Setiap pulang sekolah Alex selalu berangkat ke kantor untuk membantu mamanya yang menjabat sebagai presdir utama di PT. Sasmita Muncul Makmur, Tbk. Sudah beberapa kali dia mempelajari daftar distribusi produk ke klien-klien perusahaan. Ada satu klien yang memesan barang dengan konsisten setiap minggu, tetapi pembayarannya selalu ngaret sampai nota penagihannya bertumpuk. Alex pun merasa hal tersebut janggal. Kenapa tidak ditindak tegas klien yang membandel seperti itu oleh pihak managemen?Maka dia pun berkonsultasi dengan Om Reynold dan mamanya suatu sore. "Om Rey, Ma, ada sebuah perusahaan klien yang melakukan pengambilan rutin dalam jumlah banyak setiap minggunya sudah berbulan-bulan. Namanya PT. Bintang Sejati Makmur. Ini bagian penagihan selalu gagal meminta pembayaran yang tepat waktu. Menggantung hingga lima nota yang nilainya ratusan juta!" tutur Alex sembari menunjukkan data arus barang terjual.Seolah-olah tersadar, Pak Reynold Subrata yang selama beberapa minggu terakhir m
Setelah berpikir serius Alex meminta Pak Topan menghubungi sopir kontainer perusahaan grup Sasmita untuk menyita produk mereka dari gudang PT. Bintang Sejati Makmur. "Jumlah barang yang ada di gudang ini nilainya ratusan juta. Angkut saja dulu agar penagihan nota lebih mudah!" "Baik, Mas Alex. Akan segera kami tindak lanjuti!" jawab Pak Topan lalu menghubungi bagian transportasi produk.Hari semakin siang hingga pukul 11.30 barulah orang yang ditunggu-tunggu tiba di kantor."Selamat siang, Pak Hartono!" sambut Pak Frans yang berdiri dari sofa ruang tamu diikuti anggota tim lainnya.Air muka pria berusia setengah abad itu berubah dari terkejut menjadi keruh. Dia berjalan angkuh menuju ke lift tanpa mengindahkan sapaan mantan anak buahnya."Tunggu, Pak. Kami ingin bicara dengan Anda!" sergah Pak Frans gigih mengejar Pak Hartono ke dalam lift."Kalian ini mengganggu saja!" hardik Pak Hartono enggan menemui rombongan kunjungan mendadak dari Grup Sasmita.Alex dengan berani berkata, "Meng
"Rasanya tenang setelah kang bully dikeluarin dari sekolah ini deh, Go!" Ciara meniupi bakso yang masih panas mengepul di mangkuk."Yoii, syukur Pak Kepsek tegas dan kagak pilih kasih. Itu cewek-cewek yang ngebully elo anak orang kaya juga lho!" sahut Igo yang sedang menyantap beef burger.Genk Auto Drift juga duduk semeja di kantin dengan Igo dan Ciara. Jacky pun berkata, "Sedihnya bentar lagi kita lulus SMA nih, jadi kagak bisa ketemu sering-sering!""Emang lo lanjut kuliah di mana, Jack?" tanya Mike penasaran."Gue lanjut ke LBS, London Business School. Bokap yang rekomendasiin. Penginnya beliau sih, gue ntar lanjutin usaha perhotelan yang sudah ada di Bandung!" jawab Jacky. Dia setuju mengambil kuliah di London Business School karena memang berbeda model edukasinya dari yang lain. Gelar Master bisa ditempuh hanya dalam waktu setahun penuh, sedangkan Bachelor butuh waktu tiga tahun studi."Keren deh pada mau lanjut di luar negeri, mojang Bandung kagak kalah sama anak Jekardah yee!"
