Kegelapan malam terlihat di balik gorden yang berkibar tersapu angin, Naomi terbaring di balik selimut dan dekapan Axel yang masih memeluknya, gadis itu melihat rembulan yang bersinar terang.Malam yang terang mengingatkan Naomi pada Magnus, dulu mereka pernah menghabiskan waktu di atap mall hanya untuk menikmati satu cup mie instant sambil menunggu kembang api yang menyala dalam perayaan tahun baru.Itu adalah kenangan terakhirnya Naomi bersama Magnus saat mereka menikmati malam bersama-sama.Teringat dalam benak Naomi jika tadi dia ingin meminta izin kepada Axel untuk pergi pulang, Naomi sampai lupa mengatakannya karena terlalu larut dalam percintaan yang panas bersama Axel yang terlalu lama menahannya di ranjang.“Axel, aku boleh meminta sesuatu padamu?” tanya Naomi.Axel membalasnya dengan gumaman, pria itu mengecup bahu Naomi dan mengusap helaian rambutnya yang berantakan. Axel malas bergerak sampai waktu dua jam yang dia miliki hampir habis, pasti Hans akan mengomel jika nanti A
Air mata kembali berjatuhan, mata Rihana diratapi kesedihan yang tidak terbendung begitu tahu putranya melihat apa yang terjadi.“Sudah cukup bicaramu, aku tidak mau mendengar omong kosong lagi,” ucap Hutton dengan dingin tidak mempedulikan luka Rihana.“Kita belum selesai bicara,” ucap Rihana dengan suara bergetar.“Kita lanjutkan saja besok, aku sudah muak di rumah,” jawab Hutton seraya menggiling lengan kemejanya, pria itu berbalik hendak pergi.“Kau akan pergi ke tempat selingkuhanmu?” bisik Rihana bertanya.Hutton terdiam, pria itu kembali berbalik dan menatap tajam Rihana, keduanya saling berpandangan penuh dengan ketegangan.“Jika kau pergi ke tempat selingkuhanmu, tolong jangan kembali ke rumah,” ucap Rihana.Rahang Hutton mengetat, dalam dua langkah tidak terduga pria itu mendekat dan meraih sebuah pas bunga, tangan ragu Hutton melempar pas bunga itu pada kepala Rihana hingga kepala Rihana bercucuran darah.Telinga Rihana berdenging sakit, dia sampai tidak bisa bergerak dan m
“Aku minta maaf,” lirih Armon dengan napas tersenggal.Rihana membuang mukanya enggan melihat, desakan air mata kembali mengganggunya, mendesak Rihana untuk menangis. “Kau tidak perlu meminta maaf, kau tidak memiliki kesalahan apapun.”“Aku salah, aku sudah keliru menilai Ibu. Maafkan aku, aku menyesal.”Rihana mengangguk tanpa suara, dia malu untuk menunjukan lebih banyak sisi dirinya yang menyedihkan.Armon memberanikan diri untuk mendekat dan meraih tangan ibunya setelah sekian lamanya dia tidak pernah melakukan kontak fisik dengan ibunya, tanpa ragu kini Armon memeluk Rihan dengan erat.Tubuh Rihana menegang kaget, desakan tangisan yang dia tahan, ketegaran yang berusaha dia pertahankan luruh lantah hanya dengan sebuah pelukan dari putranya yang selama ini selalu dia rindukan.Rihana terisak membalas pelukan Armon. “Jangan mengkhawatirkan ibu, ibu baik-baik.”“Aku akan pergi sekolah ke luar negeri, aku akan mendukung perceraian Ibu. Bercerailah, jangan terus bertahan dengan seseor
Axel berdiam diri di dalam mobilnya, kini dia sudah berada di area parkiran gedung apartement Jennie. Panggilan Jennie kali ini berhasil mengundang Axel untuk datang, namun keraguan masih bergelayut di hatinya.Axel khawatir jika ini hanya sebuah jebakan, namun disisi lain Axel percaya bahwa Jennie tidak mungkin bertindak gegabah karena dia tahu konsekuensinya jika dia mencoba mempermainkan Axel.Tapi, apakah dengan menemui Jennie seperti adalah sebuah keputusan yang benar?Axel tidak gelisah bertemu dengan mantan pacarnya, dia sudah tidak memiliki perasaan apapun lagi, yang Axel pikirkan adalah konsekuensi yang harus dia terima bila menemui Jennie.Dengan berat hati Axel segera keluar dari mobilnya dan pergi masuk, pria itu terlalu tenang karena menganggap sudah tidak memiliki hubungan apapun lagi, dia melupakan kebenaran jika Jennie seorang public figure, dan diam-diam ada seseorang yang mengambil photo dirinya ketika masuk ke dalam gedung apartement hingga menekan bel pintu kamar J
