Pembicaraan itu membuat Axel cukup kecewa dan sedih, lebih mengecewakannya lagi, hal buruk itu terjadi di hari ulang tahunnya. Axel yang sudah beranjak dewasa hanya bisa diam dan mencoba berpura-pura tidak tahu dengan apa yang sudah dibicarakan kedua orang tuanya. Axel pergi ke dapur, bersikap biasa begitu kedua orang tuanya datang dengan senyuman memperlihatkan diri bahwa tidak terjadi apa-apa. Axel sendiri berpura-pura tidak tahu jika hari ini kedua orang tuanya tengah berpura-pura bahagia. Lambat laun, seiring dengan berjalannya waktu, kedua orang tua Axel akhirnya menceritakan rencana perceraian mereka, Axel yang sudah tahu tampak bersikap biasa saja seakan tidak memiliki kesedihan dan membuat orang berpikir jika sebenarnya Axel tidak begitu peduli dengan kedua orang tuanya. Proses perceraian berjalan dengan cepat, dan Shue-Shen mengambil alih semua kepeminpinan. Perceraian itu membuat Axel mulai mengenal arti kesepian yang sesungguhnya, Shu-Shen semakin sibuk dan Gillbert te
Sharen berjabatan tangan dengan seseorang di sebuah café, mereka baru selesai berdiskusi mengenai mengatur waktu pertemuan karena mulai beberapa hari kedepan Axel akan membuka lowongan pekerjaan secara khusus untuk mahasiswa yang baru lulus sekolah. Perombakan banyak karyawan terjadi lebih dari setengah jumlah karyawan yang ada, sekecil apapun orang yang terlibat dalam tindakan kotor akan dibersihkan, kebanyakan orang dituntut di pengadilan. Secara terang-terangan, Axel sengaja akan menekan keras semua orang Hutton agar mereka lelah dan terpaksa buka suara siapa yang sudah mendalangi mereka. Tindakan Axel memang menciptakan banyak kegaduhan dan isu yang tidak sedap dalam beberapa hari terakhir, namun kini semuanya mereda begitu cepat sejak kabar lowongan pekerjaan dibuka untuk mahasiswa yang baru lulus. Tamu bicara Sharen akhirnya pergi, begitu pula dengan Sharen yang kini membenah beberapa buku dan tabletnya. Belum sempat Sharen beranjak pergi, seorang tamu yang tidak diundang da
Setelah mendengarkan keseluruhan cerita tentang Axel dari David, Naomi akhirnya memutuskan untuk membuat kue untuk Axel. Naomi senang, berkat orang-orang yang terus berbuat baik kepadanya, Naomi bisa mengenal Axel jauh lebih baik lagi sehingga tidak menciptakan prasangka buruk lagi disetiap tindakan yang Axel ambil. Naomi tidak pandai membuat kue, dia sampai harus dibantu juru masak. Tampaknya Naomi harus sangat bekerja keras karena beberapa kali kue yang dibuatnya bantet, gosong sampai harus mengulanginya kebih dari dua kali. “Nona, Anda tidak memiliki hadiah untuk diberikan?” tanya David memperhatikan kesibukan Naomi yang harus selesai mengulang kembali membuat kue yang dia inginkan. “Axel sudah memiliki segalanya, rasanya dia tidak membutuhkan apapun lagi.” David tersenyum geli, “Kata siapa tuan Axel sudah memiliki segalanya? Dia belum memiliki nona sepenuhnya,” jawab David menyiratkn sesuatu agar Naomi bisa paham apa yang telah dia katakan. “Aku tidak mengerti maksudnya David.
