Sore yang cerah, Naomi dan Axel kembali berada di bawah pohon oak, menikmati hamparan hijau rumput liar yang kini sudah dirawat dengan baik agar tidak ada serangga, jalanan setapak berbatu sudah diperbaiki, sepanjang jalan kecil itu terpasang lampu-lampu yang akan menerangi seluruh bukit hingga sungai ketika di malam hari. Kini, di bukit itu juga sudah ada gazebo di pinggiran sungai yang terlihat nyaman. Sejak Naomi kabur karena serangga, Axel langsung mengutus David untuk melakukan banyak perbaikan karena Axel tahu, Naomi menyukai suasana bukit untuk dijadikan tempat belajar dan beristirahat. Axel ingin Naomi tenang dan menikmati waktunya. Naomi yang sempat melihat perubahan cepat yang dilakukan Axel hingga mempekerjakan lebih dari dua puluh orang tidak bisa berkata-kata untuk mengungkapkan kekagumannya dengan kemampuan pria itu. Naomi berdecak kagum melihat kepenjuru tempat dengan senyuman lebar, merasakan hangat sinar matahari dan angin yang berhembus. “Axel, kau sangat luar b
Naomi berdiri di depan sudut ruangan, melihat sebuah kotak besar terbungkus kertas kado yang setinggi dadanya. “Ini untuk siapa?” tanya Axel. “Ini kado dari nyonya Teresia untuk Nona Naomi, beliau berpesan jika ini kado pertunangan,” jawab David “Ini benar untukku?” tanya Naomi. “Benar, kado ini untuk Anda dan dipilih secara pribadi oleh nyonya Teresia.” Axel bersedekap curiga, pria itu berdiri di sisi Naomi dan ikut melihat kotak kado besar pemberian Teresia. Sikap Teresia terlalu baik kepada Naomi yang baru dua kali dia temui, cukup janggal. Naomi tersenyum lebar terlihat berantusias, sudah cukup lama dia tidak mendapatkan sebuah kejutan seperti ini. Naomi melirik Axel yang masih berdiri di tempatnya terlihat penasaran dengan hadiah apa yang diberikan Teresia pada Naomi. Naomi membuka kado besar itu, betapa terkejutnya Naomi begitu melihat isi kado besar itu adalah sebuah cello. Mata Naomi berbinar bahagia hingga berkaca-kaca karena terharu, sangat mengejutkan karena Teresia
Di hari pesta akan berlangsung, Naomi dan Axel untuk datang ke mansion pribadi Teresia. Axel sempat memberitahu Naomi jika mansion itu adalah tempat Teresia yang dulu dia tinggali bersama Willson. Axel sendiri pernah tinggal di mansion itu ketika ayah dan ibunya bercerai, Axel sering menemui ayahnya di mansion itu, tempat itu juga adalah saksi kematian Gillbert, ayah Axel. Naomi sempat berkeliling mansion ditemani Axel. Mengejutkannya, Axel memberitahu Naomi di mana letak kamarnya dulu, kesukaannya berkuda dengan Teresia di halaman mansion, hingga menunjukan sebuah ruagan besar khusus tempat belajar sekaligus tempat kerja kakek buyutnya yang dulu begitu mencintai dunia penerbangan dan sempat menjadi pilot tempur selama delapan tahun sebelum mengambil alih bisnis keluarganya yang pada saat itu memproduksi mesin pemotong. Ada banyak hal yang tidak pernah Naomi ketahui sebelumnya mulai bisa dia ketahui, Naomi senang Axel mau terbuka secara suka rela kepadanya, pria itu juga terlihat n
Pesta sudah dimulai, Axel dan Naomi berjalan pelan melewati banyak ruangan yang harus mereka lewati untuk bisa sampai ke aula mansion. Ada sebuah senyuman lembut dan tatapan hangat di mata Axel, pria itu tidak berhenti melihat Naomi yang kini berada di sampingnya tengah merangkul lengan Axel dengan erat. Axel bisa merasakan kegugupan Naomi, namun Axel menikmati kegugupan gadis itu. Semakin Naomi gugup, gadis itu semakin menempel kepadanya seakan hanya Axel yang bisa melindunginya etika dia terjebak dalam situasi buruk. “Axel, jika nanti aku tidak kuat berdiri menemanimu, aku ingin duduk,” ucap Naomi. “Kau bisa duduk santai jika sudah mengerjakan tugasmu dengan baik. Aku memberimu uang bukan untuk menggaji orang malas.” Bibir Naomi mencebik kesal, “Jika kau memaksa tunanganmu yang sakit, orang-orang yang melihat akan menganggapmu pria tercela.” Axel terkekeh pelan mendengar jawaban Naomi, akhir-akhir ini dia mulai sering mendengar Naomi yang lebih berani berpendapat, ini adalah se
