“Aku minta maaf,” lirih Armon dengan napas tersenggal.Rihana membuang mukanya enggan melihat, desakan air mata kembali mengganggunya, mendesak Rihana untuk menangis. “Kau tidak perlu meminta maaf, kau tidak memiliki kesalahan apapun.”“Aku salah, aku sudah keliru menilai Ibu. Maafkan aku, aku menyesal.”Rihana mengangguk tanpa suara, dia malu untuk menunjukan lebih banyak sisi dirinya yang menyedihkan.Armon memberanikan diri untuk mendekat dan meraih tangan ibunya setelah sekian lamanya dia tidak pernah melakukan kontak fisik dengan ibunya, tanpa ragu kini Armon memeluk Rihan dengan erat.Tubuh Rihana menegang kaget, desakan tangisan yang dia tahan, ketegaran yang berusaha dia pertahankan luruh lantah hanya dengan sebuah pelukan dari putranya yang selama ini selalu dia rindukan.Rihana terisak membalas pelukan Armon. “Jangan mengkhawatirkan ibu, ibu baik-baik.”“Aku akan pergi sekolah ke luar negeri, aku akan mendukung perceraian Ibu. Bercerailah, jangan terus bertahan dengan seseor
Axel berdiam diri di dalam mobilnya, kini dia sudah berada di area parkiran gedung apartement Jennie. Panggilan Jennie kali ini berhasil mengundang Axel untuk datang, namun keraguan masih bergelayut di hatinya.Axel khawatir jika ini hanya sebuah jebakan, namun disisi lain Axel percaya bahwa Jennie tidak mungkin bertindak gegabah karena dia tahu konsekuensinya jika dia mencoba mempermainkan Axel.Tapi, apakah dengan menemui Jennie seperti adalah sebuah keputusan yang benar?Axel tidak gelisah bertemu dengan mantan pacarnya, dia sudah tidak memiliki perasaan apapun lagi, yang Axel pikirkan adalah konsekuensi yang harus dia terima bila menemui Jennie.Dengan berat hati Axel segera keluar dari mobilnya dan pergi masuk, pria itu terlalu tenang karena menganggap sudah tidak memiliki hubungan apapun lagi, dia melupakan kebenaran jika Jennie seorang public figure, dan diam-diam ada seseorang yang mengambil photo dirinya ketika masuk ke dalam gedung apartement hingga menekan bel pintu kamar J
“Axel,” Jennie beranjak dan memutuskan duduk di sisi Axel, wanita itu memberanikan diri menggenggam tangan Axel. “Tenangkan dirimu, kau tidak boleh lemah.”Axel mencoba mengatur napasnya dan mengenyahkan pikiran buruk yang membuatnya kehilangan banyak konsentrasi. Ada rasa sakit yang sangat kuat menusuk hati Axel, teringat kembali wajah terakhir ibunya sebelum menghembuskan napas terakhirnya.Tatapan matanya menyiratkan banyak beban yang belum dia selesaikan.“Axel, kau baik-baik saja?”“Aku baik-baik saja,” ucap Axel seraya melepaskan genggaman tangan Jennie dan sedikit bergeser menjauh untuk menghindari usapan wanita itu di bahunya.“Axel_”“Kita bicarakan ini di lain waktu, ini bukan saat yang tepat, sekarang aku harus pulang,” ucap Axel lagi sebelum beranjak.Segala sesuatu tentang orang tuanya sangat berarti untuk Axel, sangat berat untuknya melihat kembali wajah ibunya di hari-hari terakhirnya. Kecelakaan yang menimpa ibu Axel memang tidak membuat Shue-Shen terluka parah, namun
“Axel, kau mengalami hari yang berat?” tanya Naomi serak, kegelisahan Axel bisa Naomi rasakan dari suara napasnya yang tidak beraturan.“Bagaimana kau tahu?”“Kau gelisah.”Samar Axel tersenyum, pria itu bergeser pelan dan menjatuhkan kepalanya di dada Naomi, menikmati usapan Naomi di kepalanya, Axel menarik helaian rambut Naomi dan memainkannya. “Kau benar, sepertinya aku mengalami hari yang berat akhir-akhir ini,” jawabnya dengan renungan.“Apa yang terjadi?”“Aku merasa seperti orang yang buruk.”Naomi menggeleng tidak mengerti, Axel adalah orang yang selalu percaya diri, bagaimana bisa kini menjadi berkecil hati? “Sepertinya ada yang salah denganmu, harus aku akui dengan jujur, kau salah satu pria terkeren yang aku temui,” jawab Naomi.“Aku juga merasa keren jika dilihat dari fisik dan uang yang kumiliki. Tapi aku memiliki sisi buruk di sisi lain,” aku Axel.“Benarkah?”Axel mendengus geli, di raihnya jari Naomi dan Axel menautkannya dengan jarinya. “Aku menyesal karena tidak bis
