Home / Romansa / Sleep with the Admiral's Daughter / Part 03 - Playboy vs Playgirl

Share

Part 03 - Playboy vs Playgirl

Author: Mrs.Juno
last update Last Updated: 2021-04-22 12:03:50

Jam sudah menunjukkan pukul empat sore hari waktu setempat, ketika akhirnya Dereck –sang pemimpin pangkalan Pearl Harbor– harus mengakhiri tour singkatnya bersama sang putri kesayangan untuk menunjukkan situasi dan kondisi di tempatnya bekerja sekarang.

Ini adalah kali pertama Alexia atau biasa dipanggil Lexy, mengunjungi sang ayah di Hawaii. Sekaligus berlibur tentunya, karena selama ini gadis manis berdarah campuran Amerika-Perancis itu sedang menempuh jalur pendidikannya di salah satu Universitas ternama di California— Universitas Stanford, untuk menyelesaikan Magister Bisnis Administrasinya.

Kembali ke ruangan sang ayah yang berada di sebuah kapal induk, Lexy ditinggal beberapa saat karena sang ayah ada keperluan mendesak.

Ruangan seorang laksamana ternyata cukup luas. Desainnya juga cukup futuristik tanpa meninggalkan gaya klasik yang selalu ayahnya usung untuk setiap desain interiornya. Membuat ruangan besi itu menjadi lebih hangat juga nyaman. 

Terutama pada bagian pembatas kaca tebal yang langsung menghadap ke bagian depan kapal. Bisa dia lihat daratan dari tempatnya sekarang. Bahkan netranya dapat menangkap deretan marinir yang sedang berjejer rapi sambil berlari di sekitar pelabuhan. Sungguh pemandangan yang jarang sekali dapat ditemukan.

Melihat para pria berseragam itu, bayangan Lexy teringat pada pria yang ditemuinya tadi siang. Pria yang sama saat ia temui di New York— yang menjadi bahan pikirannya dalam beberapa hari ini, dan yang tak pernah ia lupakan sejak perkenalan pertama mereka.

Dalmore.

Lexy menggelengkan kepalanya sambil tersenyum ala wanita kasmaran karena mengingat sosok tampan dan lucu itu. Tingkah pria yang ditemuinya di New York itu teramat membuatnya gemas, juga penasaran. Kemudian paling tak disangka adalah … si pria jenaka itu ternyata seorang angkatan. Sangat mengejutkan!

Pantas saja sang Dalmore mempunyai badan yang sangat bagus juga proporsional. Jangan lupakan kharismanya bak seorang pemimpin. Ternyata itu semua didapatkan pria itu dengan pelatihan di militer. Membuat Lexy semakin kagum akan sosok Daxon Seth Rainer.

“Daxon …,” gumam Lexy dengan senyuman yang tak bisa luntur bila mengingat sosok itu, “siapa sangka takdir mempertemukan kita lagi,” kekehnya, kemudian mengambil sebuah teropong yang tergeletak di meja kayu di depannya.

Lexy tahu bila benda berwarna hitam itu adalah milik ayahnya. Mungkin untuk memantau latihan para bawahannya dari atas. Tak heran bila ayahnya sangat ditakuti juga disegani, karena sang ayah sangat disiplin dan terkenal mempunyai banyak mata. 

Sehingga tak heran kesalahan apapun dan insiden apa saja yang terjadi dalam teritori kekuasaannya, pria tua itu akan tahu. Maka dari itu tak ada yang berani membuat kesalahan sedikit pun ataupun membangkang. Itu karena sang komandan tak segan-segan memberi hukuman bahkan pencopotan jabatan.

Meneropong ke arah daratan, Lexy melihat banyak kegiatan dari atas; para pasukan dengan pakaian harian lapangan yang sedang berlarian, sekelompok marinir berbaju putih yang sepertinya sedang sibuk melatih para trainning, dan suasana pelabuhan yang ramai bila dilihat dari kacamata teropongnya.

