Hutton menggenggam kuat gelas di tangganya, wajahnya dipenuhi oleh banyak ketegangan hebat melihat berita yang kini mengumumkan bahwasanya, Axel Morgan sudah bertunangan dengan Naomi Cassandra, puteri tunggal Magnus dan Cassandra. Berita itu menyebar begitu cepat karena Teresia sendiri yang memimpin konperensi pers, kehadiran wanita itu yang jarang muncul di depan umum seakan memberikan isyarat kepada semua orang bahwa kini dia terang-terangan akan berada di sisi Axel dan mendukung Axel menjadi pewaris juga peminpin sah selanjutnya. Dada Hutton bergerak naik turun terlihat begitu marah hingga membuat wajahnya merah padam. Hutton merasa terkecohkan dengan ketenangan sikap Axel yang selama ini begitu santai bahkan terkesan terlambat dalam mengatasi beberapa masalah yang selama ini Hutton coba ciptakan. Hutton pikir Axel lambat bergerak karena dia lemah dan hanya besar omongan saja, namun ternyata Axel membentuk dukungan lebih kuat secara diam-diam. “Arghht!” Hutton berteriak keras,
Jaden berdiri di depan sebuah pintu ruangan, pria itu tidak melakukan apapun selain diam dan merenung sejak dua menit yang lalu. Satu hari setelah memutuskan keluar secara tidak hormat dari perusahaan milik orang tua Feira, Jaden memilih menemui orang tuanya dan memberitahu mereka mengenai keputusannya yang ingin membatalkan rencana pertunangannya. Darla dan Hood sempat terkejut dengan kabar buruk yang diberikan Jaden, namun melihat wajah Jaden yang terluka, Darla dan Hood mulai memahami apa yang sebenarnya terjadi. Kini Jaden berada di sini, di depan kamar Magnus. Hood tahu siapa yang Jaden hadapi saat ini karena meninggalkan Feira dan membuat keluarga Feira murka. Hood meminta perlindungan Magnus karena hanya Magnus satu-satunya orang yang mungkin bisa sebanding melawan keluarga Feira bila suatu saat nanti keluarga Feira menuntut Jaden. Magnus yang sudah mengetahui apa yang terjadi pada Jaden akhirnya kini memanggil Jaden secara pribadi. Jaden mengetuk pintu beberapa kali samp
Seharian ini ada banyak panggilan masuk untuk Magnus, kabar pertunangan Naomi dengan calon pewaris perusahaan besar sudah berhembus lebih cepat dari apa yang diperkirakan. keluarga Morgan sangat berhati-hati dalam urusan calon pendamping, jika mereka sudah memutuskan mengumumkan secara resmi pasangan Axel Morgan, akan besar kemungkinan pasangan yang diumumkan akan Axel nikahi dalam waktu dekat. Orang-orang mencari Magnus, mereka mulai menunjukan banyak ketertarikan kepada Magnus. Jaden yang baru satu hari membuat kesepakatan dengan Harvey sempat bertanya-tanya dengan antusias banyak orang akan perusahaan Magnus. Namun setelah pria itu tahu jika alasan dibaliknya, Jaden terlihat sedikit kecewa sekaligus khawatir hingga mempertanyakan alasan mengapa Naomi bisa bertunangan secepat ini dengan seseorang. “Tuan Magnus mendapatkan undangan untuk datang ke pesta atas pertunangan nona Naomi. Saya harap Anda mau menggantikannya untuk datang, Anda harus melihat keadaan nona Naomi apakah dia
