"Berhenti, jangan nekad lo!" teriak Igo yang mengejar gadis pembully Ciara ke arah kolam renang sekolah.Namun, bukannya berhenti Jasmine justru melompat ke dalam air sedalam dua meter dan bodohnya dia tak bisa berenang. Sedangkan, Igo yang menduga gadis itu adalah Jasmine enggan menolongnya. Dia mengedarkan pandangan ke sekeliling kolam yang sepi itu untuk mencari bala bantuan.Kebetulan satpam penjaga gerbang lewat di dekat situ. "Pak Tarjo! Tolong ada yang tenggelam!" panggil Igo dari tepi kolam."Waduhh ... kok bisa, Mas?!" sahut Pak Tarjo seraya tergopoh-gopoh berlari mendekati tepi kolam. Mau tak mau dia terjun ke air menyelamatkan murid yang nyaris lemas tenggelam ke dasar kolam tersebut.Igo bersedekap menunggu sambil merogoh tas ranselnya mengambil ponsel untuk mendokumentasikan penyelamatan Jasmine lengkap dengan topeng badut dan wig warna-warni yang terapung di permukaan air kolam. Dia ber
Persidangan vonis gugatan cerai antara Nyonya Wina dan Pak Hartono Sasmita akhirnya diselenggarakan di Pengadilan Negeri Kota Bandung. Wanita itu hanya ditemani pengacara dan Pak Reynold Subrata."Tuh Tante Wina dianterin sama mantan pacarnya yang duda, Mas. Kali dia memang sudah niat nikah lagi setelah vonis cerai!" ujar Cindy dengan suara sengaja dikencangkan.Namun, Nyonya Wina sama sekali tak mempedulikan perkataan Cindy. Dia hanya ingin melepaskan pernikahan toksik yang telah membuang-buang waktunya puluhan tahun percuma.Rupanya Pak Hartono masih memiliki modal untuk memanjakan Cindy, pikir Nyonya Wina. Barang branded berharga selangit menempel di tubuh wanita muda itu. Dia enggan berkomentar dan hanya berjalan lurus memasuki ruang sidang.Pak Reynold Subrata menunggu di luar ruang sidang sama seperti Cindy yang tak diizinkan masuk ke sana. Dia sama halnya sempat menilai penampilan istri muda Pak Hartono. Memang agak janggal karena mantan suami Nyonya Wina itu sudah tak menjabat
Setiap pulang sekolah Alex selalu berangkat ke kantor untuk membantu mamanya yang menjabat sebagai presdir utama di PT. Sasmita Muncul Makmur, Tbk. Sudah beberapa kali dia mempelajari daftar distribusi produk ke klien-klien perusahaan. Ada satu klien yang memesan barang dengan konsisten setiap minggu, tetapi pembayarannya selalu ngaret sampai nota penagihannya bertumpuk. Alex pun merasa hal tersebut janggal. Kenapa tidak ditindak tegas klien yang membandel seperti itu oleh pihak managemen?Maka dia pun berkonsultasi dengan Om Reynold dan mamanya suatu sore. "Om Rey, Ma, ada sebuah perusahaan klien yang melakukan pengambilan rutin dalam jumlah banyak setiap minggunya sudah berbulan-bulan. Namanya PT. Bintang Sejati Makmur. Ini bagian penagihan selalu gagal meminta pembayaran yang tepat waktu. Menggantung hingga lima nota yang nilainya ratusan juta!" tutur Alex sembari menunjukkan data arus barang terjual.Seolah-olah tersadar, Pak Reynold Subrata yang selama beberapa minggu terakhir m