Bergeser ke samping kanan, iris biru gadis itu tak sengaja menangkap dua sosok tak asing yang sepertinya baru beberapa jam lalu bersapa dengannya; duo Rainer brother. Sepertinya dua pria itu akan meninggalkan dermaga, karena seperti yang Lexy lihat; Raven dan Daxon menuju ke arah parkiran kendaraan.

Oh, God. I wanna to talk to you again, Dalmore. Please, look at me ....” 

Walaupun terdengar gila, Lexy berharap pria beriris hazel itu berbalik menatapnya. Lalu sesuatu tak disangka pun terjadi.

Dalmore aka Letnan Daxon Seth Rainer ME-NA-TAP-NYA. Sekali lagi ME-NA-TAP-NYA.

Demi Flying Dutchman yang masih bergentayangan di seluruh penjuru lautan, Lexy memekik tertahan tatkala melihat senyuman hangat pria yang ia temui tadi siang— seolah mendengar suara hatinya, Daxon berbalik menatapnya. It's magic.

Shit!” Lexy menjauhkan teropongnya, lalu tertawa sambil menutup mulutnya dengan punggung tangan, “What the hell is it,” ucapnya tak percaya.

Belum rasa kejutnya hilang, suara pintu ruangan tempatnya berada terbuka, hingga Lexy terlonjak dari posisinya berdiri.

Dad!” pekik Lexy hingga teropong yang ia pegang hampir tergelincir dari tangannya.

Dereck pun ikut terkejut dengan pekikan sang putri. “Oh, I'm sorry, sweety. Apa Dad mengejutkanmu?”

Lexy menghela napasnya agar kembali dari rasa kejutnya. “It's okay, Dad. Hanya sedikit terkejut.”

Dereck mengangguk. Kemudian berjalan ke arah mejanya untuk mengambil sesuatu dari dalam laci yang ternyata sebuah kunci. Lalu beralih ke tiang gantungan dimana sebuah jas tersampir untuk diambil.

Come on, sweety. Dad akan mengantarmu pulang,” ajaknya pada sang anak yang sedang meletakkan teropong yang biasa ia pakai ke tempat semula.

“Oh, okay. Kita dapat pergi sekarang,” jawab Lexy riang lalu mendekat pada sang ayah, dan menggandeng sebelah tangan yang tak tersampir jas itu erat, “Let's go home!”

Dengan sayang, Dereck mengecup puncak kepala anaknya dan tersenyum hangat kepada buah hatinya yang sangat ia cintai itu. 

“Kau terlalu cepat besar, baby girl,” ucap sang ayah, yang tentu saja mendapat racauan dari anak gadisnya.

***

Setibanya di area parkir. Dari jarak yang tidak terlalu jauh, bisa Lexy lihat Daxon dan kakaknya yang ternyata belum meninggalkan pangkalan dan masih berada di pelataran. Kedua kakak- beradik itu tampak sedang berbicara dengan seorang pria berseragam yang juga sangat tak asing di matanya. Sepertinya pria bermata sipit itu pernah bersama Daxon di kelab yang mereka datangi dulu.

Begitu Lexy dan ayahnya tiba di mobil mereka. Ketiga marinir itu tampak memberi hormat pada sang Ayah, yang tentu saja dibalas dengan sebuah anggukan.

Hanya berjarak beberapa meter, letak antara mobil sang Ayah dengan kedua Rainer brother itu. Memudahkan Lexy untuk mencuri pandang ke arah Daxon, yang nyatanya juga memerhatikannya sedari awal. Pria itu sadar akan atensi si pirang itu.

Lexy boleh besar kepala, karena pria tampan yang menurutnya sangat seksi itu juga tertarik padanya. Sama seperti dirinya dari awal bertemu. Lantas kini … rasanya ingin sekali Lexy menghampiri  Daxon. Mungkin mengajak Letnan yang satu itu untuk bersenang-senang di pantai Wakiki akan terdengar menyenangkan.

Namun, seperti menghindar, Daxon membuang mukanya kemudian berbalik membelakangi Lexy. Hal itu cukup membuat seorang Alexia kecewa. Menganggap bahwa Daxon tak menyukainya. Berpikir … mungkin pria itu marah padanya soal sindiran tadi siang.

Sure if he's angry, batin Lexy.

