Share

Prologue

Penulis: Mrs.Juno
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-22 09:54:08

New York City • 12:00 PM

            “Cheersss!!!”

Terdengar suara bariton dan bass bersahutan di bagian meja VIP sebuah kelab malam ternama pusat kota New York. Tempat itu bernama Chill Out— di mana semua orang dapat merilekskan diri untuk membebaskan diri setelah berjibaku dengan realita kehidupan yang memuakkan.

            Termasuk para pria berpostur tegap yang saling bersulang. Dengan botol minuman yang mereka tinggikan ke atas, semuanya bersorak atas keberhasilan tugas yang telah mereka emban sebagai Marinir Angkatan Laut Amerika alias U.S Navy.

            Walaupun perayaan itu sangat terlambat untuk mereka lakukan di awal, setidaknya semuanya dapat berkumpul kembali sekaligus merayakan malam terakhir mereka bersama - sama  sebelum kebebasan itu hilang dan kesempatan bersenang-senang lenyap.

            Menjadi sebuah kebanggaan tersendiri sebenarnya bagi mereka dapat mempertahankan kehormatan bangsa, dengan cara terjun langsung ke arena perang. Bukan sekedar rasa cinta kepada negara, tetapi juga bentuk rasa nasionalisme dan patriotisme.

            Namun, tak terasa sudah beberapa bulan mereka vakum sebagai anggota militer. Membuat mereka sedikit merindukan lautan tempat di mana mereka selama ini berjuang. Malam ini adalah yang terakhir kalinya para pria itu menikmati kebebasan di kota metropolitan. Sebelum esok pagi datang dan menerbangkan mereka kembali ke pangkalan militer angkatan laut di Hawaii.

            Sedikit berpesta rasanya wajib untuk dilakukan, karena disaat seperti inilah mereka bisa bersenang-senang. Waktu mereka cukup terbatas untuk menikmati hidup yang sebenarnya.

            “Banyak wanita cantik di sini., dan kau hanya diam? C'mon Daxie The Dalmore! Buktikan kau sama mematikannya seperti minuman yang kau tenggak.” Sikut seorang pria dengan botol whiskey di tangannya kepada pria tampan yang sedang menikmati sebotol Dalmore.

            Pria yang dipanggil Daxie tadi menghentikan acara minumnya, sambil mendecakkan lidah. “Hey, Whiskey,” sebutnya, “jangan khawatirkan aku. Urus saja dirimu. Apa kau sudah menemukan gadis yang akan menghangatkan ranjangmu?” ejeknya sambil menenggak kembali minuman beralkohol itu dengan cara yang tidak elit.

            Seketika rasa pahit dan panas menjalar melewati indera pengecap dan mengalir di tenggorokan yang kering.

            “Di sana,” tunjuk si pria Whiskey — mengarah pada sekumpulan wanita yang tak jauh dari tempat mereka berada.

            Di sudut ruangan yang remang seketika begitu bercahaya dengan adanya para gadis berkumpul dan bersorak merayakan sesuatu. Suara menggelitik dari tawa dan canda sekumpulan wanita cantik, dengan potongan dress yang sangat minim. Di sana seakan menjadi hiburan tersendiri bagi para pria yang haus belaian dan si Whiskey menunjuk wanita berpayudara besar.

            “Shit!” umpat pria lainnya menyahut, yang adalah teman keduanya. Disambung dengan beberapa pasang mata dan mulut menganga para pemangsa wanita yang ikut menangkap objek bagus yang baru saja ditunjuk.

            Para pria itu seketika kembali riuh. Dalam kasus wanita, mereka yang paling bersemangat. Apalagi sudah lama para kaum adam itu tidak bergaul dengan kaum hawa. Tentu tak sedetikpun momen berharga mereka lewatkan. Termasuk memandangi para wanita cantik sampai mata mereka lelah.

            “Aku tak yakin kita ada di bumi. Jelas kita ada di surga sekarang.”

            “Thank God. Kukira orientasiku akan berubah karena selalu melihat para pria mandi. Ternyata ketika melihat para malaikat itu kembali ... 'adikku' masih bisa terbangun dengan cepat. Really!”

            “Oh, that's my girl! Aku suka yang berbodi cocktail. She's hot!”

            Daxon menghiraukan komentar dari teman sejawatnya, si pria Dalmore itu hampir membatu di tempatnya. Bahkan botol minuman favorit yang ia pegang terlepas begitu saja di lantai. Untungnya tidak menimbulkan pecah. Lagipula isinya tentu sudah habis.