Setelah berpikir serius Alex meminta Pak Topan menghubungi sopir kontainer perusahaan grup Sasmita untuk menyita produk mereka dari gudang PT. Bintang Sejati Makmur. "Jumlah barang yang ada di gudang ini nilainya ratusan juta. Angkut saja dulu agar penagihan nota lebih mudah!" "Baik, Mas Alex. Akan segera kami tindak lanjuti!" jawab Pak Topan lalu menghubungi bagian transportasi produk.Hari semakin siang hingga pukul 11.30 barulah orang yang ditunggu-tunggu tiba di kantor."Selamat siang, Pak Hartono!" sambut Pak Frans yang berdiri dari sofa ruang tamu diikuti anggota tim lainnya.Air muka pria berusia setengah abad itu berubah dari terkejut menjadi keruh. Dia berjalan angkuh menuju ke lift tanpa mengindahkan sapaan mantan anak buahnya."Tunggu, Pak. Kami ingin bicara dengan Anda!" sergah Pak Frans gigih mengejar Pak Hartono ke dalam lift."Kalian ini mengganggu saja!" hardik Pak Hartono enggan menemui rombongan kunjungan mendadak dari Grup Sasmita.Alex dengan berani berkata, "Meng
"Rasanya tenang setelah kang bully dikeluarin dari sekolah ini deh, Go!" Ciara meniupi bakso yang masih panas mengepul di mangkuk."Yoii, syukur Pak Kepsek tegas dan kagak pilih kasih. Itu cewek-cewek yang ngebully elo anak orang kaya juga lho!" sahut Igo yang sedang menyantap beef burger.Genk Auto Drift juga duduk semeja di kantin dengan Igo dan Ciara. Jacky pun berkata, "Sedihnya bentar lagi kita lulus SMA nih, jadi kagak bisa ketemu sering-sering!""Emang lo lanjut kuliah di mana, Jack?" tanya Mike penasaran."Gue lanjut ke LBS, London Business School. Bokap yang rekomendasiin. Penginnya beliau sih, gue ntar lanjutin usaha perhotelan yang sudah ada di Bandung!" jawab Jacky. Dia setuju mengambil kuliah di London Business School karena memang berbeda model edukasinya dari yang lain. Gelar Master bisa ditempuh hanya dalam waktu setahun penuh, sedangkan Bachelor butuh waktu tiga tahun studi."Keren deh pada mau lanjut di luar negeri, mojang Bandung kagak kalah sama anak Jekardah yee!"
"Dad, aku akan datang ke Indonesia. Ini sedang menunggu panggilan boarding di JFK. Jemput aku di bandara ya?" ucap Vincent di telepon.Pak Reynold pun tertawa renyah. "Okay, jadi jadwal perkiraan pesawat mendarat jam berapa, Vin?""Rabu, pukul 08.00 WIB. Sebenarnya apa Daddy punya pacar? Kenapa tak pernah mengunjungi aku lagi ke US?" ujar Vincent menerka-nerka situasi yang dihadapi oleh ayahnya di Indonesia."Ada deh, nanti Dad ceritakan kalau kamu sudah sampai di Jakarta ya. Akan Dad jemput sendiri ke bandara!" jawab Pak Reynold penuh misteri."Ohh ... good. See you there, Dad. Aku naik ke kabin sebentar lagi!" balas Vincent lalu mengakhiri sambungan telepon sebelum menunjukkan tiket ke petugas bandara.Penerbangan dari New York ke Jakarta berlangsung sekitar 24 jam lamanya, belum lagi transit pesawat yang panjang jika ada cuaca buruk. Di Asia sedang musim penghujan, angin kenca
"Dad!" panggil seorang pemuda jangkung berambut cokelat tembaga berpotongan pendek trendy, bermata biru cemerlang. Dia melambaikan tangan kepada Pak Reynold Subrata.Ayahnya merentangkan tangan untuk menyambut dalam pelukan hangat. "Welcome to Jakarta, Vincent. Kuharap penerbanganmu lancar tadi!" ujar Pak Reynold. Matanya berbinar gembira karena sudah setengah tahun mereka tak berjumpa."Hanya sedikit turbulensi dan badai yang membuat delay di Tokyo sih. Yang terpenting aku bisa mendarat di Jakarta dengan selamat. Btw, di mana pacar Daddy?" sahut Vincent sembari celingukan mencari someone special ayahnya."Mama Wina ada di Bandung, dia tidak ikut karena Dad sudah berangkat ke Jakarta sejak kemarin pagi!" jawab Pak Reynold tanpa sadar karena terbiasa mengobrol dengan Alex di kantor bersama Nyonya Wina.Alis tebal berwarna cokelat itu terangkat dengan seringai lebar di wajah Vincent. "Jadi namanya Mama Wina ya?" "Ehh, maksudku Auntie Wina atau Tante Wina!" Pak Reynold buru-buru mengore