“Masuklah, sweety. Tempat ini sudah tak aman untukmu.”

Dereck membukakan pintu mobil klasiknya untuk sang putri, dan menggiringnya segera untuk masuk.

Tentu ucapan ayahnya tadi membuat tanda tanya besar di kepala Lexy. Apa maksud dari pernyataan tadi?

“Tidak aman?” tanya Lexy begitu duduk di jok penumpang depan dan menghadap sang ayah yang sedang memasang sabuk pengaman.

“Ya,” jawab singkat Dereck, “dan pakai sabuk pengamanmu juga, baby girl. Polisi Hawaii sangat tidak suka dengan pelanggar berkendara.”

Lexy mengikuti ucapan ayahnya; memasang sabuk pengaman dan duduk manis. Kemudian bertanya lagi tentang hal yang mengganjal tadi.

Dad bercanda soal ketidak-amanan tadi. Bagaimana bisa ada yang ingin melukaiku? Apalagi aku adalah anak seorang Laksamana. Yang benar saja.” Lexy tertawa menanggapi kekhawatiran ayahnya.

Menyalakan mesin, Dereck kemudian cepat-cepat mengendarai mobilnya agar segera keluar dari area parkir. Terutama dari pangkalan di mana markas besarnya berada.

Saat melewati ketiga pria berseragam itu, Lexy mengedarkan matanya untuk melihat sosok Daxon. Berharap pria itu juga melihatnya.

Saat mata mereka bertemu, sebuah batas memisahkan pandangan keduanya, yaitu kepala sang Ayah. Kemudian jarak pun mengambil segalanya. Daxon dan Lexy kembali harus terpisah. 

Setelah keluar dari pos penjagaan, barulah Dereck menjawab pertanyaan putrinya. “Dad tidak suka para pria marinir itu memerhatikanmu. Apalagi bila pria itu Daxon. Dari tatapannya saja, Dad bisa tahu bahwa dirinya sangat menginginkan putri kecilku yang berharga. Dad takkan membiarkan serigala liar sepertinya mendekatimu. Never!”

Lexy tercengang mendengar ucapan sang ayah yang terdengar sangat panjang, cemburu dan ada nada protektif di dalamnya. Biasanya sang Ayah sangat tenang dan pendiam. Kini berubah absurd hanya karena seorang pria melirik anak perempuannya. Sungguh lucu sekali.

Kini Lexy tahu mengapa Daxon tadi mengacuhkannya. Itu karena ayahnya. Sepertinya begitu.

Lexy tertawa melihat ayahnya yang ternyata masih lanjut dalam ocehannya menjelek-jelekkan Daxon. Sepertinya diantara mereka berdua ada dendam pribadi.

“Daxon itu pria yang semena-mena dengan aturan, tidak disiplin, juga pemberontak. Suaranya juga sangat mengganggu. Paling rusuh saat di barisan dan kurang ajar seperti tadi pagi. Dad tidak ingin kau bergaul dengannya. Dia mempunyai pengaruh yang buruk. Tidak sepertinya kakaknya, Raven. Pria itu sangat berwibawa, bijaksana juga pintar dan sopan,” terang Dereck pada sang anak

Ayahnya yang berucap, Lexy yang sesak napas mendengarnya. Ternyata ibunya benar soal sang ayah; Dereck Halbert D'Ryan adalah pria dengan penuh kejutan. Terbukti hari ini Lexy menemukan lagi satu sifat ayahnya yang menurutnya sangat lucu.

Cemburu.

“Tapi Daxon sangat lucu, Dad. Dia pria yang humoris,” sanggah Lexy menjahili Ayahnya dengan berbalik membela Daxon.

Spontan Dereck menginjak pedal remnya kuat. “What?!” Menatap horor ke arah putrinya.

“Oh, My God. Dad! Kau hampir mencelakakan kita,” pekik Lexy yang tubuhnya terguncang karena rem dadakan tersebut.

Dereck tersadar dengan apa yang dilakukannya, sangat berbahaya untuk putri semata wayangnya. Ia meminta maaf dan kembali menyetir kembali dalam diam.

