“Selamat datang Tuan,” sambut David tersenyum lebar melihat kedatangan Axel yang datang lebih awal dari biasanya, David membantu melepas jass Axel dan mengambil tas kerjanya.“Di mana Naomi?” tanya Axel melihat ke sekitar.David tersenyum ketar-ketir membuat Axel langsung menyipitkan matanya menatap curiga.“Ada apa? Apa terjadi sesuatu?” tanya Axel.“Nona Naomi sedang ada di dapur,” jawab David tesenyum dengan wajah yang pucat pasi karena rencananya kali ini tidak berjalan lancar. Alih-alih membuat Naomi senang mempersiapkan kejutan untuk Axel, David malah membuat Naomi setres karena semua kuenya gagal.Kegagalan demi kegagalan membuat kue mendadak membuat Naomi dendam kepada dirinya sendiri dan tidak mau berhenti membuat kue sebelum kue keinginanya dapat dibuat.Axel segera pergi ke dapur untuk memeriksa apa yang sebenarnya dilakukan gadis itu sekarang, tidak seperti biasanya dia ada di dapur. Begitu Axel sampai ke dapur, pria itu bisa mencium aroma hangus dan melihat pemandangan da
Suara isakan terdengar di kamar mandi, Naomi duduk meringkuk di bathup terlihat masih menangis karena kesal. Naomi berpikir hari ini akan berakhir dengan baik, tapi ternyata sebaliknya. Ternyata, tidak semua niat baik akan diterima dengan baik. Dibandingkan dengan kesal karena kemarahan Axel, Naomi justru kesal kepada dirinya sendiri yang tidak bicara tidak tepat pada waktunya. “Aku seharusnya tidak marahan dengan Axel, bagaimana jika karena kita bertengkar, Axel jadi semakin sedih?” ucap Naomi bertanya kepada dirinya sendiri. Naomi memukul permukaan air yang dipenuhi oleh busa, dia tidak berhenti merutuki dirinya sendiri karena sudah bersikap kasar, “Seharusnya aku memahami Axel yang hari ini sedang sensitif, dasar bodoh.” Naomi menyesal, memang dia sangat kesal dengan reaksi tindak menyenangkan Axel, namun Naomi tersadar jika seharusnya dia lebih bersabar dan tidak ikut terbawa emosi. Axel membenci hari ulang tahunnya dengan banyak alasan penting, tidak mudah menyukai sesuatu yan
Jennie duduk di sofa, wanita itu hanya membelit tubuhnya dengan handuk karena baru selesai mandi. Jennie menikmati segelas anggur dan memperhatikan handponenya dengan seksama. Seharusnya Axel sudah memeriksa apa yang sudah Jennie berikan kepadanya, tidak mungkin Axel tidak memeriksanya. Namun, mengapa sampai saat ini Axel tidak sekalipun menghubunginya, padahal ini sudah berjalan tiga jam lebih. Apakah bukti yang Jennie berikan tidak berpengruh sama sekali? Ataukah karena hari ini dia ulang tahun? Jennie tahu, Axel memiliki masalah jika berhubungan dengan hari ulang tahunnya. Jennie menyesap anggurnya perlahan, wanita itu melihat ke sisi, memperhatikan dirinya sendiri melalui cermin yang berada di dinding. Jennie mulai bertanya-tanya, apakah kecantikannya yang sekarang tidak lagi bisa menarik perhatian Axel? Mengapa Axel terlihat biasa saja saat bertemu dengannya? Suara bel di pintu terdengar membuat Jennie tersenyum lebar, beranjak dengan cepat tanpa mempedulikan penampilannya sa
Naomi tertunduk menutupi wajahnya dengan tangan, mendadak dia ikut malu sekaligus senang mendengar pengakuan Axel. “Jadi, kau belum pernah tidur dengan siapapun? Maksudmu, ini pengalaman pertamamu juga?” tanya Naomi samar dengan bibir yang tidak terkontrol, tidak dapat menahan diri untuk menunjukan senyuman lebarnya.Axel membuang mukanya seketika, warna merah di wajahnya kian terlihat. “Aku hanya akan tidur dengan wanita yang akan menjadi isteriku saja,” jawab Axel.Naomi menelan salivanya dengan kesulitan, pembicaraan mereka menjadi semakin jauh dan dalam, namun ini jelas akan memberitahu Naomi tentang seperti apa Axel Morgan sebenarnya dan apa yang Axel mau dari hubungan mereka.Senyuman di bibir Naomi kian melebar, hatinya hangat berletupan, Naomi merasa sangat beruntung karena bertemu dengan pria yang jauh lebh baik dari apa yang diharapkan.“Aku mengerti.”“Kau tidak mengerti,” sela Axel memotong ucapan Naomi. “Maksud, ehm, maksudku, aku mau tidur denganmu jika kau juga mau meni