Senyuman lebar penuh kesenangan terlukis jelas di bibir mungil Naomi, gadis itu menikmati perjalannya yang untuk pertama kalinya merasakan naik jet pribadi super mewah seperti ini. Axel terlalu mudah mengeluarkan uang untuknya hanya karena alasan keselamatan.Naomi menutupi mulutnya dan tertawa pelan tidak dapat menghentikan kesenangannya diperlakukan seperti nyonya muda yang menikmati waktu liburannya secara privat.Naomi memutar kepalanya melihat ke belakang, ada beberapa pengawal yang terlihat duduk ikut bersantai menikmati perjalanan.Naomi sempat berpikir jika dia hanya akan melakukan perjalanan biasa untuk pulang, rupanya Axel tidak hanya menyiapkan jet pribadi dan beberapa pengawal, dia juga menyiapkan lebih dari sepuluh bingkisan yang dia kirimkan untuk Magnus sebagai perkenalan resmi.Naomi tidak tahu jika ternyata dia memiliki kekasih yang lebih dari kata loyal.“Axel benar-benar luar biasa, kuharap dia dan Ayah segera bertemu. Tidak mudah menemukan seseorang yang baik dan c
Dua jam telah beralalu..Naomi masih berpikir jika apa yang dia lihat saat ini seperti sebuah mimpi, Naomi berusaha menyangkal jika keadaan pahit ini bukanlah sesuatu yang nyata.Namun, semakin Naomi berusaha menyangkal, hatinya sangat sakit karena kebenaran yang tidak bisa dia terima.Naomi tertunduk membuang mukanya, beberapakali dia mengusap wajahnya yang basah karena tidak berhenti menangis melihat bagaimana banyak orang yang membantu membangunkan Magnus dan mendudukannya di kursi roda.Setengah tubuh Magnus sudah benar-benar tidak berfungsi, kondisi bahunya yang dulu kokoh kini miring dan kurus kering terbalut sweater tebal.Hati Naomi sangat sakit, dia tidak bisa berkata sepatah katapun lagi untuk menggambarkan seberapa hancurnya perasaannya sekarang melihat pemandangan yang tidak pernah dia bayangkan dalam hidupnya.Magnus sosok yang selama ini Naomi kenal adalah orang yang kuat, dia jarang sakit, bahkan ketika dia sakit, Magnus masih bisa pergi bekerja dan meminpin perusahaan.
Tangan Jennie terlihat gemetar memegang erat handponenya, wanita itu tampak marah sekaligus kecewa karena berita yang sudah dia buat mahal-mahal harus menghilang hanya dalam hitungan jam.Ini tidak seperti yang Jennie rencanakan.Handpone Jennie bergetar, wanita itu menerima pesan dari anak buahnya yang memberi laporan jika kini Naomi sudah berada di kota Andreas.Sejenak wanita itu terdiam dan terlihat seperti sedang berpikir sampai akhirnya Jennie tersenyum lebar, berpikir jika kepergian Naomi sementara waktu adalah celah yang sangat besar untuknya bisa kembali bersama Axel.Dengan cepat Jennie kembali membuka handponenya dan menghubungi seseorang.“Aku ingin membuat lebih banyak rumor, jika berita yang kubuat bisa diturunkan, kita sebarkan berita ini melalui para pengguna media social agar bisa sampai kepada Naomi,” ucap Jennie dengan penuh tekanan.Tanpa menunggu jawaban, Jennie segera mengakhiri teleponnya dan pergi keluar dari toilet. Jennie melenggang pergi menuju tempat latih
Axel duduk berhadapan dengan Rihana, sangat jarang dia memiliki kesempatan untuk memiliki waktu berdua seperti ini. Axel tidak memiliki hubungan yang cukup baik dengan Rihana, namun dia juga tidak memiliki hubungan yang buruk dengan bibinya itu.Tidak pernah ada masalah sedikitpun di antara mereka berdua, Axel juga tidak pernah membenci Rihana, namun karena Rihana memiliki suami yang buruk, Axel memilih untuk tidak memiliki ikatan apapun dengannya.Hutton adalah anak dari teman kakek Axel yang dulu pernah bekerja di perusahaan, ayah Hutton salah satu orang kepercayaan keluarga Morgan yang berjasa dalam memberi akses ke luar negeri hingga kemajuan maskapai penerbangan bisa maju pesat.Ayah Hutton memiliki hubungan yang erat dengan keluarga Morgan, bahkan dulu Hutton pernah mendapatkan beasiswa dan satu sekolah dengan ayah Axel. Hingga akhirnya, Hutton dijodohkan dengan Rihana oleh kakek Axel.Ketika ayah Axel lengser dari posisinya sebagai peminpin perusahaan, diam-diam ayah Hutton men