Suara orang yang memandu acara pesta terdengar, orang itu memberitahu para tamu yang berada dalam ruangan pesta bahwa pesta dansa akan segera di mulai. Axel kembali dengan cepat usai menemani Teresia, pria itu menghampiri Naomi yang kini duduk dan terlihat sedikit cemberut. “Kau kenapa?” tanya Axel. Suasana hati Naomi menjadi tidak bagus, entah mengapa gadis itu merasa risih dan perasannya menjadi tidak baik karena teringat ucapan Hutton mengenai Axel yang mengundang mantan kekasihnya ke pesta. Untuk apa tujuan Axel mengundang mantan kekasihnya? Naomi tidak bisa mengungkapkan keresahan di dalam hatinya karena dia harus tahu diri dan tahu batasan karena Naomi dan Axel bukan pasangan yang sesungguhnya, mereka bersama hanya karena ikatan kontrak. Melihat keterdiaman Naomi, Axel menyentuh bahu gadis itu dan mengguncangnya. “Naomi, kau kenapa?” tanya Axel sekali lagi. “Tadi pamanmu datang.” “Apa dia melakukan sesuatu yang berlebihan?” Naomi menggeleng, gadis itu membuang napasnya d
Axel menyelesaikan pembicaraanya dengan cepat dan membiarkan tamunya pergi lebih dulu ke ruangan pesta. Semua yang dia inginkan berjalan sangat lancar, terlintas dalam pikiran Axel jika mungkin dia perlu menyiapkan sebuah hadiah untuk Naomi untuk pesta malam ini. Hadiah apa yang pantas untuk Naomi? Haruskah Axel memberinya pabrik cokies? Tanpa sadar Axel tertawa pelan begitu membayangkan reaksi Naomi bila memang Axel benar-benar memberinya pabrik cokies. Baru beberapa langkah Axel keluar dari ruangan, langkahnya harus terhenti begitu saja karena Jennie menunggu di depan pintu. “Axel,” panggil Jennie dengan suara lembut penuh dengan kerinduan, sorot matanya yang dalam tidak lagi bisa menutupi perasaannya saat ini. Kening Axel mengerut samar, menahan decihan kasarnya. “Aku tidak memiliki waktu,” jawab Axel acuh. “Axel tunggu, aku hanya ingin berbicara denganmu sebentar, beri aku waktu, aku mohon” Jennie menaikan nada suarannya dan menangkap tangan Axel, menahan langkah kakinya. “
“Benarkah,” gumam Naomi tidak nyaman karena tiba-tiba Jennie memberitahukan statusnya. “Kedepannya mungkin kita akan sering bertemu, jika ingin mengenal lebih banyak tentang Axel, jangan ragu untuk bertanya karena saya tahu segalanya tentang Axel,” ucap Jennie lagi terdengar percaya diri namun mengandung ketidak nyamanan pada Naomi. “Ternyata kalian memang dekat.” Senyuman Jennie memudar, ekspresi di wajah cantiknya berubah menjadi rasa bersalah seakan apa yang sudah dia bicarakan kepada Naomi adalah kesalahan yang tidak disengaja . “Ah, maaf, saya sudah berbicara berlebihan. Mungkin karena saya dan Axel pernah berpacaran, saya tidak melupakan kebiasaan lama yang terlalu bersemangat saat membicarakan dia.” Wajah Naomi memucat kaget, tersadar jika wanita yang kini berdiri di hadapannya adalah mantan kekasih Axel, seseorang yang sudah dibicarakan oleh Hutton. Melihat keterdiaman Naomi yang terkejut, Jennie tersenyum puas. “Senang berkenalan denganmu, sampai jumpa Naomi.” Jennie me
Naomi terus memainkan musiknya meski perhatiannya tidak teralihkan pada Axel yang kii didatangi Jennie. Risih, itulah yang Naomi rasakan pertama kali, tidak berapa lama dia merasakan berubah menjadi sakit seperti ada sesuatu yang menusuk begitu dalam di dadanya. Wajah Naomi suram, melihat Jennie tersenyum dan segera pergi setelah melewati percakapan singkatnya. Axel tidak memberitahu apapun padanya tentang Jennie dan tentang kedatangannya ke pesta, meski kini Naomi dan Axel bersama karena sebuah kontrak, Naomi tetap merasa dikhianati atas ketidak jujuran Axel. Semua orang tahunya Axel adalah pasangan Naomi, sangat memalukan jika Naomi lebih tahu masalah ini dari orang luar. Sedih dan kesal dirasakan secara bersamaan, entah mengapa mata Naomi terasa panas ingin menangis, reaksi perasaan Naomi sangat mirip seperti saat dia mendengar Jaden akan bertunangan dengan Feira. Hancur dan cemburu.. Cemburu? Apakah kali ini juga Naomi cemburu, karena itulah dia marah? Naomi mulai bertanya-t