“Jaden tunggu, aku mohon beri waktu untuk berbicara, aku mohon,” isak Feiara menahan tangan Jaden agar pria itu tidak berabalik pergi. Jaden membuang napasnya dengan berat, pria itu tidak tega melihat keadaan Feira yang tidak begitu baik. Walau bagaimanapun, sampai saat ini Jaden mencintai wanita itu, namun keadaan memaksa Jade untuk mundur. Lebih mudah untuk Jaden belajar melupakan Feira dibandingkan dengan harus menjalani kehidupan yang penuh tekanan dan penghinaan. “Kau mau berbicara apa?” tanya Jaden melunak. Feira menyeka air matanya yang sempat terjatuh, gadis itu mendekat selangkah dan tertunduk memegang lebih erat pergelangan tangan Jaden. “Aku minta maaf Jaden, aku sungguh menyesal dengan perbuatanku. Aku berjanji akan berubah, aku mohon.. jangan meninggalkan aku.” “Fei, aku sungguh minta maaf. Namun aku tidak bisa.” “Tapi mengapa? Beri aku kesempatan Jaden, aku mohon. Aku tidak ingin kehilanganmu.” “Aku sudah banyak memberimu kesempatan, tidak ada lagi tempat untuk k
“Kalian akan terus di sana?” Suara lantang Axel yang bertanya membuat Naomi dan Hans secara bersamaan melihat ke arahnya. Hans menurunkan tangannya dengan cepat. Axel cemberut, pria itu tidak bisa menyembunyikan ketidak sukaan di matanya hanya dengan melihat Naomi akrab dengan Hans. Ada rasa kesal yang membuat Axel ingin memarahi mereka, namun dia harus menahan diri karena gengsi. “Makanannya sudah jadi, masuklah,” kata Axel lagi. Tangan Hans terulur hendak mengulurkan bantuan kepada Naomi agar bisa pergi bersama-sama. “Biar aku saja,” sela Axel tepat ketika Naomi hendak membuka mulutnya. Dalam langkah tergesa Axel berjalan mendekati Naomi yang membuat Hans mau tidak mau harus segera menyingkir pergi dan memahami situasi kekanakan yang dialami sahabatnya itu. Hans mengedikan bahunya tidak peduli, pria itu segera pergi memberikan waktu seluas-luasnya untuk Axel dan Naomi berdekatan. Tanpa perlu dijelaskan sedikitpun Hans sudah bisa memahami kecemburuan Axel, namun gengsi besar A
Naomi melahap makanannya sampai habis, gadis itu terlihat sangat senang dengan makanan lezat yang tidak bernah berhenti dia santap sejak tinggal di North Emit. Sesekali Naomi melihat keluar jendela, memperhatikan kapal yang ditumpanginya mulai berjalan mengelilingi kota North Emit. Di samping Naomi, Axel ikut makan, pria itu tidak berbicara apapun. Makan dalam diam adalah kebiasaan Axel, pria itu selalu merasa terganggu dan marah jika ada yang makan sambil berbicara. Hans yang sejak tadi ikut dalam satu kapal ikut menikmati makanannya. Naomi penasaran, seberada dekat sebenarnya hubungan pertemanan Axel dan Hans, ini untuk pertama kalinya Naomi diperkenalkan pada teman Axel. Piring kosong yang di atas meja sudah di ambil oleh para pekerja, kini hanya tinggal minuman segar sebagai hidangan penutup. “Apa kalian sangat dekat?” Naomi kembali angkat suara karena kini mereka sudah selesai makan. “Benar,” jawab Hans. “Tidak,” jawab Axel. Jawaban yang tidak singkron di antara kedua pr
Matahari terlihat mulai turun dan sebentar lagi akan tenggelam. Naomi duduk di bangku sambil melihat ke arah barat, menikmati pemandangan indah yang menghangatkan permukaan kulitnya. Naomi merasa bahagia hanya dengan melihat keindahan di depan matanya, namun hangatnya sinar matahari membuat Naomi merasa sedih karena teringat Magnus yang dia rindukan. Hangat sinar matahari mengingatkan Naomi pada sebuah pelukan Magnus. Axel yang baru datang langsung duduk di sisi Naomi dan ikut memperhatikan apa yang Naomi lihat. “Naomi,” panggil Axel pelan. Naomi melirik Axel yang kini berada di sisinya, untuk sesaat gadis itu terdiam dan hanya memperhatikan wajah tampan Axel yang tersapu oleh kuningnya cahaya matahari. Pria itu seperti sebuah patung dewa, dipahat dengan hati-hati dan diciptakan dalam waktu yang lama. Pahatan di wajahnya yang sempurna, pakaiannya yang lebih santai begitu terintimidasi oleh auranya yang kuat, bahkan ketika helaian rambutnya yang bergerak di terpa angin, kini helaia