“Ini minumanmu,” Axel kembali datang dengan cepat memberikan segelas air. “Kau kenapa?” Tanya Axel yang sadar dengan kesedihan di mata Naomi. “Sepertinya ayahku tidak datang Axel. Aku takut terjadi sesuatu kepadanya.” “Pesta baru berlangsung, mungkin dia terlambat. Jika kau khawatir, aku akan meminta David untuk menghubungi ayahmu dan sekretarisnya untuk mengonfirmasi apa ayahmu datang atau tidak.” Naomi mengangguk setuju, gadis itu meminum minumannya untuk meredakan tenggorakannya yang kering dan perasaan berdebar yang masih terasa. Axel menempatkan kembali tangannya di pinggang Naomi, pria itu tidak dapat mengalihkan pandangannya dari Naomi yang sejak tadi terus berada di sampingnya. Naomi terlihat sudah sangat berusaha menyeimbangi setiap percakapan yang ia dengar, kegugupannya selalu berhasil dia tutupi dengan senyuman lebarnya. Perhatian Axel teralihkan pada Hutton dan Rihana yang kini baru datang, ada sesuatu yang sangat lebih menarik perhatian Axel saat ini, yaitu kedatang
Jennie gugup, menantikan pertemuannya lagi dengan Axel, dia begitu merindukan pria itu dan tidak sabar ingin segera berhadapan. Kepercayaan diri yang sempat terbangun di dalam diri Jennie runtuh begitu saja begitu dia bertemu Axel secara langsung dan berhadapan. Jennie menatapnya dengan hangat dan sebuah senyuman indah yang mengisyarakan banyak hal, hati Jennie terasa menghangat hanya dengan melihat kembali pria yang selama ini selalu menjadi pemilik hatinya. Jennie sangat berharap besar bahwa Axel akan membalasnya, namun alih-alih membalasnya, pria itu menatap dingin tanpa arti dan memilih fokus pada tunangannya yang berada dalam pelukannya. Axel memeluk Naomi dengan tenang, mereka berinteraksi dan terlihat dekat satu sama lainnya hingga Jennie bisa melihat Axel menunjukan kemesraan yang begitu alami di antara dirinya dengan Naomi. Hati Jennie mendadak sakit melihat tawa lepas Axel ketika dia bicara dengan Naomi. Naomi dan Axel tidak mempedulikan apapun yang ada di sekitar mer
Suara orang yang memandu acara pesta terdengar, orang itu memberitahu para tamu yang berada dalam ruangan pesta bahwa pesta dansa akan segera di mulai. Axel kembali dengan cepat usai menemani Teresia, pria itu menghampiri Naomi yang kini duduk dan terlihat sedikit cemberut. “Kau kenapa?” tanya Axel. Suasana hati Naomi menjadi tidak bagus, entah mengapa gadis itu merasa risih dan perasannya menjadi tidak baik karena teringat ucapan Hutton mengenai Axel yang mengundang mantan kekasihnya ke pesta. Untuk apa tujuan Axel mengundang mantan kekasihnya? Naomi tidak bisa mengungkapkan keresahan di dalam hatinya karena dia harus tahu diri dan tahu batasan karena Naomi dan Axel bukan pasangan yang sesungguhnya, mereka bersama hanya karena ikatan kontrak. Melihat keterdiaman Naomi, Axel menyentuh bahu gadis itu dan mengguncangnya. “Naomi, kau kenapa?” tanya Axel sekali lagi. “Tadi pamanmu datang.” “Apa dia melakukan sesuatu yang berlebihan?” Naomi menggeleng, gadis itu membuang napasnya d
Axel menyelesaikan pembicaraanya dengan cepat dan membiarkan tamunya pergi lebih dulu ke ruangan pesta. Semua yang dia inginkan berjalan sangat lancar, terlintas dalam pikiran Axel jika mungkin dia perlu menyiapkan sebuah hadiah untuk Naomi untuk pesta malam ini. Hadiah apa yang pantas untuk Naomi? Haruskah Axel memberinya pabrik cokies? Tanpa sadar Axel tertawa pelan begitu membayangkan reaksi Naomi bila memang Axel benar-benar memberinya pabrik cokies. Baru beberapa langkah Axel keluar dari ruangan, langkahnya harus terhenti begitu saja karena Jennie menunggu di depan pintu. “Axel,” panggil Jennie dengan suara lembut penuh dengan kerinduan, sorot matanya yang dalam tidak lagi bisa menutupi perasaannya saat ini. Kening Axel mengerut samar, menahan decihan kasarnya. “Aku tidak memiliki waktu,” jawab Axel acuh. “Axel tunggu, aku hanya ingin berbicara denganmu sebentar, beri aku waktu, aku mohon” Jennie menaikan nada suarannya dan menangkap tangan Axel, menahan langkah kakinya. “