Naomi terbaring kaku di bawah selimut, wajahnya tidak berhenti memerah karena malu dan jantungnya berdebar kencang teringat apa yang telah terjadi sepanjang malam. Pengalaman pertamanya yang dia bagi bersama Axel jauh lebih mengesankan dari apa yang diharapkan.Sepanjang malam mereka berbagi pengalaman yang panas meski pada awalnya sesekali berhenti karena gugup.Sudut bibir Naomi terangkat, gadis itu tercekikik geli, terbayang wajah Axel yang berbeda dari biasanya ketika mereka bercinta, pria yang selalu bersikap terhormat itu terlihat sedikit kacau tidak terkendali.Seluruh permukaan kulit Naomi meremang, tubuhnya menegang merasakan usapan lembut tangan Axel yang menyapu permukaan perutnya.“Apa yang kau tertawakan?” suara serak Axel di belakang membuat Naomi mengatupkan bibirnya seketika.Axel menarik tubuh Naomi, menguatkan pelukannya dan mengecup bahu telanjang Naomi. Axel memejamkan matanya kembali dan terlelap tidur tidak mempedulikan hal yang lain.“Axel, kau harus bangun, ini
“Selamat pagi, aku punya sesuatu untukmu,” sapa Hutton dengan senyuman.“Seharusnya kau menghubungiku saja jika semuanya bisa dibicarakan.”“Aku tidak mungkin datang jauh-jauh ke sini jika semuanya hanya bisa dibicarakan saja.”Jennie mundur seketika, dia membuka lebih lebar pintunya dan membiarkan Hutton masuk ke dalam. “Apa tentang Axel?”“Benar.” Hutton langsung duduk tanpa menunggu dipersilahkan, pria paruh baya itu meneliti penampilan segar Jennie dengan siluet tubuh yang membangunkan hasratnya yang tidak dia pikirkan sebelumnyaHutton membuang napasnya dengan kasar, mengenyahkan pikiran kotornya dari fantasi kotornya bercinta dengan Jennie.Jennie ikut duduk di hadapan Hutton. “Ada apa lagi?”Hutton mengeluarkan sebuah flashdisc dan meletakannya di atas meja, “Ini adalah rekaman cctv mengenai pelaku sabotase kendaraan ibu Axel. Kita akan memancing rasa penasaran dan memecah konsentrasinya dengan bukti ini, Axel tidak mungkin mengabaikan hal yang menyangkut kecelakaan yang pernah
Sore telah berlalu, Axel baru selesai menyelesaikan meeting terakhirnya tepat ketika matahari akan terbenam, pria itu memutuskan pergi ke ruangan salah satu timnya untuk kembali melanjutkan pekerjaan yang harus dia pantau.Hari ini Axel cukup sibuk karena harus membentuk banyak tim untuk mengusut kasus korupsi di dalam perusahaan, di sisi lain Axel juga menyelidiki keaslian barang bukti yang dia dapat dari Jennie mengenai kecelakaan yang terjadi pada pamannya. Segelas kopi diterima Axel ketika Sharen datang menghampirinya.“Bagaimana dengan tugas yang aku berikan?” tanya Axel.“Berjalan lancar, kabarnya sudah menyebar dengan baik dan aku dengar Huton sudah mulai menemui beberapa orang dari luar negeri agar bisa membeli perusahaanya.”Axel tersenyum puas mendengarnya. Tidak banyak orang yang tahu, jika keluarga Sharen adalah pemilik dua persen saham di perusahaan penerbangan keluarga Morgan.Nama mereka yang dirahasiakan atas kepemilikan saham, kini akhirnya digunakan untuk menjebak H
Naomi memutuskan pulang secepatnya setelah berbicara dengan Benedic, gadis itu terlihat berantusias untuk membangun sebuah hubungan yang lebih erat dengan Axel untuk memastikan bahwa menikah dengan Axel bukanlah kesalahan meski mereka baru mengenal dalam waktu yang singkat.Dua puluh empat tahun lamanya Naomi berada dalam kesendirian dan seperti terjebak dalam kesulitan jika berusan dengan cinta. Semenjak mengenal Axel, segala kesulitan itu seperti menghilang secara perlahan, lebih menakjubkannya lagi hubungan Naomi dan Axel tidak mendapatkan pertentangan apapun.“David,” panggil Naomi begitu dia memasuki ruangan belakang.David segera menghentikan pekerjaannya dari buku catatannya dan melihat Naomi. “Ya, ada apa Nona?”Naomi mendekat, berdiri di sisi David yang tengah sibuk memeriksa persediaan stock makanan.“David, menurutmu, berapa besar kemungkinan jika aku dan Axel akan berjodoh?” tanya Naomi.Pupil mata David terbelalak tidak dapat menyembunyikan keterkejutannya mendengar perta