"Lex, apa Ciara dan Igo sudah menikah lama?" selidik Vincent yang masih penasaran dengan calon adik tirinya itu.Tanpa curiga, Alex seperti biasa bocor keliling. Dia menceritakan kisah awal mula dua sejoli itu bagaikan Tom and Jerry sampai mereka dijodohkan oleh Kakek Gito. Igo dan Ciara menikah dadakan di rumah sakit lalu menjalani hidup bersama layaknya sepasang suami istri pada normalnya.Vincent mengangguk-angguk tanda paham. "Artinya mereka menikah bukan karena suka sama suka, Lex?" tanya pemuda blasteran itu."Eitss ... jangan salah, mereka sekarang tak terpisahkan karena saling cinta. Jangan coba memperebutkan Ciara, Vin. Masih banyak gadis cantik di Bandung!" sergah Alex agar calon kakak tirinya tidak berusaha mengejar Ciara. Pasalnya, tampang Vincent yang perpaduan genetik Om Reynold dan ibunya yang bule asli sungguh meluluhkan hati kaum Hawa.Helaan napas meluncur pelan dari mulut Vincent sebelum dia terdiam sepanjang sisa perjalanan ke kantor grup Sasmita.Ketika Alex dan V
"Raymond, kamu di mana, Nak?!" seru Nyonya Wina memanggil putra bungsunya yang berusia tujuh tahun itu karena mereka sekeluarga akan berangkat bersama-sama ke New York pagi ini.Suara derap kaki yang berat dibalut sepatu boots menuruni tangga kayu dari lantai dua kediaman Subrata. "I'm coming, Mom!" jawab Raymond dengan napas terengah-engah.Pak Reynold yang sedang membaca pesan di ponselnya dari Vincent segera bangkit dari sofa ruang tengah. "Yuk kita berangkat sekarang biar nggak ketinggalan pesawat!" ajak pria berusia lebih dari setengah abad tersebut.Cleopatra yang telah beranjak remaja berjalan merangkul bahu adik kandung seayahnya menuju ke mobil. "Wow, aku tak sabar untuk bertemu Cedric dan Beryl!" ujar gadis itu seraya naik ke bangku belakang mobil Alphard putih bersama Raymond.Sementara itu di Amerika, Ciara dan Igo sekeluarga yang kini beranggotakan ayah ibu dengan sepasang putra putri tersebut sudah tiba di Bandara John F. Kennedy. Mereka memenuhi ajakan Vincent untuk men
"Congrats ya, Lindsey. Gue kagak nyangka lo bakal jadi kakak ipar gue lho. Sabar-sabar sama abang gue yang super rese dan kadang kurang sensitif sama cewek!" ujar Ciara heboh di telepon saluran internasional.Lindsey tertawa cekikikan menanggapi perkataan sobat kentalnya itu. "Udah kena wamil gue tiga tahun pacaran sama abang lo tuh. Mami papi minta nunggu gue wisuda S1 baru kami dibolehin nikah. Penginnya pas merid tuh di undangan sama-sama ada tittle sarjananya di belakang nama kami masing-masing. Bang Alex keren bisa lulus kuliah daring di luar negeri. Gue bangga punya calon suami yang berpendidikan tinggi dan mapan secara finansial di usianya yang masih muda!" puji gadis manis berlesung pipit itu."Kalian serasi dan saling dukung. Salut gue sama lo, Lind! Oya, gue hampir lupa mau say thank you ... gue denger dari Bang Alex, lo yang selama ini nemenin Papa Tono berobat rutin ke rumah sakit sampai sembuh. Asli, gue utang budi banyak sama elo. Malahan gue yang anaknya kagak bisa nger