            Namun, efek keterpanaan akan sosok wanita yang baru saja dilihatnya sangat luar biasa. Wanita itu terlihat paling menonjol diantara yang lain. Dengan wajah bulat selaras dengan mata indah bermanik biru laut dan senyum dari bibir seksi berwarna merah serta mini dress hitam yang dikenakannya sangat kontras dengan kulitnya yang putih.

            Dari sekian banyak wanita di tempat itu, bisa ia nobatkan; jika wanita dengan bentuk tubuh sempurna itu adalah pemilik bibir terseksi di dunia, bahkan akhirat mungkin. Ditambah dengan yang jernih dan tenang, tetapi  begitu memikat hingga mampu menghanyutkan bahkan menenggelamkannya. Very dangerous!

           Sungguh sangat mengguncang hati, jiwa dan pikirannya. Bagaimana bisa? Bahkan matanya selalu mencuri pandang pada sosok yang tampak menggoda itu. Layaknya seekor singa betina yang menjadi primadona di kumpulannya. Wanita itu menyadari kehadiran si singa jantan yang terlihat paling dominan tengah memerhatikan dirinya juga. Lantas membuat si primadona itu membalas sinyal padanya, melalui kerlingan mata yang memiliki bulu lentik di kelopaknya seolah melambai lembut.

            Shit!

            “Really, Dax. Air liurmu menetes jika kau sadar, bung! Kau tampak ingin menerkam si bibir seksi itu,” goda temannya bernama Diego yang sepertinya sedari tadi mengamati tingkah laku Daxon.

            Tentu kelima pria di dekat Daxon bersorak padanya. Mengejeknya bahkan menggodanya untuk segera membawa salah satu malaikat di seberang sana dan menghabiskan malam bersama.

            “Come on, Dax. Faster! Sebelum ada serigala lain yang menerkamnya.”

            Daxon awalnya tidak yakin untuk maju terlebih dahulu. Biasanya para wanita yang menghampirinya, akan tetapi apakah ia mampu menolak feromon dari si bibir seksi itu? Dan memberi kesempatan pada serigala lainnya?

            Jawabannya adalah TIDAK!

            Daxon tak akan menyia-nyiakan kesempatannya kali ini. Terlebih untuk si blue ocean yang sudah memberinya kesan love at first sight. Terdengar tak masuk akal, tetapi si gila cupid bukan hanya menembaknya dengan panah cinta, melainkan racun mematikan bernama …, hasrat.

            “Don't flirt with me, sweety …, you may fall in love if i flirt back,” guman Daxon menyeringai. Sambil menatap lekat si wanita incarannya yang sedang tertawa dan juga curi-curi pandang padanya.

            Sampai akhirnya Daxon memutuskan untuk segera bergerak. Rupanya ia sudah tak sabar untuk mengenal si primadona itu. Jujur saja, Daxon juga menginginkan wanita itu untuk menemaninya malam ini.

            Apakah ia akan berhasil?

            “So, let's get to know each other, Baby,” tekad Daxon, beranjak dari tempatnya ke kumpulan  para malaikat.

**

Komen (3)
goodnovel comment avatar
snake eyes
Marinir AS mah USMC, klo US Navy itu pelaut beda
goodnovel comment avatar
Mrs.Juno
karena itulah yg disukai pembaca wkwkwk
goodnovel comment avatar
Nikmah Suryadi
kenapa semua biang onar itu kau bikin mempesona,
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Sleep with the Admiral's Daughter   Part 01 - The Dalmore

    U.S Navy SDV Team 1 • Pearl Harbor Beberapa hari setelah para pria berbadan tegap berpesta mengakhiri malam terakhir mereka di New york City. Mereka yang terlihat liar sekitar satu minggu yang lalu saat berada di kelab Chill Out— kini semuanya tengah berbaris rapi dan teratur di sebuah pangkalan militer angkatan laut. Tepatnya di Pearl Harbor yang berada di pulau Oahu, Hawaii— bagian barat Honolulu, Amerika Serikat. Namun, nyatanya di mana pun tempatnya, seorang Daxon Seth Rainer tetaplah memiliki ketidak disiplinan dalam bertindak. Padahal dirinya sudah mendapat jabatan sebagai Letnan dan memiliki sebuah tim yang berada di bawah kepemimpinannya langsung.&nbs

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-22
  • Sleep with the Admiral's Daughter   Part 02 - Rainer Brother