"Dad, aku akan datang ke Indonesia. Ini sedang menunggu panggilan boarding di JFK. Jemput aku di bandara ya?" ucap Vincent di telepon.Pak Reynold pun tertawa renyah. "Okay, jadi jadwal perkiraan pesawat mendarat jam berapa, Vin?""Rabu, pukul 08.00 WIB. Sebenarnya apa Daddy punya pacar? Kenapa tak pernah mengunjungi aku lagi ke US?" ujar Vincent menerka-nerka situasi yang dihadapi oleh ayahnya di Indonesia."Ada deh, nanti Dad ceritakan kalau kamu sudah sampai di Jakarta ya. Akan Dad jemput sendiri ke bandara!" jawab Pak Reynold penuh misteri."Ohh ... good. See you there, Dad. Aku naik ke kabin sebentar lagi!" balas Vincent lalu mengakhiri sambungan telepon sebelum menunjukkan tiket ke petugas bandara.Penerbangan dari New York ke Jakarta berlangsung sekitar 24 jam lamanya, belum lagi transit pesawat yang panjang jika ada cuaca buruk. Di Asia sedang musim penghujan, angin kenca
"Dad!" panggil seorang pemuda jangkung berambut cokelat tembaga berpotongan pendek trendy, bermata biru cemerlang. Dia melambaikan tangan kepada Pak Reynold Subrata.Ayahnya merentangkan tangan untuk menyambut dalam pelukan hangat. "Welcome to Jakarta, Vincent. Kuharap penerbanganmu lancar tadi!" ujar Pak Reynold. Matanya berbinar gembira karena sudah setengah tahun mereka tak berjumpa."Hanya sedikit turbulensi dan badai yang membuat delay di Tokyo sih. Yang terpenting aku bisa mendarat di Jakarta dengan selamat. Btw, di mana pacar Daddy?" sahut Vincent sembari celingukan mencari someone special ayahnya."Mama Wina ada di Bandung, dia tidak ikut karena Dad sudah berangkat ke Jakarta sejak kemarin pagi!" jawab Pak Reynold tanpa sadar karena terbiasa mengobrol dengan Alex di kantor bersama Nyonya Wina.Alis tebal berwarna cokelat itu terangkat dengan seringai lebar di wajah Vincent. "Jadi namanya Mama Wina ya?" "Ehh, maksudku Auntie Wina atau Tante Wina!" Pak Reynold buru-buru mengore
"Lex, apa Ciara dan Igo sudah menikah lama?" selidik Vincent yang masih penasaran dengan calon adik tirinya itu.Tanpa curiga, Alex seperti biasa bocor keliling. Dia menceritakan kisah awal mula dua sejoli itu bagaikan Tom and Jerry sampai mereka dijodohkan oleh Kakek Gito. Igo dan Ciara menikah dadakan di rumah sakit lalu menjalani hidup bersama layaknya sepasang suami istri pada normalnya.Vincent mengangguk-angguk tanda paham. "Artinya mereka menikah bukan karena suka sama suka, Lex?" tanya pemuda blasteran itu."Eitss ... jangan salah, mereka sekarang tak terpisahkan karena saling cinta. Jangan coba memperebutkan Ciara, Vin. Masih banyak gadis cantik di Bandung!" sergah Alex agar calon kakak tirinya tidak berusaha mengejar Ciara. Pasalnya, tampang Vincent yang perpaduan genetik Om Reynold dan ibunya yang bule asli sungguh meluluhkan hati kaum Hawa.Helaan napas meluncur pelan dari mulut Vincent sebelum dia terdiam sepanjang sisa perjalanan ke kantor grup Sasmita.Ketika Alex dan V
Saat-saat mendebarkan yang telah dinantikan oleh semua murid di jenjang kelas 12 tiba di hari Senin ini. Kelas menjadi hening usai soal ujian kelulusan dibagikan oleh petugas pengawas ujian.Igo merasa penuh semangat mengerjakan nomor demi nomor soal yang ada di setiap lembaran ujian. Dia sangat siap karena memang latihan dari prediksi materi ujian yang diberikan guru selama berbulan-bulan banyak yang sama tipenya dengan yang harus dikerjakannya sekarang.Cukup satu jam dari total 90 menit waktu yang diberikan untuk mengerjakan soal dan Igo sudah selesai. Dia memeriksa pekerjaannya dua kali hingga yakin semuanya benar lalu bangkit dari kursinya untuk menyerahkan lembar soal dan jawaban ke meja petugas pengawas ujian.Teman-teman sekelasnya iri karena soal ujian yang tersulit seperti hitungan rumit Matematika tak ada apa-apanya bagi Igo. Sementara mereka berpikir sampai otak keriting dan belum mampu menuntaskan semua soal."Ayo fokus dengan pekerjaan kalian masing-masing. Harap tenang,
