Share

BAB 121: Menikah?

Penulis: Asayake
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Kita sudah saling cukup mengenal dengan baik, apa aku terlalu terburu-buru mengajaknya menikah? Bukankah jika sudah yakin saling mencintai, tidak sepatutnya ditunda hanya untuk mencari keraguan?” tanya Axel pada kesunyian.

Axel bergerak gelisah tidak bisa tidur, Naomi yang pergi ditengah-tengah percakapan serius mereka menyisakan banyak pertanyaan-pertanyaan yang bermunculan di kepala Axel.

Axel sedikit khawatir, reaksi tidak biasa Naomi yang menanggapi ucapannya yang spontan mengenai pernikahan membuat Axel bertanya-tanya, apakah Naomi tidak memiliki keinginan untuk menikah dengannya?

Jika benar Naomi tidak ingin menikah dengannya, alasannya apa? Apa Axel tidak cukup memenuhi criteria Naomi? lalu apa kekurangannya?

Semakin Axel mencoba menelaah dan memikirkannya, semakin banyak pertanyaan yang bermunculan di kepalanya.

“Apa ini karena masalah orang tuanya yang belum aku temui?” Tanya Axel pada pikirannya sendiri.

Axel kembali menerka-nerka, kini dia berpikir jika Naomi tidak suka Ax
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
D6ta
duh so sweet banget sih mereka ......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 122: Melepas Malam

    Samar Naomi mulai tersenyum, “Aku mau menikah denganmu.”Jawaban Naomi berhasil membuat Axel terdiam dalam beberapa detik, degup jantungnya berdetak kencang tidak beraturan, kebahagiaan seketika membuncah di dalam hatinya selayaknya bunga yang bermekaran di bawah sinar matahari pagi.Axel menelan salivanya dengan kesulitan, pria itu kehilangan kata-kata untuk mengungkapkan seberapa bahagianya dia saat ini sampai membuat dia tidak percaya jika Naomi setuju akan menikah dengannya.“Kau serius?” tanya Axel membutuhkan kepastian agar apa yang telah didengarnya bukan kesalahan.Naomi mengangguk dengan sebuah senyuman cantik yang terukir di bibirnya.“Aku akan segera menyiapkan lamaran istimewa untukmu,” kata Axel bersemangat. “Katakanlah, kau mau lamaran seperti apa dan cincin seperti apa, aku akan mempersiapkannya dengan sempurna.”Senyuman Naomi semakin melebar. “Kau tidak perlu melakukan lamaran apapun, cukup datang langsung kepada ayahku dan minta izinlah kepadanya.”“Apa maksudmu? Apa

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 123: Pagi Baru

    Naomi terbaring kaku di bawah selimut, wajahnya tidak berhenti memerah karena malu dan jantungnya berdebar kencang teringat apa yang telah terjadi sepanjang malam. Pengalaman pertamanya yang dia bagi bersama Axel jauh lebih mengesankan dari apa yang diharapkan.Sepanjang malam mereka berbagi pengalaman yang panas meski pada awalnya sesekali berhenti karena gugup.Sudut bibir Naomi terangkat, gadis itu tercekikik geli, terbayang wajah Axel yang berbeda dari biasanya ketika mereka bercinta, pria yang selalu bersikap terhormat itu terlihat sedikit kacau tidak terkendali.Seluruh permukaan kulit Naomi meremang, tubuhnya menegang merasakan usapan lembut tangan Axel yang menyapu permukaan perutnya.“Apa yang kau tertawakan?” suara serak Axel di belakang membuat Naomi mengatupkan bibirnya seketika.Axel menarik tubuh Naomi, menguatkan pelukannya dan mengecup bahu telanjang Naomi. Axel memejamkan matanya kembali dan terlelap tidur tidak mempedulikan hal yang lain.“Axel, kau harus bangun, ini

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 124: Tawaran

    “Selamat pagi, aku punya sesuatu untukmu,” sapa Hutton dengan senyuman.“Seharusnya kau menghubungiku saja jika semuanya bisa dibicarakan.”“Aku tidak mungkin datang jauh-jauh ke sini jika semuanya hanya bisa dibicarakan saja.”Jennie mundur seketika, dia membuka lebih lebar pintunya dan membiarkan Hutton masuk ke dalam. “Apa tentang Axel?”“Benar.” Hutton langsung duduk tanpa menunggu dipersilahkan, pria paruh baya itu meneliti penampilan segar Jennie dengan siluet tubuh yang membangunkan hasratnya yang tidak dia pikirkan sebelumnyaHutton membuang napasnya dengan kasar, mengenyahkan pikiran kotornya dari fantasi kotornya bercinta dengan Jennie.Jennie ikut duduk di hadapan Hutton. “Ada apa lagi?”Hutton mengeluarkan sebuah flashdisc dan meletakannya di atas meja, “Ini adalah rekaman cctv mengenai pelaku sabotase kendaraan ibu Axel. Kita akan memancing rasa penasaran dan memecah konsentrasinya dengan bukti ini, Axel tidak mungkin mengabaikan hal yang menyangkut kecelakaan yang pernah