    Raven Seth Rainer terdorong untuk mengatakan permintaan maaf atas kelalaiannya mendidik sang adik -Daxon- yang kembali membuat ulah saat upacara rutin pagi tadi. Ia dengan sadar diri, sering melupakan tugasnya sebagai seorang kakak yang menjadi tanggung jawab Daxon dalam keluarga setelah kepergian ayah mereka. Di ruangan seorang Laksamana, berjejer berbagai penghargaan dan bendera kebangsaan serta bendera angkatan laut. Tertata rapi di belakang kursi kebesaran Dereck. Semua itu terlihat jelas pada kedua netra biru milik Raven yang duduk di hadapan Dereck—seorang komandan yang sudah dianggap seperti ayahnya itu. Seakan telah memahami kedua watak Rainer bersaudara, Dereckmengajarkan keduanya secara tegas sesuai dengan surat wasiat yang diberikan sahabatnya yakni; ayah dari kedua Rainer.

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-22
  • Sleep with the Admiral's Daughter   Part 03 - Playboy vs Playgirl

    Jam sudah menunjukkan pukul empat sore hari waktu setempat, ketika akhirnya Dereck –sang pemimpin pangkalan Pearl Harbor– harus mengakhiri tour singkatnya bersama sang putri kesayangan untuk menunjukkan situasi dan kondisi di tempatnya bekerja sekarang.Ini adalah kali pertama Alexia atau biasa dipanggil Lexy, mengunjungi sang ayah di Hawaii. Sekaligus berlibur tentunya, karena selama ini gadis manis berdarah campuran Amerika-Perancis itu sedang menempuh jalur pendidikannya di salah satu Universitas ternama di California— Universitas Stanford, untuk menyelesaikan Magister Bisnis Administrasinya.Kembali ke ruangan sang ayah yang berada di sebuah kapal induk, Lexy ditinggal beberapa saat karena sang ayah ada keperluan mendesak.Ruangan seorang laksamana ternyata cukup luas. Desainnya juga cukup futuristik tanpa meninggalkan gaya klasik yang selalu ayahnya usung untuk setiap desain interiornya. Membuat ruangan besi itu menjadi lebih hang

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-22
  • Sleep with the Admiral's Daughter   Part 4.1 - Ceremonial

    Hawaii, Honolulu - Amerika Serikat | Pearl Harbour, 05.30 PMSuasana tegang dan mencekam tengah dirasakan para pengunjung perayaan hari angkatan laut yang sedang menyaksikan para marinir di medan perang.Bukan … Ini bukan perang sesungguhnya. Ini hanya sebuah opening ceremonial hari angkatan laut untuk memeriahkan acara dan menunjukkan aksi terbaik para tentara terlatih yang selalu melakukan tugasnya dengan benar.Terdiri dari empat kapal yang dipimpin langsung oleh para kapten kapal. Dua diantaranya dipimpin oleh Rainer bersaudara.Beberapa tamu pilihan dapat menumpangi kapal-kapal itu dan bisa secara langsung melihat para pemimpin dan awak kapalnya bekerja seperti kejadian disaat perang. Membuat hati pengunjung berdebar ikut terpacu dan merasa tegang, karena dibuat seperti sedang menghadapi musuh sesungguhnya.Setelah bersitegang dengan gugurnya dua kapal, kini tersisa dua kapal yang masih bertaha

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-22
  • Sleep with the Admiral's Daughter   Part 4.2 - First Time

    Suasana bising di sebuah klub yang terdapat di dekat pantai Hawaii terlihat ramai saat hari semakin malam. Bertambahnya pengunjung membuat keadaan semakin sesak dan tak lagi terlihat nyaman bagi Daxon dan Lexy.Hingga keduanya memutuskan untuk berjalan-jalan di dekat bibir pantai menikmati semilir angin yang menerpa kulit mereka. Daxon dengan senang hati memberikan jaket kulitnya untuk dikenakan Lexy, sebagai bentuk kelemah lembutannya.Hanya dalam hitungan jam mereka tampak akrab karena pembicaraan mereka yang selalu sama setiap kali menebak. Membuat Lexy merasa nyaman dan tak berhenti tertawa dengan semua lelucon yang dilontarkan Daxon di sepanjang kebersamaannya.“Ya, dan saat aku mengejek Walter. Wajahnya malah semakin kaku seperti habis melihat medusa,” ujar Daxon terkekeh.Membuat Lexy ikut terkekeh saat mendengar cerita Daxon tentang kebodohannya mengejek Walter.“Aku bisa bayangkan wajah hitamnya yang menegang, saat meliha

