifikasi fisik yang bahkan melebihi pahlawan super di TV. Hingga membuat Malvic sangat berhati-hati, lagipula setelah suntikan serum tadi efek samping nya sudah mulai ia rasakan.Duar......
Berjongkok di atas gerbang, memandangi kerumunan Soul Beast di bawahnya, membuat Malvic merasakan dengan jelas arti satu kalimat "menari dengan kematian".Setiap Benturan Yang di hasilkan oleh para Soul Beast membuat gerbang terguncang, Tanah bergetar, dan bahkan soul energi di dalam tubuhnya terkuras dengan kecepatan yang sama sekali tak pernah ia fikirkan.'Mungkin jika terus seperti ini, sangat sulit mempertahankan dinding ini selama sepuluh menit' fikirnyaKetika ia menoleh ke belakang sebentar, ia melihat banyak kerumunan di sana, dari para Soul Kontraktor maupun orang biasa memiliki reaksi berbeda, ada yang cemas, ada yang mengagumkan giginya sembari mengharapkan keajaiban dan masih banyak lagi.Melihat mereka yang percaya padanya saat ini, Tanpa ia sadari hati kecilnya tergerak. Menegaskan keraguan nya, dengan sorot mata yang tajam ia kembali fokus mempertahankan tanggung-jaw
Di dalam sebuah ruangan yang dipenuhi oleh berbagai macam instrumen penelitian, seseorang lelaki yang masih muda terlihat terikat di sebuah kursi dengan setengah terlentang, Rambut putih nya terurai panjang, berbaring di sana dengan badan setengah telanjang, memperlihatkan garis garis otot nya yang terlihat meledak ledak dipenuhi kekuatan.Membuka mata hitam nya dengan ringan Pria itu menghela nafas sebentar sebelum mulai melepaskan ikatan berbagai instrumen yang membelenggu tubuhnya, saat sosok tersebut mulai sibuk dengan apa yang ia lakukan terdengar langkah kaki menghampiri pemuda itu"Hei nak, Selamat, namun sepertinya kita tak sempat merayakan nya"Suara Serak dan berat terdengar seperti kejutan di telinga pemuda itu membawanya kembali ke kenyataanMerasakan Tanah di bawah kakinya yang mulai bergetar pemuda itu segera berdiri kemudian menghilang meninggalkan ruangan bahkan tanpa menjawab Ora
"Mungkin kalian bertanya tanya alasan mengapa aku memanggil kalian kesini" Ucap lelaki tua Charles dengan nada yang menggoda ketiganya."Namun, simpan pertanyaan itu untuk saat ini, karena aku sama sekali tak berniat untuk menjawabnya"Mendengar kata kata menggoda dari pak tua Charles Stev tak bisa menahan kesabaran nya lagi dengan kerutan yang bertumpuk di dahinya ia segera menyela"Lalu apa pak tua, jika kau sama sekali tak ingin memberikan alasan, lantas mengapa kau membuang buang kata hanya demi menggoda kami, lupakan semuanya lalu mari kita bicarakan intiny"Melihat Stev yang benar benar menyela omongan pak tua Charles, Malvic dan Windi sama sama terkejut, meskipun ia tahu dalam hatinya bahwa Stev adalah orang yang banyak bicara, namun tak sampai pada tahap ini juga kan?Di depan Anda adalah ilmuan fenomenal!Bersikaplah sedikit!ヽ(`д&acut
Melihat dua wajah yang Familiar di depan Gerbang, hati Windi yang semula khawatir langsung menjadi tenang, menyetabilkan ekspresi nya, kemudian ia langsung berlari ke arah keduanyaMemeluk Malvic sebentar dan mengabaikan Stev yang terlihat memiliki ekspresi kesulitanPermisi apa aku adalah saudara kandung mu?Mengabaikan Windi yang aneh, Malvic yang tak berdaya berjalan memasuki Gerbang, Saat mereka sudah masuk, Gerbang besar itu kembali di tutup dengan rapat, kemudian saat tatapan Malvic beralih ke kerumunan ia melihat sosok jangkung dengan setelan putih yang belakangan ini sering bertemu dengannya."Aku sudah tau situasinya, ayo ikuti aku, ada beberapa Hal yang perlu kamu tau" Ucapnya kemudian melangkah kan kakinya dan memberi isyarat agar ketiganya mengikuti dirinya.Tak tahu sudah berapa lama dan sampai dimana mereka berjalan, pada
Dengan tertatih tatih, Malvic berjalan perlahan dengan Stev yang merangkul bahunya, mereka menjadi lebih santai karena tak peduli apa, Misi mereka sudah di anggap selesai. Mereka tahu dengan kecepatan maksimal mungkin Windi sudah samapai di tempat tujuan."Ngomong ngomong, Malvic, sepertinya kau tau Siapa bajingan yang menipu kita tadi" Ucap Stev yang mencoba menenangkan suasana tertekan yang mereka rasakan saat ini"Namanya Biar Zerg, salah satu ahli Waris dari Zerg industri, dan memiliki sedikit konflik denganku"Mendengar jawaban itu, Stev dipenuhi kilatan kebencian di dalam matanya, mengangkat dagunya untuk berfikir alih alih tak tertarik akan apa penyebab dari konflik di antara mereka ia berkata"Heh Zerg Industri, sepertinya takdir berada di pihak ku, Setelah situasi disini mereda biarkan beberapa orang di keluargaku menuntut nya"Melihat sebentar Wajah St