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 125:

    Sore telah berlalu, Axel baru selesai menyelesaikan meeting terakhirnya tepat ketika matahari akan terbenam, pria itu memutuskan pergi ke ruangan salah satu timnya untuk kembali melanjutkan pekerjaan yang harus dia pantau.Hari ini Axel cukup sibuk karena harus membentuk banyak tim untuk mengusut kasus korupsi di dalam perusahaan, di sisi lain Axel juga menyelidiki keaslian barang bukti yang dia dapat dari Jennie mengenai kecelakaan yang terjadi pada pamannya. Segelas kopi diterima Axel ketika Sharen datang menghampirinya.“Bagaimana dengan tugas yang aku berikan?” tanya Axel.“Berjalan lancar, kabarnya sudah menyebar dengan baik dan aku dengar Huton sudah mulai menemui beberapa orang dari luar negeri agar bisa membeli perusahaanya.”Axel tersenyum puas mendengarnya. Tidak banyak orang yang tahu, jika keluarga Sharen adalah pemilik dua persen saham di perusahaan penerbangan keluarga Morgan.Nama mereka yang dirahasiakan atas kepemilikan saham, kini akhirnya digunakan untuk menjebak H

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 126: Perubahan Axel

    Naomi memutuskan pulang secepatnya setelah berbicara dengan Benedic, gadis itu terlihat berantusias untuk membangun sebuah hubungan yang lebih erat dengan Axel untuk memastikan bahwa menikah dengan Axel bukanlah kesalahan meski mereka baru mengenal dalam waktu yang singkat.Dua puluh empat tahun lamanya Naomi berada dalam kesendirian dan seperti terjebak dalam kesulitan jika berusan dengan cinta. Semenjak mengenal Axel, segala kesulitan itu seperti menghilang secara perlahan, lebih menakjubkannya lagi hubungan Naomi dan Axel tidak mendapatkan pertentangan apapun.“David,” panggil Naomi begitu dia memasuki ruangan belakang.David segera menghentikan pekerjaannya dari buku catatannya dan melihat Naomi. “Ya, ada apa Nona?”Naomi mendekat, berdiri di sisi David yang tengah sibuk memeriksa persediaan stock makanan.“David, menurutmu, berapa besar kemungkinan jika aku dan Axel akan berjodoh?” tanya Naomi.Pupil mata David terbelalak tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya mendengar perta

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 127: Rindu

    “Selamat datang Tuan,” sambut David dengan senyuman kaku menyembunyikan keterkejutannya karena Axel pulang lebih cepat dari apa yang dipikirkan.“Di mana Naomi?” tanya Axel dengan pandangan mengedar.“Nona Naomi ada di perpustakaan.”“Tolong panggil dia ke kamarku.”Dengan senyuman penuh arti David mengangguk mengerti.Dalam langkah yang lebar Axel langsung pergi, dia tidak memiliki banyak waktu karena harus kembali ke perusahaan. Sesaat Axel berhenti sejenak di sisi pintu kaca, melihat ke arah bukit dan pohon oak yang kini terlihat lebih terang.“Sayang sekali,” bisik Axel, sudah cukup lama dia dan Naomi tidak menghabiskan waktu di bukit, kesibukan yang terjadi membuat Axel tidak memiliki waktu bersantai.Axel menarik lepas dasi yang masih terpasang di kemejanya, pria itu kembali melangkah, memutuskan pergi ke kamarnya.***Naomi tertunduk melihat handpone yang terletak di atas buku, sejak tadi dia berusaha menghubungi Harvey dan telepon rumah, namun tidak ada yang merespon panggilan