Namun, rupanya hanya beberapa menit saja Ayahnya terdiam. Setelahnya memperingati Lexy lagi untuk tidak berdekatan dengan Daxon.

“I'm sorry, baby girl. Dad tak bermaksud membatasi pergaulanmu, tapi kali ini dengarkan Dad agar tak bergaul dengan Rainer yang satu itu. Terserah kau jika ingin mendekati kakaknya tapi tidak adiknya. Please …,” ucap Dereck dengan nada lembut kali ini.

Wajah Lexy berubah sedikit tidak nyaman, kemudian bertanya pada sang Ayah. “Selain alasan-alasan itu tadi, apa yang membuat Dad bersikeras agar aku tak berhubungan dengan Daxon? Aku tahu Dad tak pernah menaruh benci begitu dalam pada seseorang sebelumnya.”

Dereck melirik putrinya sekilas. “Kau yakin ingin tahu mengapa Dad sebenarnya tak mengizinkanmu dekat dengannya?” 

Lexy mengangguk dengan pasti. “Yup! Pasti ada alasan sesungguhnya dibalik itu semua, bukan? Let me know, Dad!”

Dengan terlebih dahulu menghela napas, Dereck menjawab, “Itu karena Daxon adalah playboy.”

Respon berikutnya, Lexy hanya bisa merutuk di dalam hati. Meratapi kepolosan ayahnya yang sangat tidak cocok dengan wajah sangarnya.

Oh, My God, Daddy. Bukankah wajar seorang pria tampan adalah pemain. Bukankah kita hidup di abad ke dua puluh satu? Daddy bahkan tidak tahu kalau putri kecilmu ini nyatanya juga adalah seorang playgirl. Badgirl. Poor you, Dad!

**

Related chapters

  • Sleep with the Admiral's Daughter   Part 4.1 - Ceremonial

    Hawaii, Honolulu - Amerika Serikat | Pearl Harbour, 05.30 PMSuasana tegang dan mencekam tengah dirasakan para pengunjung perayaan hari angkatan laut yang sedang menyaksikan para marinir di medan perang.Bukan … Ini bukan perang sesungguhnya. Ini hanya sebuah opening ceremonial hari angkatan laut untuk memeriahkan acara dan menunjukkan aksi terbaik para tentara terlatih yang selalu melakukan tugasnya dengan benar.Terdiri dari empat kapal yang dipimpin langsung oleh para kapten kapal. Dua diantaranya dipimpin oleh Rainer bersaudara.Beberapa tamu pilihan dapat menumpangi kapal-kapal itu dan bisa secara langsung melihat para pemimpin dan awak kapalnya bekerja seperti kejadian disaat perang. Membuat hati pengunjung berdebar ikut terpacu dan merasa tegang, karena dibuat seperti sedang menghadapi musuh sesungguhnya.Setelah bersitegang dengan gugurnya dua kapal, kini tersisa dua kapal yang masih bertaha

    Last Updated : 2021-04-22
  • Sleep with the Admiral's Daughter   Part 4.2 - First Time

    Suasana bising di sebuah klub yang terdapat di dekat pantai Hawaii terlihat ramai saat hari semakin malam. Bertambahnya pengunjung membuat keadaan semakin sesak dan tak lagi terlihat nyaman bagi Daxon dan Lexy.Hingga keduanya memutuskan untuk berjalan-jalan di dekat bibir pantai menikmati semilir angin yang menerpa kulit mereka. Daxon dengan senang hati memberikan jaket kulitnya untuk dikenakan Lexy, sebagai bentuk kelemah lembutannya.Hanya dalam hitungan jam mereka tampak akrab karena pembicaraan mereka yang selalu sama setiap kali menebak. Membuat Lexy merasa nyaman dan tak berhenti tertawa dengan semua lelucon yang dilontarkan Daxon di sepanjang kebersamaannya.“Ya, dan saat aku mengejek Walter. Wajahnya malah semakin kaku seperti habis melihat medusa,” ujar Daxon terkekeh.Membuat Lexy ikut terkekeh saat mendengar cerita Daxon tentang kebodohannya mengejek Walter.“Aku bisa bayangkan wajah hitamnya yang menegang, saat meliha