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-22
  • Sleep with the Admiral's Daughter   Part 5.1 - Home Sweet Home

    Beberapa minggu kemudian ...“Hei Kap, jadi kau ambil cuti liburan natalmu?”Walter, sang anak buah berlari menyapa saat melihat Daxon berjalan keluar dari ruang kantor administrasi pangkalan tempat mereka bertugas. Daxon menyikut perut bawahan yang sudah dianggap sebagai temannya itu karena sebenarnya mereka hampir seumuran dan sangat dekat.“Bagaimana dengan kau? Tidak natal bersama keluarga?” tanya Daxon yang sudah merangkul bahu pria yang kalah tinggi dengannya itu.Walter hanya mengendikkan bahu, menjawab, “Tahun ini giliranku yang standby. Mungkin aku pulang setelah tahun baru.”“Poor you. Itu artinya wanitamu harus menunggu lebih lama, bukan?”“Aku tidak punya kekasih lagi, bila kau ingin tahu.”“Why?”“Dia memutuskanku karena tidak bisa selalu bersamanya.”Daxon menepuk bahu Walter menya

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-22
  • Sleep with the Admiral's Daughter   Part 5.2 - Home Sweet Home

    Hari ini adalah hari penting bagi Daxon. Dia sudah siap dengan penampilannya yang bersih dan rapi. Cukup lama ternyata memilih antara kaos dengan kemeja di lemarinya yang hanya itu - itu saja. Akhirnya dia memutuskan untuk memakai kaos putih berlapis blazer hitam pemberian ibunya yang tak pernah dia pakai. Ditambah dengan jeans hitam dan sepatu berwarna putih juga agar terkesan kasual. Tema hari ini adalah black and white. Daxon suka itu.Bila biasanya dia sangat cuek dengan caranya berpakaian. Namun, kali ini tidak. Dia harus terlihat pantas bila bersanding dengan si seksi Lexy saat berjalan nanti. Wajah tampan saja tidak cukup. Dari kepala hingga kaki harus terlihat sempurna, dan jangan lupakan satu hal lagi. Parfum!Ya, benda yang satu itu hampir tak pernah dia pakai

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-22
  • Sleep with the Admiral's Daughter   Part 6.1 - Blizzard

    Kendaraan klasik beroda empat milik Daxon masih berjalan setelah hampir dua jam perjalanan mereka habiskan dengan senda gurau saling menceritakan sisi buruk masing-masing, lalu mengejek lawannya. Sebuah gurauan seru jika dalam perjalanan untuk mengusir rasa kantuk saat berkendara.Mereka terlalu merasa nyaman hingga tak lagi merasa malu walau untuk mengatakan dirinya tidur begitu berisik dan mendengkur saat tidur. Daxon mengakui Raven sering menceritakan dan mengejeknya demikian. Begitu juga dengan Lexy yang selalu bernyanyi di dalam kamar mandi, walau ibunya sering protes akan suara sumbangnya.Sudah diceritakan sebelumnya bahwa hubungan keduanya berjalan karena mereka selalu mengutamakan rasa nyaman di atas segalanya. Mereka merasa menjadi diri sendiri adalah rasa nyaman yang tak bisa digantikan dengan materi."

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-22

Bab terbaru

  • Sleep with the Admiral's Daughter   Extra Part

    Extra part Kehebohan di kediaman D'Ryan di Hawaii membuat suasana tengah malam sangat berisik. Suara gaduh langkah kaki Daxon terdengar seolah sedang terjadi perang dunia kedua. Bagaimana tidak? Daxon seketika terkena serangan panik saat dikabari mertuanya -Elizabeth- untuk segera pulang dari pangkalan agar membawa istrinya ke rumah sakit. Kehamilan Lexy yang sudah genap akan usia kandungan untuknya melahirkan, membuat si ibu mengalami kontraksi cukup kuat saat ini. Tentunya Dereck juga mengalami serangan panik yang sama dengan Daxon. Memaksa untuk ikut dalam perjalanan menuju rumah sakit membuat Daxon menyetir seperti orang gila di tengah gelapnya jalan yang sepi. "Dalmore cepat sedikit! Aku tak mau melahirkan di dalam mobil!" erang Lexy di tengah rintihan rasa mulas di perutnya sambil memegangi perut itu