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 128: Melepas Rindu

    “Kenapa diam? Kemarilah,” panggil Axel terdengar lembut.“Ka-kau mau apa?” tanya Naomi terbata.Axel menyeringai, dia menurunkan handuk kecil dan melemparkannya ke sisi kursi. “Memangnya kau tidak merindukanku?”Wajah Naomi bersemu malu. “Aku merindukanmu,” aku Naomi dengan suara yang pelan.“Karena itu, kemarilah, aku ingin memelukmu.”Naomi berdeham pelan mencoba mengurangi kegugupan perasaan berdebarnya, gadis itu melangkah mendekat dengan wajah bersemu malu melihat penampilan Axel yang terlihat segar santai, Axel selalu terbiasa membalut tubuhnya dengan pakaian formal yang membuatnya terlihat kaku.Begitu Naomi sudah berada hadapannya, Axel membuka lebar kedua tangannya, mengisyaratkan agar Naomi duduk dipangkuannya.Naomi segera duduk pangkuannya dan mengalungkan kedua tangannya di leher Axel, pandangan mereka kembali saling bertemu dan mengunci, Axel menarik pinggang Naomi dan merengkuhnya kedalam pelukannya, diraihnya wajah Naomi kedalam satu genggaman, Axel meraup bibir Naomi,

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 129: Izin Pulang

    Kegelapan malam terlihat di balik gorden yang berkibar tersapu angin, Naomi terbaring di balik selimut dan dekapan Axel yang masih memeluknya, gadis itu melihat rembulan yang bersinar terang.Malam yang terang mengingatkan Naomi pada Magnus, dulu mereka pernah menghabiskan waktu di atap mall hanya untuk menikmati satu cup mie instant sambil menunggu kembang api yang menyala dalam perayaan tahun baru.Itu adalah kenangan terakhirnya Naomi bersama Magnus saat mereka menikmati malam bersama-sama.Teringat dalam benak Naomi jika tadi dia ingin meminta izin kepada Axel untuk pergi pulang, Naomi sampai lupa mengatakannya karena terlalu larut dalam percintaan yang panas bersama Axel yang terlalu lama menahannya di ranjang.“Axel, aku boleh meminta sesuatu padamu?” tanya Naomi.Axel membalasnya dengan gumaman, pria itu mengecup bahu Naomi dan mengusap helaian rambutnya yang berantakan. Axel malas bergerak sampai waktu dua jam yang dia miliki hampir habis, pasti Hans akan mengomel jika nanti A

Bab terbaru

  • Skenario Perjodohan Bisnis   END

    Keduanya saling memandang dalam diam, Axel meraih wajah Naomi dan mengusapnya dengan hati-hati. “Aku minta maaf karena datang terlambat, kau pasti kecewa kepadaku.” Naomi memejamkan matanya, merasakan usapan lembut Axel di wajahnya, gadis itu menarik napasnya dalam-dalam dan perlahan membuka kembali matanya, menatap lekat mata Axel yang terlihat bersedih dan kecewa kepsada dirinya sendiri. Axel tidak puas kepada dirinya sendiri karena dia sudah datang terlambat dan tidak bisa menemani Naomi di saat-saat dia sedang terjatuh. “Aku sangat menyesal karena tidak bisa benar-benar menjagamu,” bisik Axel penuh sesal. Naomi tersenyum samar, dia tidak tahu harus berkata apa karena hari ini suka dan duka telah datang secara bersmaan dalam kehidupannya. Axel yang dia tunggu telah datang, melamarnya dihadapan Magnus, namun disisi lain Naomi juga harus mengantar kepergian Magnus dan harus merelakannya. “Naomi, apa kau marah padaku?” tanya Axel pelan. “Tidak, aku justru berterima kasih karena

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 151: Lamaran

    “Apa aku boleh berbicara dengan ayahmu berdua saja?” tanya Axel penuh kehati-hatian, dia takut Naomi masih marah kepadanya dan menolak permintaan Axel.Naomi menelan salivanya dengan kesulitan, desakan ingin menangis dan perasaan yang lega begitu kuat memenuhi hatinya. Naomi tertunduk mengusap air matanya yang tidak bisa dihentikan.Naomi sangat lega karena ternyata Axel peduli kepadanya dan mau datang.Naomi mengangguk tanpa mampu berkata-kata, memberi izin Axel untuk bisa berbicara berdua dengan ayahnya.Naomi melangkah pelan, melewati Axel yang berada di depan pintu, tiba-tiba langkah itu terhenti begitu Naomi merasakan pergelangan tangannya digenggam oleh Axel.Wajah Naomi terangkat, menatap lekat Axel. “Tidak, sepertinya kau harus berdiri di sisiku, kau juga harus mendengarkan apa yang ingin aku katakan,” ucap Axel lagi memperhatikan gerak gerik mata Magnus.Naomi membalikan badannya dengan ragu, pintu ruangan Magnus kembali tertutup dan orang-orang menunggu di depan ruangan.Ax