“Axel,” Jennie beranjak dan memutuskan duduk di sisi Axel, wanita itu memberanikan diri menggenggam tangan Axel. “Tenangkan dirimu, kau tidak boleh lemah.”Axel mencoba mengatur napasnya dan mengenyahkan pikiran buruk yang membuatnya kehilangan banyak konsentrasi. Ada rasa sakit yang sangat kuat menusuk hati Axel, teringat kembali wajah terakhir ibunya sebelum menghembuskan napas terakhirnya.Tatapan matanya menyiratkan banyak beban yang belum dia selesaikan.“Axel, kau baik-baik saja?”“Aku baik-baik saja,” ucap Axel seraya melepaskan genggaman tangan Jennie dan sedikit bergeser menjauh untuk menghindari usapan wanita itu di bahunya.“Axel_”“Kita bicarakan ini di lain waktu, ini bukan saat yang tepat, sekarang aku harus pulang,” ucap Axel lagi sebelum beranjak.Segala sesuatu tentang orang tuanya sangat berarti untuk Axel, sangat berat untuknya melihat kembali wajah ibunya di hari-hari terakhirnya. Kecelakaan yang menimpa ibu Axel memang tidak membuat Shue-Shen terluka parah, namun
“Axel, kau mengalami hari yang berat?” tanya Naomi serak, kegelisahan Axel bisa Naomi rasakan dari suara napasnya yang tidak beraturan.“Bagaimana kau tahu?”“Kau gelisah.”Samar Axel tersenyum, pria itu bergeser pelan dan menjatuhkan kepalanya di dada Naomi, menikmati usapan Naomi di kepalanya, Axel menarik helaian rambut Naomi dan memainkannya. “Kau benar, sepertinya aku mengalami hari yang berat akhir-akhir ini,” jawabnya dengan renungan.“Apa yang terjadi?”“Aku merasa seperti orang yang buruk.”Naomi menggeleng tidak mengerti, Axel adalah orang yang selalu percaya diri, bagaimana bisa kini menjadi berkecil hati? “Sepertinya ada yang salah denganmu, harus aku akui dengan jujur, kau salah satu pria terkeren yang aku temui,” jawab Naomi.“Aku juga merasa keren jika dilihat dari fisik dan uang yang kumiliki. Tapi aku memiliki sisi buruk di sisi lain,” aku Axel.“Benarkah?”Axel mendengus geli, di raihnya jari Naomi dan Axel menautkannya dengan jarinya. “Aku menyesal karena tidak bis
Senyuman lebar penuh kesenangan terlukis jelas di bibir mungil Naomi, gadis itu menikmati perjalannya yang untuk pertama kalinya merasakan naik jet pribadi super mewah seperti ini. Axel terlalu mudah mengeluarkan uang untuknya hanya karena alasan keselamatan.Naomi menutupi mulutnya dan tertawa pelan tidak dapat menghentikan kesenangannya diperlakukan seperti nyonya muda yang menikmati waktu liburannya secara privat.Naomi memutar kepalanya melihat ke belakang, ada beberapa pengawal yang terlihat duduk ikut bersantai menikmati perjalanan.Naomi sempat berpikir jika dia hanya akan melakukan perjalanan biasa untuk pulang, rupanya Axel tidak hanya menyiapkan jet pribadi dan beberapa pengawal, dia juga menyiapkan lebih dari sepuluh bingkisan yang dia kirimkan untuk Magnus sebagai perkenalan resmi.Naomi tidak tahu jika ternyata dia memiliki kekasih yang lebih dari kata loyal.“Axel benar-benar luar biasa, kuharap dia dan Ayah segera bertemu. Tidak mudah menemukan seseorang yang baik dan c
Dua jam telah beralalu..Naomi masih berpikir jika apa yang dia lihat saat ini seperti sebuah mimpi, Naomi berusaha menyangkal jika keadaan pahit ini bukanlah sesuatu yang nyata.Namun, semakin Naomi berusaha menyangkal, hatinya sangat sakit karena kebenaran yang tidak bisa dia terima.Naomi tertunduk membuang mukanya, beberapakali dia mengusap wajahnya yang basah karena tidak berhenti menangis melihat bagaimana banyak orang yang membantu membangunkan Magnus dan mendudukannya di kursi roda.Setengah tubuh Magnus sudah benar-benar tidak berfungsi, kondisi bahunya yang dulu kokoh kini miring dan kurus kering terbalut sweater tebal.Hati Naomi sangat sakit, dia tidak bisa berkata sepatah katapun lagi untuk menggambarkan seberapa hancurnya perasaannya sekarang melihat pemandangan yang tidak pernah dia bayangkan dalam hidupnya.Magnus sosok yang selama ini Naomi kenal adalah orang yang kuat, dia jarang sakit, bahkan ketika dia sakit, Magnus masih bisa pergi bekerja dan meminpin perusahaan.