Matahari terlihat mulai turun dan sebentar lagi akan tenggelam. Naomi duduk di bangku sambil melihat ke arah barat, menikmati pemandangan indah yang menghangatkan permukaan kulitnya. Naomi merasa bahagia hanya dengan melihat keindahan di depan matanya, namun hangatnya sinar matahari membuat Naomi merasa sedih karena teringat Magnus yang dia rindukan. Hangat sinar matahari mengingatkan Naomi pada sebuah pelukan Magnus. Axel yang baru datang langsung duduk di sisi Naomi dan ikut memperhatikan apa yang Naomi lihat. “Naomi,” panggil Axel pelan. Naomi melirik Axel yang kini berada di sisinya, untuk sesaat gadis itu terdiam dan hanya memperhatikan wajah tampan Axel yang tersapu oleh kuningnya cahaya matahari. Pria itu seperti sebuah patung dewa, dipahat dengan hati-hati dan diciptakan dalam waktu yang lama. Pahatan di wajahnya yang sempurna, pakaiannya yang lebih santai begitu terintimidasi oleh auranya yang kuat, bahkan ketika helaian rambutnya yang bergerak di terpa angin, kini helaia
Siang telah berlalu, malam datang dengan cepat. Jennie melangkah dengan anggun menenteng sebuah tas mahalnya, wanita itu mengenakan sebuah gaun merah yang membentuk tubuhnya yang sempurna, paras cantik Jennie berhasil membuat beberapa orang yang sempat melihat sampai terpesona. Tidak jarang ada beberapa orang yang mengajaknya berphoto bersama. Jennie adalah seorang atlit es skating yang pernah mendapatkan mendali emas di sebuah olimpiade internasional, Jennie juga aktif di entertainment sebagai seorang model professional sejak dia menikah. Bisa dikatakan, Jennie memiliki karier yang cemerlang dengan statusnya sebagai selebritis. Akhir-akhir ini namanya yang sempat menurun kembali naik karena kabar perceraian yang dia lakukan. Jennie sengaja mempublikasikan berita perceraiannya dengan harapan Axel mendengar berita itu dan menghubungi kembali, tapi ternyata usaha Jennie sangat sia-sia. Axel tidak peduli kepadanya, dia justru memiliki wanita lain untuk diperkenalkan di depan umum. J
Naomi gelisah, terakhir kali dia berbicara dengan ibunya hanya menimbulkan perselisihan lebih jauh. Naomi khawatir, ibunya akan marah karena dia bertunangan tanpa memberitahu Cassandra terlebih dahulu. Kendaraan yang membawa Naomi akhirnya bisa sampai ke tempat hotel Cassandra berada, beruntung saja waktu Cassandra memberikan alamat, Naomi tidak membuangnya. Isac yang mengantar dan menjadi pengawal Naomi dengan sigap mengantarnya pergi masuk ke dalam hotel. Secara kebetulan ketika Naomi baru sampai loby, Cassandra keluar, namun di belakangnya, pengawal Cassandra membawa koper yang menandakan jika kini wanita itu hendak pergi. Langkah Cassandra terhenti begitu dia berhadapan dengan Naomi. “Ibu,” panggil Naomi pelan dan ragu. Cassandra tersenyum memaksakan, namun matanya tidak mampu menutupi rasa kecewa dan sedihnya karena Naomi memperlakukannya dengan berbeda seakan dia tidak memiliki andil apapun untuk bisa ikut memutuskan pilihan Naomi. Pandangan Cassandra terjatuh pada kaki Nao
“Jaden, aku mohon, maafkan aku!” teriak Feira menangis di depan pintu. “Aku mohon, aku minta maaf, jangan tinggalkan aku,” ucap Faira terdengar memohon. Sudah sangat lama Jaden tidak membuka pintu apartementnya untuk Feira, pria itu tidak membiarkan Feira masuk dan tidak mengindahkan permohonannya. Setelah putus dari Feira, Jaden tidak hanya memutuskan hubungan komunikasi, dia juga mengganti semua kode akses masuk ke dalam apartementnya. Jaden tahu akan begitu sulit untuknya bergerak karena Feira pasti akan mengganggunya, begitu pula dengan keluarga Feira yang memaksa Jaden untuk kembali bersama Feira dengan berbagai tekanan. Dibandingkan harus menghibur Feira, membujuk dan memberinya banyak penjelasan panjang lebar agar gadis itu mengerti, Jaden merasa akan lebih baik jika Feira membencinya dengan begitu Jaden akan merasa sedikit lebih bisa bernapas. Feira menangis memukul permukaan daun pintu, gadis itu terus menangis memohon Jaden membuka pintu, Feira tidak mempedulikan tatapan