  • Sleep with the Admiral's Daughter   Epilogue

    Setelah mendapat pujian dari Dereck di depan seluruh timnya. Daxon juga mendapatkan sebuah peringatan mengerikan dari si penguasa lautan Hawaii tersebut. Masih terbayang dalam benaknya saat ini. Dereck yang secara tiba-tiba memberikan pelukan dan tepukan kuat di punggungnya itu, membisikkan sebuah peringatan keras. Bukan sebuah nada perintah. Melainkan ancaman dari seorang ayah yang memintanya untuk melakukan tanggung jawab serius pada putri kecilnya yang ternoda, akibat kelancangan Daxon yang berani menghamili sang putri. “Kuakui kau telah sukses dalam karir marinir, tetapi restuku ... masih belum kau dapatkan!” Seiring dengan pelukan Dereck yang terlepas, seketika itu juga Daxon membeku di tempatnya. Sementara Dereck kembali memasang wajah biasa, terlebih saat seorang bawahan mereka memint

  • Sleep with the Admiral's Daughter   THE END

    _The end_Setelah kepergian Hakuri, Raven kembali mengulang kegiatan melepas borgolnya. Beruntung dirinya sempat menyembunyikan kuncinya tepat sebelum komplotan Hakuri tiba di ruangan tersebut. Kini dengan tergesa Raven mengintai dari celah yang ada di pintu, ia memicingkan matanya untuk melihat dengan jelas keadaan di luar. Keadaan langit kembali menggelap dan tak terlihat ada penjaga di manapun.“Great! Ini kesempatanku, ” ujar Raven.Raven menatap ke sekeliling ruangan yang minim penerangan. Ia mencari benda yang bisa mendongkrak pintu yang terkunci dari luar. Beberapa perkakas ditemukan dalam tumpukan benda tak berguna lainnya. Ia menemukan linggis panjang lalu tersenyum dengan wajah penuh harap.

  • Sleep with the Admiral's Daughter   Part 30.2 - Raven is Saved

    Part 30.2 - Raven is savedMiami, Florida.Raven menggeram kesal untuk kesekian kalinya. Entah sudah berapa lama dirinya di sekap dan selalu disuntikkan obat tidur saat ia memberontak ingin melepaskan diri dari sana.Bangunan gudang yang dikelilingi tumpukan badan truk pengiriman barang itu, tampak asing bagi Raven yang sudah lama berada di perairan Hawaii. Dia tak bisa mendeskripsikan di mana dirinya saat ini, karena hanya itu yang sempat dilihat Raven saat sekali percobaannya melarikan diri berujung kesia-siaan. Kini bukan hanya tangannya yang diborgol dengan rantai, kakinya juga mengalami nasib sama.Namun, para mafia itu tak tahu jika Raven adalah kapten yang begitu akrab dengan rantai kapal. Walau menggunakan benda tersebut, dirinya memiliki banyak cara untuk lepas dari jeratan rantai, a

  • Sleep with the Admiral's Daughter   Part 30.1 - The Real

    "Daxon, tolong aku …" Raven merangkak tak berdaya sambil memegang kaki adiknya. Pria gagah itu berlumur darah hingga pada bagian wajahnya. "Aku tertembak." DORRR! __ Daxon terbangun dari tidurnya ia memegangi dadanya dan meraba seluruh tubuh sambil mengecek kondisinya saat ini. Dengan napas terengah dan butiran bening yang mengucur di pelipisnya, Daxon menatap sekitar. Seluruh pasukan tengah bersiap untuk ke luar dari pesawat. Dengan nyawa yang masih setengah sadar, ia memutar memorinya pada bayangan yang baru saja terjadi dan terasa sangat panjang itu. Apa aku hanya bermimpi? “Hei, Kap. sudah bangun dari mimpimu?” sapa Diego. Menepuk punggung kaptennya yang masih terlihat bingung. “Kau terlihat gusar dan tersenyum di dalam tidurmu, apa kau bermimpi buruk lalu berakhir bahagia?” Kali ini Walter menyahut dengan sedikit ejekan, sambil menurunkan peralatannya. Daxon yang masih merasa aneh, tak