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 150: Kedatangan Axel

    Hans berdiri dengan senyuman puasnya, melihat Hutton yang digelandang keluar dari mobil kepolisian dan disambut oleh banyak media karena kontroversi yang dilakukannya dalam melancarkan aksi kejahatan.Hutton terhuyung-huyung dengan perban yang menghalangi kedua matanya, begitu pula dengan wajahnya yang kini sebagian terbungkus kain kasa.Semprotan cabai yang Axel buat berhasil membuat Hutton mengalami masalah dengan penglihatannya hingga membuat dia tidak bisa melihat untuk sementara waktu.Kedua tangan dan kaki Hutton diborgol, langkah terhuyung-huyung dijaga oleh kepolisian dan dikejar oleh wartawan yang membutuhkan keterangan darinya secara langsung. Hutton diperlakukan seperti penjahat kelas berat.Bibir Hutton menekan kuat, membungkam dengan rasa malu hebat dan jiwa yang terguncang. Kehidupannya hancur dalam waktu semalam, Hutton sungguh tidak akan menyangka jika dia akan berada di titik seperti ini dalam hidupnya.“Pengacara kita sudah sudah datang,” ucap Sharen yang berdiri di

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 149: Menangkap Hutton

    “Bajingan, kau sudah berhasil menghancurkan hidupku! Kau pikir aku akan diam saja hah!” geram Hutton mengayunkan pisaunya, refleks Axel menghadangnya dengan handpond di tangannya dan berhasil membuat handpone itu mati seketika.Napas Axel tertahan di dada, pria itu terlalu terkejut karena tiba-tiba saja seseorang akan menyerangnya.“Sialan!” maki Hutton menarik pisaunya.Axel bergeser mundur mencoba menciptakan jarak, butuh waktu beberapa detik untuk Axel tesadar jika orang yang hendak menyerangnya adalah Hutton. “Kenapa kau menutupi wajah jelekmu? Apa kau tidak ingin aku melihat ketakutan di wajah busukmu?”Rahang Hutton mengetat, dengan kasar dia melepaskan maskernya dan melemparkannya ke lantai.Axel menelan salivanya dengan kesulitan melihat tatapan bringas Hutton yang sudah dikuasai oleh amarah, Axel bergerak kembali mundur begitu Hutton mendekat dan mengayunkan pisaunya, kali ini Axel berhasil menangkisnya dengan menendang kaki Hutton agar dia kehilangan keseimbangan.Dengan Axe

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 148: Kedatangan Hutton

    Hutton melajukan mobilnya dengan kencang melewati jalanan, wajahnya yang babak belur terlihat di antara cahaya lampu jalan-jalan. Bola mata Hutton bergerak tajam melihat ke sekitar dengan penuh kewaspadaan karena kini wajahnya terpampang jelas di berbagai televisi gedung dan diumumkan jika kini Hutton adalah seorang buronan yang sudah melakukan kejahatan berbagai pembunuhan, pencucian uang dan sudah melakukan kekerasakan kepada isterinya.Tangan Hutton mencengkram kuat kemudi menahan amarah, dia tidak bisa pergi keluar negeri menggunakan pesawat jika wajahnya sudah terpampang dan di umumkan sebagai buronan.“Sialan!” maki Hutton memukul kemudi. Hutton tidak menyangka jika seluruh negeri mulai tahu dia penjahat, dan semua orang akan mengenali wajahnya.“Bajingan itu, aku harus menghabisinya,” bisik Hutton dengan penuh amarah.Hutton tidak terima jika seluruh usahanya selama ini harus hancur berkeping begitu saja di bawah kaki Axel. Seharusnya tidak seperti ini, seharusnya Axel yang tum