Siang telah berlalu, malam datang dengan cepat. Jennie melangkah dengan anggun menenteng sebuah tas mahalnya, wanita itu mengenakan sebuah gaun merah yang membentuk tubuhnya yang sempurna, paras cantik Jennie berhasil membuat beberapa orang yang sempat melihat sampai terpesona. Tidak jarang ada beberapa orang yang mengajaknya berphoto bersama. Jennie adalah seorang atlit es skating yang pernah mendapatkan mendali emas di sebuah olimpiade internasional, Jennie juga aktif di entertainment sebagai seorang model professional sejak dia menikah. Bisa dikatakan, Jennie memiliki karier yang cemerlang dengan statusnya sebagai selebritis. Akhir-akhir ini namanya yang sempat menurun kembali naik karena kabar perceraian yang dia lakukan. Jennie sengaja mempublikasikan berita perceraiannya dengan harapan Axel mendengar berita itu dan menghubungi kembali, tapi ternyata usaha Jennie sangat sia-sia. Axel tidak peduli kepadanya, dia justru memiliki wanita lain untuk diperkenalkan di depan umum. J
Keduanya saling memandang dalam diam, Axel meraih wajah Naomi dan mengusapnya dengan hati-hati. “Aku minta maaf karena datang terlambat, kau pasti kecewa kepadaku.” Naomi memejamkan matanya, merasakan usapan lembut Axel di wajahnya, gadis itu menarik napasnya dalam-dalam dan perlahan membuka kembali matanya, menatap lekat mata Axel yang terlihat bersedih dan kecewa kepsada dirinya sendiri. Axel tidak puas kepada dirinya sendiri karena dia sudah datang terlambat dan tidak bisa menemani Naomi di saat-saat dia sedang terjatuh. “Aku sangat menyesal karena tidak bisa benar-benar menjagamu,” bisik Axel penuh sesal. Naomi tersenyum samar, dia tidak tahu harus berkata apa karena hari ini suka dan duka telah datang secara bersmaan dalam kehidupannya. Axel yang dia tunggu telah datang, melamarnya dihadapan Magnus, namun disisi lain Naomi juga harus mengantar kepergian Magnus dan harus merelakannya. “Naomi, apa kau marah padaku?” tanya Axel pelan. “Tidak, aku justru berterima kasih karena
“Apa aku boleh berbicara dengan ayahmu berdua saja?” tanya Axel penuh kehati-hatian, dia takut Naomi masih marah kepadanya dan menolak permintaan Axel.Naomi menelan salivanya dengan kesulitan, desakan ingin menangis dan perasaan yang lega begitu kuat memenuhi hatinya. Naomi tertunduk mengusap air matanya yang tidak bisa dihentikan.Naomi sangat lega karena ternyata Axel peduli kepadanya dan mau datang.Naomi mengangguk tanpa mampu berkata-kata, memberi izin Axel untuk bisa berbicara berdua dengan ayahnya.Naomi melangkah pelan, melewati Axel yang berada di depan pintu, tiba-tiba langkah itu terhenti begitu Naomi merasakan pergelangan tangannya digenggam oleh Axel.Wajah Naomi terangkat, menatap lekat Axel. “Tidak, sepertinya kau harus berdiri di sisiku, kau juga harus mendengarkan apa yang ingin aku katakan,” ucap Axel lagi memperhatikan gerak gerik mata Magnus.Naomi membalikan badannya dengan ragu, pintu ruangan Magnus kembali tertutup dan orang-orang menunggu di depan ruangan.Ax