Selembar photo kecil berada di genggaman Magnus, pria paruh baya itu memandang lembut potret dirinya bersama Naomi sewaktu Naomi wisuda. Sudah satu bulan lebih mereka berpisah, Magnus mulai merindukan puterinya. Setelah melewati pengobatan dan mengalami efek samping dari sakit yang dideritanya, kini tubuh Magnus semakin menyusut kurus kering kehilangan berat badan, wajahnya terlihat pucat memiliki banyak cekungan tajam, keadaannya tidak menunjukan bahwa dia akan pulih dan menjalani kehidupan Normal seperti biasanya lagi. Beruntung sekali selama Magnus tidak bisa lagi melakukan pekerjaannya, Jaden dan Harvey dengan kompaknya membantunya. Bahkan meski Harvey sudah tidak lagi bekerja untuknya, Harvey masih meluangkan waktu untuk menemani Magnus sebelum dia benar-benar pindah secara resmi. “Harvey,” panggil Magnus dengan suara yang serak dalam. Havey yang baru memasukan laptop dan beberapa berkasnya ke dalam tas, segera berdiri dengan tegak dan tersenyum simpul. “Ya, Tuan?” “Bisakah a
Ada keheningan yang terjadi usai kepergian Harvey. Cassandra tidak dapat berkata-kata karena masih terlalu terkejut, sementara Magnus sedang mengumpulkan kekuatan untuk bisa berbicara serius dengan mantan isterinya itu. “Aku tidak tahu kapan aku akan meninggal, lambat laun hal itu akan datang dengan pasti. Sebelum aku meninggal, aku memiliki permintaan,” Magnus memulai pembicaraan. Cassandra menegakan tubuhnya kembali dan menatap Magnus dengan serius, menunggunya untuk melanjutkan ucapannya. “Jangan merusak pertunangan Naomi, Axel adalah pria yang sudah aku pilih sejak lama untuk menjadi pasangan Naomi. Jangan membuat dia menangis lagi, biarkan dia tumbuh berkembang menjadi lebih kuat dan mandiri, jangan merusak kabahagiaannya,” ucap Magnus dengan napas tersendat-sendat. Cassandra tidak bisa langsung menjawab, tangan wanita itu mulai bertaut dengan keras, sorot matanya berubah menjadi gelap ketika melihat Magnus. “Mengapa kau menyembunyikan ini dari Naomi?” tanya Cassandra. Magnus
Sore yang cerah, Naomi dan Axel kembali berada di bawah pohon oak, menikmati hamparan hijau rumput liar yang kini sudah dirawat dengan baik agar tidak ada serangga, jalanan setapak berbatu sudah diperbaiki, sepanjang jalan kecil itu terpasang lampu-lampu yang akan menerangi seluruh bukit hingga sungai ketika di malam hari. Kini, di bukit itu juga sudah ada gazebo di pinggiran sungai yang terlihat nyaman. Sejak Naomi kabur karena serangga, Axel langsung mengutus David untuk melakukan banyak perbaikan karena Axel tahu, Naomi menyukai suasana bukit untuk dijadikan tempat belajar dan beristirahat. Axel ingin Naomi tenang dan menikmati waktunya. Naomi yang sempat melihat perubahan cepat yang dilakukan Axel hingga mempekerjakan lebih dari dua puluh orang tidak bisa berkata-kata untuk mengungkapkan kekagumannya dengan kemampuan pria itu. Naomi berdecak kagum melihat kepenjuru tempat dengan senyuman lebar, merasakan hangat sinar matahari dan angin yang berhembus. “Axel, kau sangat luar b
Naomi berdiri di depan sudut ruangan, melihat sebuah kotak besar terbungkus kertas kado yang setinggi dadanya. “Ini untuk siapa?” tanya Axel. “Ini kado dari nyonya Teresia untuk Nona Naomi, beliau berpesan jika ini kado pertunangan,” jawab David “Ini benar untukku?” tanya Naomi. “Benar, kado ini untuk Anda dan dipilih secara pribadi oleh nyonya Teresia.” Axel bersedekap curiga, pria itu berdiri di sisi Naomi dan ikut melihat kotak kado besar pemberian Teresia. Sikap Teresia terlalu baik kepada Naomi yang baru dua kali dia temui, cukup janggal. Naomi tersenyum lebar terlihat berantusias, sudah cukup lama dia tidak mendapatkan sebuah kejutan seperti ini. Naomi melirik Axel yang masih berdiri di tempatnya terlihat penasaran dengan hadiah apa yang diberikan Teresia pada Naomi. Naomi membuka kado besar itu, betapa terkejutnya Naomi begitu melihat isi kado besar itu adalah sebuah cello. Mata Naomi berbinar bahagia hingga berkaca-kaca karena terharu, sangat mengejutkan karena Teresia