    Last Updated : 2021-04-22
  • Sleep with the Admiral's Daughter   Part 5.1 - Home Sweet Home

    Beberapa minggu kemudian ...“Hei Kap, jadi kau ambil cuti liburan natalmu?”Walter, sang anak buah berlari menyapa saat melihat Daxon berjalan keluar dari ruang kantor administrasi pangkalan tempat mereka bertugas. Daxon menyikut perut bawahan yang sudah dianggap sebagai temannya itu karena sebenarnya mereka hampir seumuran dan sangat dekat.“Bagaimana dengan kau? Tidak natal bersama keluarga?” tanya Daxon yang sudah merangkul bahu pria yang kalah tinggi dengannya itu.Walter hanya mengendikkan bahu, menjawab, “Tahun ini giliranku yang standby. Mungkin aku pulang setelah tahun baru.”“Poor you. Itu artinya wanitamu harus menunggu lebih lama, bukan?”“Aku tidak punya kekasih lagi, bila kau ingin tahu.”“Why?”“Dia memutuskanku karena tidak bisa selalu bersamanya.”Daxon menepuk bahu Walter menya

    Last Updated : 2021-04-22
  • Sleep with the Admiral's Daughter   Part 5.2 - Home Sweet Home

    Hari ini adalah hari penting bagi Daxon. Dia sudah siap dengan penampilannya yang bersih dan rapi. Cukup lama ternyata memilih antara kaos dengan kemeja di lemarinya yang hanya itu - itu saja. Akhirnya dia memutuskan untuk memakai kaos putih berlapis blazer hitam pemberian ibunya yang tak pernah dia pakai. Ditambah dengan jeans hitam dan sepatu berwarna putih juga agar terkesan kasual. Tema hari ini adalah black and white. Daxon suka itu.Bila biasanya dia sangat cuek dengan caranya berpakaian. Namun, kali ini tidak. Dia harus terlihat pantas bila bersanding dengan si seksi Lexy saat berjalan nanti. Wajah tampan saja tidak cukup. Dari kepala hingga kaki harus terlihat sempurna, dan jangan lupakan satu hal lagi. Parfum!Ya, benda yang satu itu hampir tak pernah dia pakai

    Last Updated : 2021-04-22
  • Sleep with the Admiral's Daughter   Part 6.1 - Blizzard

    Kendaraan klasik beroda empat milik Daxon masih berjalan setelah hampir dua jam perjalanan mereka habiskan dengan senda gurau saling menceritakan sisi buruk masing-masing, lalu mengejek lawannya. Sebuah gurauan seru jika dalam perjalanan untuk mengusir rasa kantuk saat berkendara.Mereka terlalu merasa nyaman hingga tak lagi merasa malu walau untuk mengatakan dirinya tidur begitu berisik dan mendengkur saat tidur. Daxon mengakui Raven sering menceritakan dan mengejeknya demikian. Begitu juga dengan Lexy yang selalu bernyanyi di dalam kamar mandi, walau ibunya sering protes akan suara sumbangnya.Sudah diceritakan sebelumnya bahwa hubungan keduanya berjalan karena mereka selalu mengutamakan rasa nyaman di atas segalanya. Mereka merasa menjadi diri sendiri adalah rasa nyaman yang tak bisa digantikan dengan materi."

    Last Updated : 2021-04-22
  • Sleep with the Admiral's Daughter   Part 6.2 - Burning

    Daxon dan Lexy membuka pintu kamar penginapan mereka yang didominasi dengan kayu sebagai tema losmen di tempat yang cocok untuk menikmati musim dingin."Well, setelah dengan baik hatinya kau memberikan satu ruangan kosong untuk new family tadi. This is our room ... come in, Nana. Jangan mengeluh mendengar dengkuranku nanti," ujar Daxon bersandar di pintu dan mempersilahkan Lexy untuk masuk."Ya … mengingat masa kecilku tinggal di perancis bersama ibu dan bibiku. Aku rasa tak ada bocah kecil yang tak menyukai perm

    Last Updated : 2021-04-22
  • Sleep with the Admiral's Daughter   Part 6.3 - Macthmaking