Setelah ujian kelulusan yang diikuti murid kelas 12, dua minggu berikutnya adik-adik kelas mereka menempuh ujian kenaikan kelas. Ciara ditemani belajar oleh Igo setiap sore hingga malam. "Go, kalau nanti lo sudah di Amrik lantas gue belajar sama siapa dong?" tanya Ciara sedih."Harus bisa belajar sendiri, Cia. Tapi kalau sudah mentok, tanya aja ke gue via chat. Ntar lo foto soalnya biar gue bantu terangin!" jawab Igo santai. "Cayank, ngantuk nih. Bobo aja yuk, dilanjut besok pagi aja belajarnya!" rengek Ciara sambil menguap. Jam dinding telah menunjukkan pukul 23.10."Iya, sudah larut malam. Lo bobo gih, gue pengin cari angin bentar di balkon!" Igo pun beranjak dari tempat tidur menuju ke teras lantai dua depan kamarnya.Udara malam sejuk dengan angin sepoi-sepoi bertiup perlahan. Di langit gelap, bintang berkerlip-kerlip menemani bulan sabit yang menggantung sendirian.Igo berdiri di balik teralis balkon. Dia memikirkan waktu yang mengalir deras bagaikan aliran air sungai ke muara.
"Mbok, jangan halangi saya pergi!" teriak Cindy sembari berusaha mendorong tubuh renta Mbok Parni yang menghalanginya membawa koper besar dan beberapa tas jinjing."Tuan Besar sudah pesan tadi, Bu Cindy tolong ya jangan bawa barang apa pun kalau memang ngeyel pergi malam ini!" sergah Mbok Parni. Cindy tetap nekad dan dia mendorong Mbak Parni hingga terjatuh ke lantai yang keras. Sayangnya tepat pada waktu itu Pak Hartono memasuki ruang tengah."Tuan Besar!" panggil Mbok Parni sambil mengusap-usap bokong kurusnya yang memar terbentur lantai. "Iya. Serahkan saja ke saya. Panggilkan satpam di depan ya, Mbok!" titah Pak Hartono. Tatapan matanya mengunci sosok Cindy. Dia menghampiri wanita jahat dan matre itu lalu menampar keras wajahnya hingga Cindy tertoleh ke samping."Mas!" seru Cindy memegangi pipinya yang panas dan memerah karena cap lima jari tangan.Pak Hartono berteriak menggelegar, "DASAR PELACUR MURAHAN!!" Iphone seri terbaru di tangan Cindy dirampas lalu dibanting hingga peca
"Welcome to our campus!" ujar teman sekamar Igo di asrama mahasiswa MIT. Pemuda asal Jepang itu mendapat beasiswa penuh sama seperti Igo yang kebetulan satu jurusan juga. Dia mengulurkan jabat tangannya ke Igo, "Kenalkan, namaku Hideo Takajima. Baru sampai di sini dua hari lalu!""Aku Rodrigo Gunadarma Sutedja. Asalku dari Indonesia. Mungkin kamu akan lebih mudah mengingat nama panggilanku. Igo, itu saja!" balas Igo ramah. Hideo akan menjadi teman sekamarnya untuk waktu yang entah berapa lama."Nice, aku suka nama yang singkat. Mudah diingat dan wajahmu seperti bintang film, Bro. Keren sekali!" puji Hideo sembari duduk di lantai kamar beralas karpet. Kemudian Igo membongkar kopernya yang berisi pakaian, barang-barang pribadi, dan makanan kering yang sengaja ditaruh oleh Mama Tami ke dalam bawaannya. Dia pun mulai mengirim telepati dengan penuh konsentrasi ke Ciara, berharap jarak yang luar biasa jauh tak menghilangkan kemampuan istimewa itu.'Beib, hai ... apa lo denger suara gue? In