  • Sleep with the Admiral's Daughter   Part 29 | D-Day - Happily Ever After

    Tibalah waktu yang ditunggu. Waktu dimana dua hati akan saling menyatu di hadapan Tuhan. Tepat disaat senja, ketika matahari menenggelamkan dirinya di ufuk barat. Bersamaan dengan bayang bulan sebagai saksi, dan lautan luas ikut melingkupi— sebagai pertanda jika cinta keduanya tak terselam sedalam samudera, serta langit jingga adalah simbol dari kasih tiada tara karena mencakup semesta.Sungguh suatu momen yang akan selalu dikenang keduanya di hari tua kelak. Dimana mereka berharap sampai akhir hayat nanti keduanya akan terus berdampingan, karena mereka percaya; apa yang sudah dipersatukan oleh Tuhan, maka tak boleh dirusak oleh manusia, kecuali maut yang memisahkan dan campur tangan Yang Maha Esa tentunya.Apalagi pernikahan dua insan ini diadakan di sebuah kapal khusus angkatan militer laut. Di dekorasi sedemikian rupa hingga tampak ada perayaan suka cita di atasnya. Terutama di bagian dek paling atas kapal. Sebuah altar di ujung menghadap lautan luas sudah dib

  • Sleep with the Admiral's Daughter   Part 28.2 - Oh, No! We got Caught.

    Daxon menatap pantulan dirinya di depan cermin kamarnya. Merapikan penampilannya sejak setengah jam yang lalu. Mengalami kepanikan berlebih saat dirinya sudah siap dengan setelan jasnya. Ia justru menggantinya dengan yang lain, lalu menggantinya lagi dengan yang sebelumnya.Wajahnya memucat dengan butiran bening sebesar biji jagung bermunculan di sisi pelipis. Daxon sungguh gugup dan tak bisa tenang sebelum acara hari ini terlewati dengan lancar.Di ambang pintu telah berdiri Raven yang menyandarkan tubuhnya santai. Sang kakak bukannya segera membantunya bersiap, tetapi malah mengejeknya hanya dengan tatapan dan senyum menyebalkan yang sialnya malah membuat wajah tampan keturunan Rainer menguar."Berhenti menunjukan seringaian itu, Rav! Kau mirip dengan si kotak kuning di Bikini Bottom. Lebih baik kau bantu aku memilih jas," ujar Daxon menatap sang kakak dari pantulan cermin.Raven terkekeh dan beranjak dari posisinya mendekati Daxon yang sibuk membongkar

  • Sleep with the Admiral's Daughter   Part 28.1 - Caution

    Daxon menyusuri koridor rumah sakit demi mempercepat langkahnya menuju ruangan dimana Raven dirawat. Kabar Raven telah tersadar dari koma, membuatnya bergegas melakukan penerbangan dari Hawaii menuju New York. Dirinya bahkan masih mengenakan seragam kemiliterannya, karena saat kabar tersebut diberitahukan, Letnan muda itu tengah melakukan bimbingan rutin pada para timnya. Segera ia pergi setelah mendapat izin dari sang laksamana, dan kini ia berhasil tiba di sana begitu cepat.Daxon yang baru saja tiba di ruangan tersebut, bergegas berhambur masuk dan berdiri di hadapan Raven. Samar-samar suara Raven terdengar sedang bicara dengan seseorang. Rupanya sudah terdapat Gizelle yang berada di sisi satunya dengan setia menjaga dan menemani Raven selama beberapa hari setelah insiden kedatangan Daxon yang membuat kegaduhan dengan membawa serta pasukannya.Setelah membicarakan segala penjelasan dengan cara baik-baik. Daxon dan Dereck akhirnya memahami Gabriella dan Gizelle, lalu

  • Sleep with the Admiral's Daughter   Part 27.2 - The Blessing

    Bandar Udara Militer, New York. Tepat tengah malam ketika akhirnya pesawat khusus militer yang ditumpangi Daxon dan rombongannya itu mendarat di New York. Masih dalam cuaca yang dingin, mereka satu per satu keluar dan segera bergegas transit ke sebuah helikopter yang sudah siap sedia untuk mengudara mengantarkan ke tujuan selanjutnya. Terkecuali Lexy dan ibunya. Daxon mengantar kekasih dan calon ibu mertuanya itu ke sebuah mini van yang akan membawa mereka kembali ke rumah. Lebih tepatnya ke rumah keluarga Rainer, karena lebih baik mereka semua berkumpul bersama sekarang. Sembari menunggu kabar dari Daxon dan Dereck juga timnya yang akan segera kembali beroperasi dalam pencarian Raven. Setidaknya mereka bisa saling menguatkan dan menjaga satu sama lain. "Dax, berjanjilah kau akan baik-baik saja. Aku akan mendoakan kalian agar berhasil menemukan Raven. Kabari aku secepatnya, okay?" Lexy memeluk erat Daxon di depan pintu mobil yang akan m

DMCA.com Protection Status