    Perjalanan pulang yang tak sehangat perjalanan pergi saat ini tengah terjadi. Pagi yang lebih baik dari semalam setelah badai salju, beruntung pagi tadi tim penyisiran salju di jalan, selesai dilakukan. Mereka kembali ke kota. Sepanjang jalan yang memberikan pemandangan putih itu membuat Lexy sanggup terdiam menatap pohon-pohon pinus yang berubah menjadi putih tertutupi salju. Lexy menyukainya dan Daxon menyukai tatapan kagum Lexy akan alam.Namun, Daxon menangkap sorot dari mata Lexy yang sesekali dilihatnya saat menoleh sekilas. Membuat pria itu memahami ada yang sangat dipikirkan oleh Lexy."Aku tahu kau takut, Nana. But, hei … aku yang harusnya takut." Daxon meraih tangan dingin Lexy dan mengecupnya, "kau layak diperjuangkan, Nana. Kau pantas mendapatkan itu. Dan aku tahu ayahmu tak akan semudah itu mengizinkanku mengencani putrinya. Mengingat sebera

    Last Updated : 2021-04-22
  • Sleep with the Admiral's Daughter   Part 07 - Choose or Love

    Sepulangnya dari rumah Lexy, dengan cepat Daxon memasuki rumah dan buru-buru menuju kamarnya. Dia sedang menghindari kakaknya, Raven. Pintu pun sengaja ia kunci dari dalam. Antisipasi agar saudaranya itu tak asal sembarang masuk dan berakhir dengan dia diinterogasi.Daxon sama sekali belum siap. Ia takut salah ucap atau apapun yang berpotensi rahasianya dan Lexy terbongkar. Jujur saja, Daxon tidak pandai berbohong. Raven pun terlalu pintar untuk menilik itu semua. Kakaknya itu seperti pakar mikro ekspresi yang bisa membaca apapun hanya dengan melihat wajah.Keahlian yang sangat mengerikan menurut Daxon. Dia pikir dulu kakaknya cenayang saat masih bersekolah. Pemikiran bodoh macam apa itu?"Daxie! Kau mengunci pintumu?"Terdengar suara Raven yang mencoba membu

    Last Updated : 2021-04-22

Latest chapter

  • Sleep with the Admiral's Daughter   Extra Part

    Extra part Kehebohan di kediaman D'Ryan di Hawaii membuat suasana tengah malam sangat berisik. Suara gaduh langkah kaki Daxon terdengar seolah sedang terjadi perang dunia kedua. Bagaimana tidak? Daxon seketika terkena serangan panik saat dikabari mertuanya -Elizabeth- untuk segera pulang dari pangkalan agar membawa istrinya ke rumah sakit. Kehamilan Lexy yang sudah genap akan usia kandungan untuknya melahirkan, membuat si ibu mengalami kontraksi cukup kuat saat ini. Tentunya Dereck juga mengalami serangan panik yang sama dengan Daxon. Memaksa untuk ikut dalam perjalanan menuju rumah sakit membuat Daxon menyetir seperti orang gila di tengah gelapnya jalan yang sepi. "Dalmore cepat sedikit! Aku tak mau melahirkan di dalam mobil!" erang Lexy di tengah rintihan rasa mulas di perutnya sambil memegangi perut itu

  • Sleep with the Admiral's Daughter   Epilogue

    Setelah mendapat pujian dari Dereck di depan seluruh timnya. Daxon juga mendapatkan sebuah peringatan mengerikan dari si penguasa lautan Hawaii tersebut. Masih terbayang dalam benaknya saat ini. Dereck yang secara tiba-tiba memberikan pelukan dan tepukan kuat di punggungnya itu, membisikkan sebuah peringatan keras. Bukan sebuah nada perintah. Melainkan ancaman dari seorang ayah yang memintanya untuk melakukan tanggung jawab serius pada putri kecilnya yang ternoda, akibat kelancangan Daxon yang berani menghamili sang putri. “Kuakui kau telah sukses dalam karir marinir, tetapi restuku ... masih belum kau dapatkan!” Seiring dengan pelukan Dereck yang terlepas, seketika itu juga Daxon membeku di tempatnya. Sementara Dereck kembali memasang wajah biasa, terlebih saat seorang bawahan mereka memint