Seusai resmi menjadi suami Nyonya Wina, pengusaha tajir melintir itu membawa anak dan istrinya tinggal bersama di rumah megah bak istana yang ada di tengah kota Bandung. Memang sebelum Igo berangkat ke Massacussets, Amerika, Ciara tetap tinggal di kediaman Sutedja. Namun, nanti setelah suaminya berangkat kuliah ke luar negeri, Ciara akan tinggal bersama keluarga barunya.Hari demi hari yang dilewati selama sebulan itu bergulir begitu cepat sehingga tanggal keberangkatan Igo tersisa di besok sore penerbangannya."Cayank, gue nggak rela rasanya elo pergi besok!" ucap Ciara di balkon kamar mereka di lantai dua malam itu. Angin malam yang berhembus membuat hati terasa membeku. Ciara bergidik sedikit, Igo segera mengambil jaket untuk menghangatkan istrinya. "Lo jaga kesehatan selama kita LDR. Jangan ilang kontak sama Gabe dan Renata kalo lo lagi di luar rumah!" pesan Igo.Kepala Ciara terangguk pelan. Air mata merembes melalui sudut matanya. Igo makin berat saja meninggalkan si cantik imu
"Pengantinnya sudah boleh turun ya, tamu-tamu sudah memadati meja pesta!" kata Bu Ursula kepada Ciara melalui HT."Okay, copy! Kami akan langsung turun dengan pengantin, Bu Ur!" sahut Ciara lalu memberi kode ke Mama Wina dan Papa Reynold bahwa sudah saatnya acara dimulai di venue party.Pasangan yang tak lagi muda itu nampak berbinar-binar wajahnya. Sedikit unik karena bridesmaid semuanya ibu-ibu berbadan subur dengan beberapa anak sudah remaja."Mbak Wina, kamu cantik sekali lho ngalah-ngalahin yang dua puluhan!" puji Tante Anjali dengan nadanya yang selalu khas rumpi."Kakak pertama kita 'kan memang awet muda sih, Anjali!" sahut Tante Merry yang membantu mengangkat ekor gaun putih panjang Mama Wina.Dalam lift Pak Reynold yang dikerubuti kaum ibu-ibu hanya bisa memasang senyum tipis. Istrinya meliriknya gemas lebih dikarenakan dia santai dan tidak jelalatan matanya. Tangan halus yang terasa sejuk itu berada di genggaman telapak tangan lebar Pak Reynold saat lift berbunyi tanda samp
Kabar bahwa Mama Wina dan Pak Reynold telah sepakat menikah membuat anak-anak mereka turut bergembira. Bahkan, Vincent mendesak agar perayaan pernikahan segera diselenggarakan. Dia berencana mengajak Grandpa Damon Hawkins terbang ke Indonesia untuk menghadiri acara spesial sekali seumur hidup ayah kandungnya tersebut.Masih dalam suasana libur kenaikan kelas serta kelulusan, Ciara dan Alex serta Igo membantu persiapan pesta dengan memilih menu katering, dekorasi bunga, dan entertainment. Rencananya memang lokasi pesta resepsi di taman belakang Hotel Wonderful Paris Van Java sesuai permintaan Mama Wina agar budget tak berlebihan. Namun, tetap representatif untuk menjamu tamu kolega calon suaminya yang notabene pengusaha sukses."Bu Ursula, kami sudah putuskan warna kain dekorasi nuansa putih, kuning, dan jingga. Maknanya sekalipun usia mulai senja, tetapi masih bersinar indah!" tutur Ciara usai berdiskusi dengan kakaknya dan Igo.Pimpinan Wedding Organizer (WO) yang bernama Bu Ursula i