Sekitar pukul 06.00 waktu Boston, Ciara mengerang sekuat tenaga dipandu oleh dokter Obsgyn yang bertugas membantu proses persalinannya. "Oeeekk!" Suara nyaring bayi berjenis kelamin laki-laki itu membuat Mama Wina dan Papa Reynold bersama Cleo di lorong depan ruang persalinan terkejut bercampur senang. "Udah lahiran kayaknya si Cia, Mas! Syukur kalau lancar prosesnya," ujar Mama Wina dengan binar bahagia di wajahnya. Cucu pertamanya yang made in Boston itu begitu berkesan karena dia jaga kehamilannya selama sembilan bulan.Dari arah lift nampak Vincent yang berjalan dalam langkah cepat menghampiri orang tuanya. "Gimana Ciara, Ma, Dad?" tanyanya cemas."Baru saja melahirkan tuh. Nah, susternya mau bersihin Baby Cedric sebelum disusui sama Cia!" jawab Mama Wina penuh senyuman. Anak sambungnya itu memang sangat perhatian kepada Ciara seperti adik kandung sendiri.Vincent menunggu semua proses pasca persalinan selesai sampai diizinkan masuk menengok Ciara ke dalam kamar. Dia melihat Igo
Dari bulan ke bulan kehamilan Ciara semakin menampakkan bentukan perut buncitnya. Dia masih rajin kuliah karena memang pendidikannya dibiayai beasiswa dari kampus. Presensi dalam setiap mata kuliah sangatlah penting untuk penilaian tanggung jawab mahasiswa. Sementara itu Igo sudah memasuki semester akhir di kuliahnya, sibuk menyusun skripsi. Jadwal sidang skripsinya ditentukan minggu ini. Dia tetap menjaga dan mengurusi istrinya yang sedang hamil besar. Seperti sore ini pasangan muda tersebut berjalan-jalan di taman kota yang nampak indah karena sedang musim semi. Tangan Igo menggenggam telapak tangan mungil berjemari lentik itu sembari berjalan menyusuri jalan setapak di antara tanaman bunga serta pepohonan yang daunnya menghijau."Sudah empat musim lengkap gue berada di Boston, Cayank. Rasanya kangen juga sama Bandung. Kenangan kita di hutan anggrek Cikole, perkebunan teh, pemandian air panas, dan juga glamping yang terakhir tuh berkesan banget!" ujar Ciara seraya menoleh menatap
Selama kuliah di kampusnya, Ciara tidak begitu berkonsentrasi dengan pemaparan dosennya. Hasil USG kehamilannya positif. Dia akan menjadi mama di usia 20 tahun. Muda sekali!Ciara takut dia akan mengalami baby blues syndrome dan menjadi tantrum. Kecemasannya yaitu kehamilan serta hadirnya bayi akan mengganggu kuliahnya dan juga kuliah Igo.Sebuah pesan masuk ke HP Ciara. Ternyata Igo sudah memberi kabar bahagia itu ke Mama Wina. "Cia, kamu jaga kehamilan pertama ini dengan hati-hati. Mama dan Papa Rey akan terbang ke Boston besok pagi waktu Indonesia. Sepertinya kami akan menetap di Amerika sampai kamu melahirkan dan bayi kalian bisa makan bubur selain ASI.""Sepertinya Cia memang butuh bantuan Mama. Cia kuatir kehamilan ini akan ngeganggu kuliahku dan Igo juga. Lalu Papa Rey apa bisa meninggalkan pekerjaannya di Indonesia, Ma? Cia nggak pengin ngerepotin semua orang!" ketik Ciara membalas pesan mamanya."Nanti Papa Rey yang bakalan bolak-balik US-Indonesia. Kasihan Bang Alex juga kal
Seperti yang dikatakan Igo, barang-barangnya di asrama mahasiswa hanya dua koper besar saja. Tak butuh waktu lama untuk memindahkan itu semua ke apartemen yang akan dihuni oleh mereka berdua.Siang harinya Ciara memasak bahan yang ada di kulkas dapur. Vincent menyediakan beras juga di tempat penyimpanan bahan memasak di sana. Adiknya tak perlu kebingungan membeli bahan memasak untuk sementara.Ciara memang dibawakan bumbu-bumbu rempah instan oleh Mama Wina yang pastinya praktis. Dia memasak rendang daging sapi dan perkedel kentang dengan nasi putih sebagai menu makan siang.Igo yang sudah selesai membongkar koper menemani Ciara memasak di meja dapur sambil mengobrol. Dia penasaran juga seperti apa hasil masakan istri kecilnya yang nampak percaya diri. "Jadwal kuliah kita mungkin sama saat memulai tahun ajaran baru perkuliahan, Cia. Ada baiknya besok kalo lo ke kampus nanya ke senior yang baik butuh apa aja untuk mahasiswa tingkat pertama. Arsitektur pastinya butuh alat menggambar 'ka