  • Sleep with the Admiral's Daughter   THE END

    _The end_Setelah kepergian Hakuri, Raven kembali mengulang kegiatan melepas borgolnya. Beruntung dirinya sempat menyembunyikan kuncinya tepat sebelum komplotan Hakuri tiba di ruangan tersebut. Kini dengan tergesa Raven mengintai dari celah yang ada di pintu, ia memicingkan matanya untuk melihat dengan jelas keadaan di luar. Keadaan langit kembali menggelap dan tak terlihat ada penjaga di manapun.“Great! Ini kesempatanku, ” ujar Raven.Raven menatap ke sekeliling ruangan yang minim penerangan. Ia mencari benda yang bisa mendongkrak pintu yang terkunci dari luar. Beberapa perkakas ditemukan dalam tumpukan benda tak berguna lainnya. Ia menemukan linggis panjang lalu tersenyum dengan wajah penuh harap.

  • Sleep with the Admiral's Daughter   Part 30.2 - Raven is Saved

    Part 30.2 - Raven is savedMiami, Florida.Raven menggeram kesal untuk kesekian kalinya. Entah sudah berapa lama dirinya di sekap dan selalu disuntikkan obat tidur saat ia memberontak ingin melepaskan diri dari sana.Bangunan gudang yang dikelilingi tumpukan badan truk pengiriman barang itu, tampak asing bagi Raven yang sudah lama berada di perairan Hawaii. Dia tak bisa mendeskripsikan di mana dirinya saat ini, karena hanya itu yang sempat dilihat Raven saat sekali percobaannya melarikan diri berujung kesia-siaan. Kini bukan hanya tangannya yang diborgol dengan rantai, kakinya juga mengalami nasib sama.Namun, para mafia itu tak tahu jika Raven adalah kapten yang begitu akrab dengan rantai kapal. Walau menggunakan benda tersebut, dirinya memiliki banyak cara untuk lepas dari jeratan rantai, a

  • Sleep with the Admiral's Daughter   Part 30.1 - The Real

    "Daxon, tolong aku …" Raven merangkak tak berdaya sambil memegang kaki adiknya. Pria gagah itu berlumur darah hingga pada bagian wajahnya. "Aku tertembak." DORRR! __ Daxon terbangun dari tidurnya ia memegangi dadanya dan meraba seluruh tubuh sambil mengecek kondisinya saat ini. Dengan napas terengah dan butiran bening yang mengucur di pelipisnya, Daxon menatap sekitar. Seluruh pasukan tengah bersiap untuk ke luar dari pesawat. Dengan nyawa yang masih setengah sadar, ia memutar memorinya pada bayangan yang baru saja terjadi dan terasa sangat panjang itu. Apa aku hanya bermimpi? “Hei, Kap. sudah bangun dari mimpimu?” sapa Diego. Menepuk punggung kaptennya yang masih terlihat bingung. “Kau terlihat gusar dan tersenyum di dalam tidurmu, apa kau bermimpi buruk lalu berakhir bahagia?” Kali ini Walter menyahut dengan sedikit ejekan, sambil menurunkan peralatannya. Daxon yang masih merasa aneh, tak

  • Sleep with the Admiral's Daughter   Part 29 | D-Day - Happily Ever After

    Tibalah waktu yang ditunggu. Waktu dimana dua hati akan saling menyatu di hadapan Tuhan. Tepat disaat senja, ketika matahari menenggelamkan dirinya di ufuk barat. Bersamaan dengan bayang bulan sebagai saksi, dan lautan luas ikut melingkupi— sebagai pertanda jika cinta keduanya tak terselam sedalam samudera, serta langit jingga adalah simbol dari kasih tiada tara karena mencakup semesta.Sungguh suatu momen yang akan selalu dikenang keduanya di hari tua kelak. Dimana mereka berharap sampai akhir hayat nanti keduanya akan terus berdampingan, karena mereka percaya; apa yang sudah dipersatukan oleh Tuhan, maka tak boleh dirusak oleh manusia, kecuali maut yang memisahkan dan campur tangan Yang Maha Esa tentunya.Apalagi pernikahan dua insan ini diadakan di sebuah kapal khusus angkatan militer laut. Di dekorasi sedemikian rupa hingga tampak ada perayaan suka cita di atasnya. Terutama di bagian dek paling atas kapal. Sebuah altar di ujung menghadap lautan luas sudah dib

  • Sleep with the Admiral's Daughter   Part 28.2 - Oh, No! We got Caught.