“Selamat datang Tuan,” sambut David dengan senyuman kaku menyembunyikan keterkejutannya karena Axel pulang lebih cepat dari apa yang dipikirkan.“Di mana Naomi?” tanya Axel dengan pandangan mengedar.“Nona Naomi ada di perpustakaan.”“Tolong panggil dia ke kamarku.”Dengan senyuman penuh arti David mengangguk mengerti.Dalam langkah yang lebar Axel langsung pergi, dia tidak memiliki banyak waktu karena harus kembali ke perusahaan. Sesaat Axel berhenti sejenak di sisi pintu kaca, melihat ke arah bukit dan pohon oak yang kini terlihat lebih terang.“Sayang sekali,” bisik Axel, sudah cukup lama dia dan Naomi tidak menghabiskan waktu di bukit, kesibukan yang terjadi membuat Axel tidak memiliki waktu bersantai.Axel menarik lepas dasi yang masih terpasang di kemejanya, pria itu kembali melangkah, memutuskan pergi ke kamarnya.***Naomi tertunduk melihat handpone yang terletak di atas buku, sejak tadi dia berusaha menghubungi Harvey dan telepon rumah, namun tidak ada yang merespon panggilan
“Kenapa diam? Kemarilah,” panggil Axel terdengar lembut.“Ka-kau mau apa?” tanya Naomi terbata.Axel menyeringai, dia menurunkan handuk kecil dan melemparkannya ke sisi kursi. “Memangnya kau tidak merindukanku?”Wajah Naomi bersemu malu. “Aku merindukanmu,” aku Naomi dengan suara yang pelan.“Karena itu, kemarilah, aku ingin memelukmu.”Naomi berdeham pelan mencoba mengurangi kegugupan perasaan berdebarnya, gadis itu melangkah mendekat dengan wajah bersemu malu melihat penampilan Axel yang terlihat segar santai, Axel selalu terbiasa membalut tubuhnya dengan pakaian formal yang membuatnya terlihat kaku.Begitu Naomi sudah berada hadapannya, Axel membuka lebar kedua tangannya, mengisyaratkan agar Naomi duduk dipangkuannya.Naomi segera duduk pangkuannya dan mengalungkan kedua tangannya di leher Axel, pandangan mereka kembali saling bertemu dan mengunci, Axel menarik pinggang Naomi dan merengkuhnya kedalam pelukannya, diraihnya wajah Naomi kedalam satu genggaman, Axel meraup bibir Naomi,
Kegelapan malam terlihat di balik gorden yang berkibar tersapu angin, Naomi terbaring di balik selimut dan dekapan Axel yang masih memeluknya, gadis itu melihat rembulan yang bersinar terang.Malam yang terang mengingatkan Naomi pada Magnus, dulu mereka pernah menghabiskan waktu di atap mall hanya untuk menikmati satu cup mie instant sambil menunggu kembang api yang menyala dalam perayaan tahun baru.Itu adalah kenangan terakhirnya Naomi bersama Magnus saat mereka menikmati malam bersama-sama.Teringat dalam benak Naomi jika tadi dia ingin meminta izin kepada Axel untuk pergi pulang, Naomi sampai lupa mengatakannya karena terlalu larut dalam percintaan yang panas bersama Axel yang terlalu lama menahannya di ranjang.“Axel, aku boleh meminta sesuatu padamu?” tanya Naomi.Axel membalasnya dengan gumaman, pria itu mengecup bahu Naomi dan mengusap helaian rambutnya yang berantakan. Axel malas bergerak sampai waktu dua jam yang dia miliki hampir habis, pasti Hans akan mengomel jika nanti A
Air mata kembali berjatuhan, mata Rihana diratapi kesedihan yang tidak terbendung begitu tahu putranya melihat apa yang terjadi.“Sudah cukup bicaramu, aku tidak mau mendengar omong kosong lagi,” ucap Hutton dengan dingin tidak mempedulikan luka Rihana.“Kita belum selesai bicara,” ucap Rihana dengan suara bergetar.“Kita lanjutkan saja besok, aku sudah muak di rumah,” jawab Hutton seraya menggiling lengan kemejanya, pria itu berbalik hendak pergi.“Kau akan pergi ke tempat selingkuhanmu?” bisik Rihana bertanya.Hutton terdiam, pria itu kembali berbalik dan menatap tajam Rihana, keduanya saling berpandangan penuh dengan ketegangan.“Jika kau pergi ke tempat selingkuhanmu, tolong jangan kembali ke rumah,” ucap Rihana.Rahang Hutton mengetat, dalam dua langkah tidak terduga pria itu mendekat dan meraih sebuah pas bunga, tangan ragu Hutton melempar pas bunga itu pada kepala Rihana hingga kepala Rihana bercucuran darah.Telinga Rihana berdenging sakit, dia sampai tidak bisa bergerak dan m