Hans berdiri dengan senyuman puasnya, melihat Hutton yang digelandang keluar dari mobil kepolisian dan disambut oleh banyak media karena kontroversi yang dilakukannya dalam melancarkan aksi kejahatan.Hutton terhuyung-huyung dengan perban yang menghalangi kedua matanya, begitu pula dengan wajahnya yang kini sebagian terbungkus kain kasa.Semprotan cabai yang Axel buat berhasil membuat Hutton mengalami masalah dengan penglihatannya hingga membuat dia tidak bisa melihat untuk sementara waktu.Kedua tangan dan kaki Hutton diborgol, langkah terhuyung-huyung dijaga oleh kepolisian dan dikejar oleh wartawan yang membutuhkan keterangan darinya secara langsung. Hutton diperlakukan seperti penjahat kelas berat.Bibir Hutton menekan kuat, membungkam dengan rasa malu hebat dan jiwa yang terguncang. Kehidupannya hancur dalam waktu semalam, Hutton sungguh tidak akan menyangka jika dia akan berada di titik seperti ini dalam hidupnya.“Pengacara kita sudah sudah datang,” ucap Sharen yang berdiri di
“Bajingan, kau sudah berhasil menghancurkan hidupku! Kau pikir aku akan diam saja hah!” geram Hutton mengayunkan pisaunya, refleks Axel menghadangnya dengan handpond di tangannya dan berhasil membuat handpone itu mati seketika.Napas Axel tertahan di dada, pria itu terlalu terkejut karena tiba-tiba saja seseorang akan menyerangnya.“Sialan!” maki Hutton menarik pisaunya.Axel bergeser mundur mencoba menciptakan jarak, butuh waktu beberapa detik untuk Axel tesadar jika orang yang hendak menyerangnya adalah Hutton. “Kenapa kau menutupi wajah jelekmu? Apa kau tidak ingin aku melihat ketakutan di wajah busukmu?”Rahang Hutton mengetat, dengan kasar dia melepaskan maskernya dan melemparkannya ke lantai.Axel menelan salivanya dengan kesulitan melihat tatapan bringas Hutton yang sudah dikuasai oleh amarah, Axel bergerak kembali mundur begitu Hutton mendekat dan mengayunkan pisaunya, kali ini Axel berhasil menangkisnya dengan menendang kaki Hutton agar dia kehilangan keseimbangan.Dengan Axe
Hutton melajukan mobilnya dengan kencang melewati jalanan, wajahnya yang babak belur terlihat di antara cahaya lampu jalan-jalan. Bola mata Hutton bergerak tajam melihat ke sekitar dengan penuh kewaspadaan karena kini wajahnya terpampang jelas di berbagai televisi gedung dan diumumkan jika kini Hutton adalah seorang buronan yang sudah melakukan kejahatan berbagai pembunuhan, pencucian uang dan sudah melakukan kekerasakan kepada isterinya.Tangan Hutton mencengkram kuat kemudi menahan amarah, dia tidak bisa pergi keluar negeri menggunakan pesawat jika wajahnya sudah terpampang dan di umumkan sebagai buronan.“Sialan!” maki Hutton memukul kemudi. Hutton tidak menyangka jika seluruh negeri mulai tahu dia penjahat, dan semua orang akan mengenali wajahnya.“Bajingan itu, aku harus menghabisinya,” bisik Hutton dengan penuh amarah.Hutton tidak terima jika seluruh usahanya selama ini harus hancur berkeping begitu saja di bawah kaki Axel. Seharusnya tidak seperti ini, seharusnya Axel yang tum
“Bajingan!” Jennie terisak dengan suara yang tidak jelas karena mulunya terikat, wanita itu berusaha bergerak melepaskan diri dari ikatan tali yang mengekang tangan dan kedua kakinya pada ranjang.Tubuh Jennie terlihat memiliki banyak memar yang sudah ditinggalkan Hutton, pria paruh baya itu sudah berbuat kegilaan yang tidak terduga. Dia memperkosa Jennie berulang kali sebelum meninggalkannya dengan membawa semua uang, perhiasan hingga mobilnya.Bibir Jennie gemetar hebat, wajah cantiknya terlihat basah penuh oleh air mata merasakan seluruh tubuhnya yang sakit dan lemah tidak memiliki banyak kekuatan untuk melepaskan diri dan bergerak.Hati Jennie sangat hancur, dia merasa jijik kepada dirinya sendiri karena sudah disentuh layaknya pelacur oleh Hutton. Jennie marah kepada dirinya sendiri, dan kini dia hanya bisa memaki dirinya sendiri karena sudah salah mengambil keputusan dan terlibat dalam kehidupan Hutton.Jennie menyesal, andai saja dia tidak serakah dan mengambil keputusan yang s
