Ketika Naomi kembali pulang dan sampai rumah, ternyata Axel juga sudah pulang dan menunggunya di depan rumah. Axel berdiri bersedekap, memperhatikan Naomi yang keluar dari mobil dengan wajah merenggut terlihat sedih. Axel berdecih melihat seberapa suramnya wajah Naomi karena pulang lebih cepat. “Lihatlah wajahmu, kau jangan terlalu terang-terangan menunjukan wajah galau karena tidak bisa berlama-lama bermesraan dengan temanmu,” kritik Axel dengan sinis. Naomi langsung bersedekap di hadapan Axel. “Sebaiknya kau bersihkan isi kepalamu Axel, kau selalu berpikir negatif pada orang lain,” jawab Naomi sebelum kembali berjalan melewati Axel. “Kau mau ke mana?” Langkah Naomi kembali terhenti, gadis itu membalikan badannya dan menatap Axel. “Memangnya kenapa?” “Kau harus berlatih berjalan lagi, aku tidak ingin di konperensi pers nanti kau memakai kruk untuk berjalan.” “Aku akan melakukannya!” teriak Naomi kesal, gadis itu kembali berjalan dan pergi masuk lebih dulu. *** Di bawah pohon
“Berhentilah mengancamku, aku kan sudah sangat berusaha,” rengek Naomi memukul dada Axel. “Kau harus lebih dari berusaha Naomi,” peringat Axel. “Aku sudah berusaha,” jawab Naomi pelan, tanpa sadar Naomi meraih dasi Axel dan memainkannya. “Kau pergi dua hari tidak membawa hadiah apapun untukku?” tanya Naomi. Axel terpaku kaget, wajah pria itu sampai bersemu malu mendengar pertanyaan sederhana Naomi. “Lain kali aku akan membawa hadiah untukmu,” jawab Axel terdengar serius. Belum sempat Naomi menjawab, perhatian gadis itu terpaku pad beberapa rumput tinggi di dekatnya yang tumbuh namun dihinggapi oleh seekor ulat. Sontak Naomi menjerit panik ketakutan. “Axel ada ulat!” teriak Naomi ketakutan. “Ulat?” Axel melihat ke sisi. “Bantu aku berdiri, aku takut!” teriak Naomi menangis, gadis itu sampai bergeser ke belakang mencoba menjauh dan bergidik ngeri. Perlahan Axel bangkit dari tidurnya dan duduk melihat kesekitar, pria itu bergeser pelan mendekati rerumputan, mencari-cari ulat yang
Hari yang dinantikan telah tiba. Hari ini, Axel secara resmi membawa Naomi pergi ke sebuah konperensi pers yang sudah disiapkan. Ada banyak media local yang menanti, Teresia yang sampai saat ini masih memimpin klan keluarga Morgan akhirnya muncul di depan public untuk melakukan pengumuman secara resmi mengenai status cucunya sekarang. Di balik pintu, Naomi bisa mendengarkan keramaian, jepretan suara kamera dan kilatan cahaya kamera yang tidak berhenti untuk mendokumentasikan apa yang Teresia katakan di depan awak media. Naomi duduk dalam kegelisahan, gadis itu mengenakan dress formal selutut dan berpenamilan sederhana yang elegant mencerminkan seseorang yang sederhana namun penting. Rambut Naomi di biarkan tergerai rapi, dengan riasan tipis yang anggun, gadis itu hanya mengenakan anting berwarna putih dan terlihat bekilau. Suara napas Naomi terdengar kasar, degup jantungnya berdebar keras tidak menentu. Naomi tidak tahu bahwa keluarga Axel ternyata cukup terkenal dan dihormati sepe
Hutton menggenggam kuat gelas di tangganya, wajahnya dipenuhi oleh banyak ketegangan hebat melihat berita yang kini mengumumkan bahwasanya, Axel Morgan sudah bertunangan dengan Naomi Cassandra, puteri tunggal Magnus dan Cassandra. Berita itu menyebar begitu cepat karena Teresia sendiri yang memimpin konperensi pers, kehadiran wanita itu yang jarang muncul di depan umum seakan memberikan isyarat kepada semua orang bahwa kini dia terang-terangan akan berada di sisi Axel dan mendukung Axel menjadi pewaris juga peminpin sah selanjutnya. Dada Hutton bergerak naik turun terlihat begitu marah hingga membuat wajahnya merah padam. Hutton merasa terkecohkan dengan ketenangan sikap Axel yang selama ini begitu santai bahkan terkesan terlambat dalam mengatasi beberapa masalah yang selama ini Hutton coba ciptakan. Hutton pikir Axel lambat bergerak karena dia lemah dan hanya besar omongan saja, namun ternyata Axel membentuk dukungan lebih kuat secara diam-diam. “Arghht!” Hutton berteriak keras,