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 147: Keputusan

    “Bajingan!” Jennie terisak dengan suara yang tidak jelas karena mulunya terikat, wanita itu berusaha bergerak melepaskan diri dari ikatan tali yang mengekang tangan dan kedua kakinya pada ranjang.Tubuh Jennie terlihat memiliki banyak memar yang sudah ditinggalkan Hutton, pria paruh baya itu sudah berbuat kegilaan yang tidak terduga. Dia memperkosa Jennie berulang kali sebelum meninggalkannya dengan membawa semua uang, perhiasan hingga mobilnya.Bibir Jennie gemetar hebat, wajah cantiknya terlihat basah penuh oleh air mata merasakan seluruh tubuhnya yang sakit dan lemah tidak memiliki banyak kekuatan untuk melepaskan diri dan bergerak.Hati Jennie sangat hancur, dia merasa jijik kepada dirinya sendiri karena sudah disentuh layaknya pelacur oleh Hutton. Jennie marah kepada dirinya sendiri, dan kini dia hanya bisa memaki dirinya sendiri karena sudah salah mengambil keputusan dan terlibat dalam kehidupan Hutton.Jennie menyesal, andai saja dia tidak serakah dan mengambil keputusan yang s

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 146: Permintaan

    Genggaman lemah tangan Magnus kian tidak lagi dirasakan tenaganya, Naomi tidak berhenti memandangi wajah Magnus yang terbaring tidak sadarkan diri meski sudah mendapatkan pertolongan.Dokter yang menangani Magnus tidak mengatakan apapun dan hanya bisa menyemangati Naomi seakan memberi isyarat jika kemungkinan keadaan Magnus sudah sangat parah.Naomi mengusap wajah pucat Magnus dengan gemetar, berharap jika sepasang mata Magnus kembali terbuka dan mereka bisa bertatapan.“Masih ada banyak hal yang ingin aku lakukan dengan Ayah, tolong cepatlah sembuh agar aku bisa memasak untuk Ayah dan menemani Ayah pergi memacing, menghabiskan waktu di danau dengan membawa mobil van. Bukankah itu semua sangat ingin Ayah lakukan?” bisik Naomi dengan suara bergetar. “Aku mohon, buka mata Ayah.”Naomi menyeka air matanya dan menggenggam lebih kuat tangan Magnus, kebingungan semakin membuatnya tidak tahu harus berbuat apa selain menunggu Magnus membuka mata dan berharap jika Axel datang menemuinya.Mungk

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 145: Serba Salah

    Ketika Axel datang ke rumah sakit, dia sudah menemukan keberadaan Armon yang duduk seorang diri. Pemuda itu duduk di kursi terlihat menangis dengan tangan yang terbungkus sapu tangan, Armon tidak beranjak dari tempatnya hanya untuk menunggu kabar Rihana sekarang yang masih belum diketahui kepastiannya.Rihana mengalami kebocoran di kepalanya, dia juga mengalami luka di tulang lehernya yang mengharuskan Rihana menjalani operasi.Armon sangat takut jika terjadi sesuatu kepada ibunya karena sejak Armon mengantar Rihana ke rumah sakit, dia tidak sadarkan diri. “Apa yang sebenarnya telah terjadi?” tanya Axel dengan napas tersenggal usai berlari cukup jauh.Wajah Armon terangkat, pemuda itu mengusap wajahnya yang basah oleh air mata, sulit untuk membendung kesedihan yang dia rasakan, hingga membuat Armon tidak peduli untuk menangis di depan umum meski dia seorang pria.Dengan lemah Armon berdiri.“Duduklah,” titah Axel.Dengan patuh Armon duduk kembali, sementara Axel ikut duduk di samping

  • Skenario Perjodohan Bisnis   BAB 144: Kesialan

    Begitu pintu terbuka, tanpa permisi Hutton langsung masuk, dia butuh tempat persembunyian sementara waktu karena Rihana dibawa ke rumah sakit, besar kemungkinan dokter yang menangani dan Armon juga akan melaporkan kejadian malam ini kepada polisi.“Kau memiliki dokter pribadi? Aku butuh bantuan.”“Aku akan menghubunginya.”“Obati luka di tanganku dulu, ini sangat perih,” pinta Hutton seraya melepaskan pakaiannya.“Apa yang sudah kau lakukan?” Tanya Jennie memperhatikan luka yang dimiliki Hutton jauh lebih buruk dari apa yang dilihat.Hutton menjatuhkan dirinya ke kursi usai melepaskan pakaiannya dan hanya menyisakan celana panjang. Setelah cukup banyak menghabiskan waktu bersama Jennie, Hutton merasa tidak perlu lagi berpura-pura menjaga martabatanya, lagipula Jennie juga tidak seterhormat yang terlihat.“Istriku sudah membuat kekacauan, karena itulah aku di seperti ini,” jawab Hutton seraya mengusap kepalanya yang sangat sakit berdenyut. Beruntung saja dia masih bisa menjaga kesadara

DMCA.com Protection Status