"Halo, Wina. Gimana kalau kamu jalan-jalan denganku saja karena anak-anak asik proom night di sekolah sampai larut malam 'kan?" ajak Pak Reynold melalui telepon HP."Halo, Mas Rey. Iya, nggakpapa. Mau berangkat jam berapa nih?" sahut Nyonya Wina santai. Dia melirik jam dinding di kamar hotel sudah menunjukkan pukul 19.30 WIB."Aku naik sekarang jemput kamu di sana, oke?" balas Pak Reynold lalu mengakhiri telepon ketika menerima jawaban positif dari teman kencannya malam ini. Pria matang berparas rupawan itu segera naik lift menjemput Nyonya Wina.Bunyi bel dua kali membuat wanita yang telah siap bepergian dengan penampilan anggun simple seperti gaya biasanya. Dia membuka pintu kamar hotel dan sempat merasakan jantungnya seolah terhenti sejenak ketika melihat pria di hadapan matanya."Ehh ... apa tempat yang akan kita datangi harus mengenakan pakaian resmi, Mas?" tanya Nyonya Wina melihat Pak Reynold Subrata dalam setelan tuxedo silver grey dengan dasi merah maroon."Kamu mengenakan ba
"Oke, Guys. Di malam yang penuh kenangan ini, kita akan menyaksikan beberapa penampilan istimewa dari kakak-kakak senior idola SMA Teruna Negeri. Tanpa membuang waktu lagi, kita panggil Kak Igo, Kak Alex, Kak Jacky, Kak Kevin, dan Kak Mike ke atas panggung!" Sabrina Elvira, anak kelas 11-B yang dipercaya menjadi MC proom night memanggil genk Auto Drift."Show time, Genks!" ucap Igo penuh percaya diri memimpin rekan-rekannya naik ke pentas.Jeritan histeris siswi-siswi SMA Teruna Negeri dan siulan para adik kelas membuat para jajaka Bandung itu makin bersemangat membagikan penampilan terakhir mereka sebagai bagian SMA Teruna Negeri.Igo memberikan kehormatan kepada Alex untuk memberikan sepatah dua patah kata sambutan atas penampilan pamungkas mereka berlima. Dia siap duduk di kursi dengan gitar listrik akustik dan stand by mikrofon. Alex pastinya dengan biola pribadi yang dia bawa sendiri. Jacky duduk di atas kotak perkusi siap menabuh sesuai irama lagu. Sedangkan, Mike bermain bass g
"TOK TOK TOK." Igo mengetok pintu kamar mamanya dengan tak sabar. Pasalnya, pendamping proom night pemuda itu sedang disandera oleh Mama Tami untuk dimake-over wajah dan rambutnya."Mama, lama amat sih di dalem!" seru Igo senewen. Dia merasa Ciara sudah cantik tanpa perlu didandani heboh.Sementara itu Mama Tami dan Ciara terkikik kompak di depan cermin rias mendengar suara Igo di luar. "Tuh suami kamu, Cia. Baru ditinggal kamu satu jam udah heboh si Igo. Hihihi!" ujar Mama Tami."Nggakpapa, Ma. Nanti juga semalaman berdua melulu. Apa dandannya sudah kelar?" jawab Ciara sambil tersenyum memandangi pantulan bayangan di cermin rias mama mertuanya."Sudah kok. Cantik banget, Igo beruntung mendapat pasangan proom night yang secantik bidadari. Teman-temannya pasti iri!" puji Mama Tami lalu membantu Ciara bangkit dari kursi rias. Dia pun bertanya "Korsasenya belum dibagiin ya sama panitia acara?" "Belum, Ma. Di depan aula sih kata anak OSIS yang ikut panitia proom night!" jawab Ciara sebel
Masih dengan gaun tidur tipisnya Cindy menuruni tangga lantai dua ke bawah. Hari sudah menunjukkan pukul 10.00, matahari sudah tinggi di luar sana. Dia belum juga mandi maupun melakukan aktivitas yang berarti.Pak Hartono yang sedang duduk membaca koran di sofa ruang tengah ditemani secangkir kopi hitam mendengar langkah-langkah wanita itu. Dia pun menutup lembaran koran lalu menyapa wanita kesayangannya, "Pagi, Cindy! Baru bangun ya?""Hoamph ... iya masih ngantuk. Kan dinas semalaman, Mas!" jawab Cindy. Memang tadi malam dia terpaksa melayani Pak Hartono yang menagih jatah untuk diservis."Hohoho. Iya, yang semalam enak deh. Mas demen banget!" sahut pria botak berkumis subur itu menyunggingkan senyuman mesum."Laper nih, Mas. Mbok Parni apa sudah masak sarapan?" Cindy yang duduk manja menyandar di badan Pak Hartono celingukan mencari pelayan tua suaminya itu.Pak Hartono pun me