Jaden berdiri di depan sebuah pintu ruangan, pria itu tidak melakukan apapun selain diam dan merenung sejak dua menit yang lalu. Satu hari setelah memutuskan keluar secara tidak hormat dari perusahaan milik orang tua Feira, Jaden memilih menemui orang tuanya dan memberitahu mereka mengenai keputusannya yang ingin membatalkan rencana pertunangannya. Darla dan Hood sempat terkejut dengan kabar buruk yang diberikan Jaden, namun melihat wajah Jaden yang terluka, Darla dan Hood mulai memahami apa yang sebenarnya terjadi. Kini Jaden berada di sini, di depan kamar Magnus. Hood tahu siapa yang Jaden hadapi saat ini karena meninggalkan Feira dan membuat keluarga Feira murka. Hood meminta perlindungan Magnus karena hanya Magnus satu-satunya orang yang mungkin bisa sebanding melawan keluarga Feira bila suatu saat nanti keluarga Feira menuntut Jaden. Magnus yang sudah mengetahui apa yang terjadi pada Jaden akhirnya kini memanggil Jaden secara pribadi. Jaden mengetuk pintu beberapa kali samp
Seharian ini ada banyak panggilan masuk untuk Magnus, kabar pertunangan Naomi dengan calon pewaris perusahaan besar sudah berhembus lebih cepat dari apa yang diperkirakan. keluarga Morgan sangat berhati-hati dalam urusan calon pendamping, jika mereka sudah memutuskan mengumumkan secara resmi pasangan Axel Morgan, akan besar kemungkinan pasangan yang diumumkan akan Axel nikahi dalam waktu dekat. Orang-orang mencari Magnus, mereka mulai menunjukan banyak ketertarikan kepada Magnus. Jaden yang baru satu hari membuat kesepakatan dengan Harvey sempat bertanya-tanya dengan antusias banyak orang akan perusahaan Magnus. Namun setelah pria itu tahu jika alasan dibaliknya, Jaden terlihat sedikit kecewa sekaligus khawatir hingga mempertanyakan alasan mengapa Naomi bisa bertunangan secepat ini dengan seseorang. “Tuan Magnus mendapatkan undangan untuk datang ke pesta atas pertunangan nona Naomi. Saya harap Anda mau menggantikannya untuk datang, Anda harus melihat keadaan nona Naomi apakah dia
“Jaden tunggu, aku mohon beri waktu untuk berbicara, aku mohon,” isak Feiara menahan tangan Jaden agar pria itu tidak berabalik pergi. Jaden membuang napasnya dengan berat, pria itu tidak tega melihat keadaan Feira yang tidak begitu baik. Walau bagaimanapun, sampai saat ini Jaden mencintai wanita itu, namun keadaan memaksa Jade untuk mundur. Lebih mudah untuk Jaden belajar melupakan Feira dibandingkan dengan harus menjalani kehidupan yang penuh tekanan dan penghinaan. “Kau mau berbicara apa?” tanya Jaden melunak. Feira menyeka air matanya yang sempat terjatuh, gadis itu mendekat selangkah dan tertunduk memegang lebih erat pergelangan tangan Jaden. “Aku minta maaf Jaden, aku sungguh menyesal dengan perbuatanku. Aku berjanji akan berubah, aku mohon.. jangan meninggalkan aku.” “Fei, aku sungguh minta maaf. Namun aku tidak bisa.” “Tapi mengapa? Beri aku kesempatan Jaden, aku mohon. Aku tidak ingin kehilanganmu.” “Aku sudah banyak memberimu kesempatan, tidak ada lagi tempat untuk k
“Kalian akan terus di sana?” Suara lantang Axel yang bertanya membuat Naomi dan Hans secara bersamaan melihat ke arahnya. Hans menurunkan tangannya dengan cepat. Axel cemberut, pria itu tidak bisa menyembunyikan ketidak sukaan di matanya hanya dengan melihat Naomi akrab dengan Hans. Ada rasa kesal yang membuat Axel ingin memarahi mereka, namun dia harus menahan diri karena gengsi. “Makanannya sudah jadi, masuklah,” kata Axel lagi. Tangan Hans terulur hendak mengulurkan bantuan kepada Naomi agar bisa pergi bersama-sama. “Biar aku saja,” sela Axel tepat ketika Naomi hendak membuka mulutnya. Dalam langkah tergesa Axel berjalan mendekati Naomi yang membuat Hans mau tidak mau harus segera menyingkir pergi dan memahami situasi kekanakan yang dialami sahabatnya itu. Hans mengedikan bahunya tidak peduli, pria itu segera pergi memberikan waktu seluas-luasnya untuk Axel dan Naomi berdekatan. Tanpa perlu dijelaskan sedikitpun Hans sudah bisa memahami kecemburuan Axel, namun gengsi besar A