    Daxon menatap pantulan dirinya di depan cermin kamarnya. Merapikan penampilannya sejak setengah jam yang lalu. Mengalami kepanikan berlebih saat dirinya sudah siap dengan setelan jasnya. Ia justru menggantinya dengan yang lain, lalu menggantinya lagi dengan yang sebelumnya.Wajahnya memucat dengan butiran bening sebesar biji jagung bermunculan di sisi pelipis. Daxon sungguh gugup dan tak bisa tenang sebelum acara hari ini terlewati dengan lancar.Di ambang pintu telah berdiri Raven yang menyandarkan tubuhnya santai. Sang kakak bukannya segera membantunya bersiap, tetapi malah mengejeknya hanya dengan tatapan dan senyum menyebalkan yang sialnya malah membuat wajah tampan keturunan Rainer menguar."Berhenti menunjukan seringaian itu, Rav! Kau mirip dengan si kotak kuning di Bikini Bottom. Lebih baik kau bantu aku memilih jas," ujar Daxon menatap sang kakak dari pantulan cermin.Raven terkekeh dan beranjak dari posisinya mendekati Daxon yang sibuk membongkar

  • Sleep with the Admiral's Daughter   Part 28.1 - Caution

    Daxon menyusuri koridor rumah sakit demi mempercepat langkahnya menuju ruangan dimana Raven dirawat. Kabar Raven telah tersadar dari koma, membuatnya bergegas melakukan penerbangan dari Hawaii menuju New York. Dirinya bahkan masih mengenakan seragam kemiliterannya, karena saat kabar tersebut diberitahukan, Letnan muda itu tengah melakukan bimbingan rutin pada para timnya. Segera ia pergi setelah mendapat izin dari sang laksamana, dan kini ia berhasil tiba di sana begitu cepat.Daxon yang baru saja tiba di ruangan tersebut, bergegas berhambur masuk dan berdiri di hadapan Raven. Samar-samar suara Raven terdengar sedang bicara dengan seseorang. Rupanya sudah terdapat Gizelle yang berada di sisi satunya dengan setia menjaga dan menemani Raven selama beberapa hari setelah insiden kedatangan Daxon yang membuat kegaduhan dengan membawa serta pasukannya.Setelah membicarakan segala penjelasan dengan cara baik-baik. Daxon dan Dereck akhirnya memahami Gabriella dan Gizelle, lalu

  • Sleep with the Admiral's Daughter   Part 27.2 - The Blessing

    Bandar Udara Militer, New York. Tepat tengah malam ketika akhirnya pesawat khusus militer yang ditumpangi Daxon dan rombongannya itu mendarat di New York. Masih dalam cuaca yang dingin, mereka satu per satu keluar dan segera bergegas transit ke sebuah helikopter yang sudah siap sedia untuk mengudara mengantarkan ke tujuan selanjutnya. Terkecuali Lexy dan ibunya. Daxon mengantar kekasih dan calon ibu mertuanya itu ke sebuah mini van yang akan membawa mereka kembali ke rumah. Lebih tepatnya ke rumah keluarga Rainer, karena lebih baik mereka semua berkumpul bersama sekarang. Sembari menunggu kabar dari Daxon dan Dereck juga timnya yang akan segera kembali beroperasi dalam pencarian Raven. Setidaknya mereka bisa saling menguatkan dan menjaga satu sama lain. "Dax, berjanjilah kau akan baik-baik saja. Aku akan mendoakan kalian agar berhasil menemukan Raven. Kabari aku secepatnya, okay?" Lexy memeluk erat Daxon di depan pintu mobil yang akan m

DMCA.com Protection Status