Genggaman lemah tangan Magnus kian tidak lagi dirasakan tenaganya, Naomi tidak berhenti memandangi wajah Magnus yang terbaring tidak sadarkan diri meski sudah mendapatkan pertolongan.Dokter yang menangani Magnus tidak mengatakan apapun dan hanya bisa menyemangati Naomi seakan memberi isyarat jika kemungkinan keadaan Magnus sudah sangat parah.Naomi mengusap wajah pucat Magnus dengan gemetar, berharap jika sepasang mata Magnus kembali terbuka dan mereka bisa bertatapan.“Masih ada banyak hal yang ingin aku lakukan dengan Ayah, tolong cepatlah sembuh agar aku bisa memasak untuk Ayah dan menemani Ayah pergi memacing, menghabiskan waktu di danau dengan membawa mobil van. Bukankah itu semua sangat ingin Ayah lakukan?” bisik Naomi dengan suara bergetar. “Aku mohon, buka mata Ayah.”Naomi menyeka air matanya dan menggenggam lebih kuat tangan Magnus, kebingungan semakin membuatnya tidak tahu harus berbuat apa selain menunggu Magnus membuka mata dan berharap jika Axel datang menemuinya.Mungk
Ketika Axel datang ke rumah sakit, dia sudah menemukan keberadaan Armon yang duduk seorang diri. Pemuda itu duduk di kursi terlihat menangis dengan tangan yang terbungkus sapu tangan, Armon tidak beranjak dari tempatnya hanya untuk menunggu kabar Rihana sekarang yang masih belum diketahui kepastiannya.Rihana mengalami kebocoran di kepalanya, dia juga mengalami luka di tulang lehernya yang mengharuskan Rihana menjalani operasi.Armon sangat takut jika terjadi sesuatu kepada ibunya karena sejak Armon mengantar Rihana ke rumah sakit, dia tidak sadarkan diri. “Apa yang sebenarnya telah terjadi?” tanya Axel dengan napas tersenggal usai berlari cukup jauh.Wajah Armon terangkat, pemuda itu mengusap wajahnya yang basah oleh air mata, sulit untuk membendung kesedihan yang dia rasakan, hingga membuat Armon tidak peduli untuk menangis di depan umum meski dia seorang pria.Dengan lemah Armon berdiri.“Duduklah,” titah Axel.Dengan patuh Armon duduk kembali, sementara Axel ikut duduk di samping
Begitu pintu terbuka, tanpa permisi Hutton langsung masuk, dia butuh tempat persembunyian sementara waktu karena Rihana dibawa ke rumah sakit, besar kemungkinan dokter yang menangani dan Armon juga akan melaporkan kejadian malam ini kepada polisi.“Kau memiliki dokter pribadi? Aku butuh bantuan.”“Aku akan menghubunginya.”“Obati luka di tanganku dulu, ini sangat perih,” pinta Hutton seraya melepaskan pakaiannya.“Apa yang sudah kau lakukan?” Tanya Jennie memperhatikan luka yang dimiliki Hutton jauh lebih buruk dari apa yang dilihat.Hutton menjatuhkan dirinya ke kursi usai melepaskan pakaiannya dan hanya menyisakan celana panjang. Setelah cukup banyak menghabiskan waktu bersama Jennie, Hutton merasa tidak perlu lagi berpura-pura menjaga martabatanya, lagipula Jennie juga tidak seterhormat yang terlihat.“Istriku sudah membuat kekacauan, karena itulah aku di seperti ini,” jawab Hutton seraya mengusap kepalanya yang sangat sakit berdenyut. Beruntung saja dia masih bisa menjaga kesadara