"Cleo, Kakak Cia mau pergi sekolah jauh. Jangan lupain Kakak ya!" Ciara menggendong adik bungsunya yang baru berusia satu tahunan. Matanya berkaca-kaca karena harus meninggalkan bayi lucu yang selama ini menemaninya menjalani LDR dengan Igo.Seolah dia tahu ada sesuatu yang menyedihkan yang membuat mata Ciara berkaca-kaca, Baby Cleo menangis kencang di gendongan kakaknya."Yaelah, Cia. Kok adek lo malah dibikin nangis sih!" omel Igo yang segera mengambil alih adik ipar kecilnya itu. Dia mengajak Baby Cleo berjalan-jalan di taman belakang rumah kediaman Subrata. "Tungguin gue dong, Cayank. Bukan maksud gue mau bikin Cleo nangis. Kali dia tahu gue lagi sedih aja!" kelit Ciara. Aroma tanaman bunga melati yang menenangkan menguar di udara. Sedikit membuat hati Ciara lebih tenang.Igo pun mengerti dengan apa yang dirasakan oleh istrinya. Meninggalkan keluarga untuk menuntut ilmu di luar negeri memang tak mudah. Dia sudah mengalami itu sebelumnya. Hari-hari kangen masakan Indonesia terutam
Kenaikan kelas ke tingkat terakhir jenjang SMA telah berhasil dilalui Ciara. Dia membuktikan kepada Igo bahwa dirinya pun cerdas dan bisa berprestasi. Memang pada akhirnya keaktifannya di tim basket sekolah harus dilepas. Ciara lebih memilih main basket biasa bersama teman-temannya saja dibanding menjadi kapten tim basket yang dituntut fokus berlatih di lapangan setiap hari.Igo pun mendukung pilihan Ciara, dia yang menyarankan agar istri kecilnya memilih prioritas untuk mengejar cita-citanya menjadi arsitek. Beberapa brosur elektronik dari perguruan tinggi di kota Cambridge, Massacussets yang mempunyai fakultas arsitektur dikirimkan Igo melalui email.Beberapa kampus yang memberikan beasiswa program sarjana dikirimi lamaran oleh Ciara. Hari-harinya sibuk dengan persiapan ujian kelulusan dan memantau aplikasi lamaran beasiswanya ke beberapa kampus yang sekota dengan Igo.Pak Reynold pun mendukung usaha Ciara. Bahkan, dia mengatakan akan membiayai kuliah putri sambungnya ke Amerika sea
"Permisi, Pak Satpam. Saya mau ketemu Mas Hartono!" ujar Cindy yang membawa bungkusan plastik berisi buah segar di depan pintu gerbang."Ohh ... kamu lagi rupanya. Maaf, pesan dari Bapak langsung. Kata beliau kalo lihat Cindy langsung usir, jangan kasih masuk dengan alasan apa pun!" jawab satpam kediaman Sasmita tanpa berkompromi.Wajah Cindy nampak kecewa berat. Pasalnya, dia ingin mencari simpati dari Pak Hartono lagi setelah sempat berselingkuh dengan Devan dan diusir dari rumah megah itu tempo hari. Namun, tanpa barang-barang mewah yang mendukung penampilannya, jelas saja Devan curiga. Zaman sekarang mencari pria yang tulus sulit sekali, kebanyakan hanya modus dan sebagian lainnya melihat apa yang dimiliki sehingga membuat tertarik."Nitip buah apel dan jeruk ini saja deh buat Mas Hartono, Pak. Bilang kalau Cindy yang kirim sendiri!" pesan perempuan itu pada akhirnya sebelum berjalan kaki meninggalkan depan pintu gerbang yang tertutup rapat.Penyesalan mulai muncul di belakang set