Axel mematung kaget dengan pupil mata melebar mendengar pengakuan cinta Naomi yang tidak terduga, tanpa sadar Axel mengusap dadanya yang berdebar kencang. “Ka-kau jatuh cinta padaku?” tanya Axel tidak percaya. Naomi semakin tidak bisa menghentikan tangisannya, gadis itu tertunduk sedih, merasa bersalah sekaligus sangat malu karena sudah berbicara yang gegabah, tidak mengontrol diri. “Jawab aku Naomi,” pinta Axel. “Maafkan aku Axel,” tangis Naomi menutupi wajahnya dengan kuat. “Aku sungguh minta maaf, aku sudah melanggar kontrak kita dan sudah jatuh cinta padamu. Jika sekarang kau ingin memecatku, aku akan menerimanya,” ucap Naomi penuh sesal. Axel terperangah, pria itu menarik napasnya dalam-dalam mencoba meyakini bahwa apa yang sedang terjadi sekarang ini bukan mimpi, bukan pula sebuah hayalan. Keterdiam Axel yang tidak menjawab membuat Naomi sesak, Naomi sudah sering mengungkapkan cinta dan dia juga sudah sering mendengar penolakan. Ini untuk pertama kalinya Naomi mengungkapka
Sejak pagi buta Axel pergi ke perusahaan dan melakukan rapat dadakan, ada sesuatu penting yang dibahas hingga rapat itu dipimpin langsung oleh Teresia. Semalam, di pesta, diam-diam Teresia dan Axel melakukan pembahasan penting dengan beberapa orang penting lainnya. Rapat penting yang dilakukan berjam-jam itu akhirnya berakhir, Teresia pergi dengan cepat bersama beberapa orang lainnya menyisakan Axel dan Hans yang kini duduk beristirahat, menunggu reaksi besar dari orang-orang yang ada di dalam perusahaan. Axel menyandarkan kepalanya di kursi, pria itu melihat keluar jendela melihat langit yang cerah. Tiba-tiba saja Axel jadi teringat Naomi. Sedang apa Naomi sekarang? batin Axel bertanya, dengan terburu-buru Axel mengeluarkan handponenya dan memeriksanya. Naomi memberinya satu pesan pemberitahuan jika kini dia tengah berada di bukit sedang menanam bunga yang sudah Axel berikan kepadanya. Sudut bibir Axel terangkat, pria itu tidak dapat menahan senyuman lebarnya. Hans yang memperh
Selesai menanam semua bunga pemberian dari Axel, kini Naomi akhirnya memutuskan keluar dan bertemu dengan Jaden untuk memenuhi janjinya semalam. Ada banyak cerita yang ingin Naomi dengar tentang ayahnya, tentang apa yang sebenarnya telah terjadi pada Jaden dan Feira hingga mereka putus. Naomi ingin bertanya bukan hanya karena penasaran, dia menyayangkan betapa mudahnya Jaden putus dengan Feira padahal sebentar lagi mereka mempublikasikan pertunangan. Naomi juga tahu betapa sayangnya Jaden pada Feira selama ini, mengejutkan Jaden bisa memutuskan hubungan mereka begitu saja. Naomi dan Jaden bertemu di sebuah restaurant yang tidak jauh dari kediaman Axel, pertemuan ini untuk pertama kalinya terasa berbeda sampai membuat Naomi terkejut dengan dirinya sendiri. Dulu, Naomi selalu heboh sendiri memikirkan pakaian apa yang harus dipakai, dalam beberapa puluh menit sekali dia sering melihat cermin hanya untuk memastikan apa dia sudah tampil cantik atau tidak. Semua hal itu selalu Naomi laku
“Sejujurnya kita bisa berteman Naomi,” ucap Jennie sedikit melunak karena cara dia mempengaruhi Naomi tidak berpengaruh apapun. “Aku mungkin sudah bersikap berlebihan kepadamu sejak di pesta dan membuatmu menjadi berpikir buruk tentangku. Satu hal yang sebenarnya perlu kau tahu, aku adalah teman yang baik untuk Axel dan akan selalu mendukungnya, termasuk mendukung hubungan kalian.” Naomi sempat terdiam lama, mencoba menelaah alasan mengapa Jennie berkata seperti itu kepadanya. “Untuk apa menjelaskan bahwa kau adalah orang baik?” “Karena aku ingin berteman denganmu.” “Apa yang Axel miliki adalah milikku. Namun, teman Axel, bukan berarti harus berteman denganku juga,” jawab Naomi. Jennie tersentak kaget mendengarkan jawaban penolakan Noami yang lembut namun cukup keras hingga membuat Jennie terdiam malu. “Sampai jumpa Naomi, mungkin di masa depan nanti kau mau berteman dengaku,” ucap Jennie samar, dalam satu gerakan wanita itu berbalik pergi meninggalkan Naomi yang kini langsung te