“Selamat datang Tuan,” sambut David tersenyum lebar melihat kedatangan Axel yang datang lebih awal dari biasanya, David membantu melepas jass Axel dan mengambil tas kerjanya.“Di mana Naomi?” tanya Axel melihat ke sekitar.David tersenyum ketar-ketir membuat Axel langsung menyipitkan matanya menatap curiga.“Ada apa? Apa terjadi sesuatu?” tanya Axel.“Nona Naomi sedang ada di dapur,” jawab David tesenyum dengan wajah yang pucat pasi karena rencananya kali ini tidak berjalan lancar. Alih-alih membuat Naomi senang mempersiapkan kejutan untuk Axel, David malah membuat Naomi setres karena semua kuenya gagal.Kegagalan demi kegagalan membuat kue mendadak membuat Naomi dendam kepada dirinya sendiri dan tidak mau berhenti membuat kue sebelum kue keinginanya dapat dibuat.Axel segera pergi ke dapur untuk memeriksa apa yang sebenarnya dilakukan gadis itu sekarang, tidak seperti biasanya dia ada di dapur. Begitu Axel sampai ke dapur, pria itu bisa mencium aroma hangus dan melihat pemandangan da
Suara isakan terdengar di kamar mandi, Naomi duduk meringkuk di bathup terlihat masih menangis karena kesal. Naomi berpikir hari ini akan berakhir dengan baik, tapi ternyata sebaliknya. Ternyata, tidak semua niat baik akan diterima dengan baik. Dibandingkan dengan kesal karena kemarahan Axel, Naomi justru kesal kepada dirinya sendiri yang tidak bicara tidak tepat pada waktunya. “Aku seharusnya tidak marahan dengan Axel, bagaimana jika karena kita bertengkar, Axel jadi semakin sedih?” ucap Naomi bertanya kepada dirinya sendiri. Naomi memukul permukaan air yang dipenuhi oleh busa, dia tidak berhenti merutuki dirinya sendiri karena sudah bersikap kasar, “Seharusnya aku memahami Axel yang hari ini sedang sensitif, dasar bodoh.” Naomi menyesal, memang dia sangat kesal dengan reaksi tindak menyenangkan Axel, namun Naomi tersadar jika seharusnya dia lebih bersabar dan tidak ikut terbawa emosi. Axel membenci hari ulang tahunnya dengan banyak alasan penting, tidak mudah menyukai sesuatu yan
Jennie duduk di sofa, wanita itu hanya membelit tubuhnya dengan handuk karena baru selesai mandi. Jennie menikmati segelas anggur dan memperhatikan handponenya dengan seksama. Seharusnya Axel sudah memeriksa apa yang sudah Jennie berikan kepadanya, tidak mungkin Axel tidak memeriksanya. Namun, mengapa sampai saat ini Axel tidak sekalipun menghubunginya, padahal ini sudah berjalan tiga jam lebih. Apakah bukti yang Jennie berikan tidak berpengruh sama sekali? Ataukah karena hari ini dia ulang tahun? Jennie tahu, Axel memiliki masalah jika berhubungan dengan hari ulang tahunnya. Jennie menyesap anggurnya perlahan, wanita itu melihat ke sisi, memperhatikan dirinya sendiri melalui cermin yang berada di dinding. Jennie mulai bertanya-tanya, apakah kecantikannya yang sekarang tidak lagi bisa menarik perhatian Axel? Mengapa Axel terlihat biasa saja saat bertemu dengannya? Suara bel di pintu terdengar membuat Jennie tersenyum lebar, beranjak dengan cepat tanpa mempedulikan penampilannya sa
Naomi tertunduk menutupi wajahnya dengan tangan, mendadak dia ikut malu sekaligus senang mendengar pengakuan Axel. “Jadi, kau belum pernah tidur dengan siapapun? Maksudmu, ini pengalaman pertamamu juga?” tanya Naomi samar dengan bibir yang tidak terkontrol, tidak dapat menahan diri untuk menunjukan senyuman lebarnya.Axel membuang mukanya seketika, warna merah di wajahnya kian terlihat. “Aku hanya akan tidur dengan wanita yang akan menjadi isteriku saja,” jawab Axel.Naomi menelan salivanya dengan kesulitan, pembicaraan mereka menjadi semakin jauh dan dalam, namun ini jelas akan memberitahu Naomi tentang seperti apa Axel Morgan sebenarnya dan apa yang Axel mau dari hubungan mereka.Senyuman di bibir Naomi kian melebar, hatinya hangat berletupan, Naomi merasa sangat beruntung karena bertemu dengan pria yang jauh lebh baik dari apa yang diharapkan.“Aku mengerti.”“Kau tidak mengerti,” sela Axel memotong ucapan Naomi. “Maksud, ehm, maksudku, aku mau tidur denganmu jika kau juga mau meni
“Kita sudah saling cukup mengenal dengan baik, apa aku terlalu terburu-buru mengajaknya menikah? Bukankah jika sudah yakin saling mencintai, tidak sepatutnya ditunda hanya untuk mencari keraguan?” tanya Axel pada kesunyian.Axel bergerak gelisah tidak bisa tidur, Naomi yang pergi ditengah-tengah percakapan serius mereka menyisakan banyak pertanyaan-pertanyaan yang bermunculan di kepala Axel.Axel sedikit khawatir, reaksi tidak biasa Naomi yang menanggapi ucapannya yang spontan mengenai pernikahan membuat Axel bertanya-tanya, apakah Naomi tidak memiliki keinginan untuk menikah dengannya?Jika benar Naomi tidak ingin menikah dengannya, alasannya apa? Apa Axel tidak cukup memenuhi criteria Naomi? lalu apa kekurangannya?Semakin Axel mencoba menelaah dan memikirkannya, semakin banyak pertanyaan yang bermunculan di kepalanya.“Apa ini karena masalah orang tuanya yang belum aku temui?” Tanya Axel pada pikirannya sendiri.Axel kembali menerka-nerka, kini dia berpikir jika Naomi tidak suka Ax