“Kita sudah saling cukup mengenal dengan baik, apa aku terlalu terburu-buru mengajaknya menikah? Bukankah jika sudah yakin saling mencintai, tidak sepatutnya ditunda hanya untuk mencari keraguan?” tanya Axel pada kesunyian.Axel bergerak gelisah tidak bisa tidur, Naomi yang pergi ditengah-tengah percakapan serius mereka menyisakan banyak pertanyaan-pertanyaan yang bermunculan di kepala Axel.Axel sedikit khawatir, reaksi tidak biasa Naomi yang menanggapi ucapannya yang spontan mengenai pernikahan membuat Axel bertanya-tanya, apakah Naomi tidak memiliki keinginan untuk menikah dengannya?Jika benar Naomi tidak ingin menikah dengannya, alasannya apa? Apa Axel tidak cukup memenuhi criteria Naomi? lalu apa kekurangannya?Semakin Axel mencoba menelaah dan memikirkannya, semakin banyak pertanyaan yang bermunculan di kepalanya.“Apa ini karena masalah orang tuanya yang belum aku temui?” Tanya Axel pada pikirannya sendiri.Axel kembali menerka-nerka, kini dia berpikir jika Naomi tidak suka Ax
Samar Naomi mulai tersenyum, “Aku mau menikah denganmu.”Jawaban Naomi berhasil membuat Axel terdiam dalam beberapa detik, degup jantungnya berdetak kencang tidak beraturan, kebahagiaan seketika membuncah di dalam hatinya selayaknya bunga yang bermekaran di bawah sinar matahari pagi.Axel menelan salivanya dengan kesulitan, pria itu kehilangan kata-kata untuk mengungkapkan seberapa bahagianya dia saat ini sampai membuat dia tidak percaya jika Naomi setuju akan menikah dengannya.“Kau serius?” tanya Axel membutuhkan kepastian agar apa yang telah didengarnya bukan kesalahan.Naomi mengangguk dengan sebuah senyuman cantik yang terukir di bibirnya.“Aku akan segera menyiapkan lamaran istimewa untukmu,” kata Axel bersemangat. “Katakanlah, kau mau lamaran seperti apa dan cincin seperti apa, aku akan mempersiapkannya dengan sempurna.”Senyuman Naomi semakin melebar. “Kau tidak perlu melakukan lamaran apapun, cukup datang langsung kepada ayahku dan minta izinlah kepadanya.”“Apa maksudmu? Apa
Naomi terbaring kaku di bawah selimut, wajahnya tidak berhenti memerah karena malu dan jantungnya berdebar kencang teringat apa yang telah terjadi sepanjang malam. Pengalaman pertamanya yang dia bagi bersama Axel jauh lebih mengesankan dari apa yang diharapkan.Sepanjang malam mereka berbagi pengalaman yang panas meski pada awalnya sesekali berhenti karena gugup.Sudut bibir Naomi terangkat, gadis itu tercekikik geli, terbayang wajah Axel yang berbeda dari biasanya ketika mereka bercinta, pria yang selalu bersikap terhormat itu terlihat sedikit kacau tidak terkendali.Seluruh permukaan kulit Naomi meremang, tubuhnya menegang merasakan usapan lembut tangan Axel yang menyapu permukaan perutnya.“Apa yang kau tertawakan?” suara serak Axel di belakang membuat Naomi mengatupkan bibirnya seketika.Axel menarik tubuh Naomi, menguatkan pelukannya dan mengecup bahu telanjang Naomi. Axel memejamkan matanya kembali dan terlelap tidur tidak mempedulikan hal yang lain.“Axel, kau harus bangun, ini
“Selamat pagi, aku punya sesuatu untukmu,” sapa Hutton dengan senyuman.“Seharusnya kau menghubungiku saja jika semuanya bisa dibicarakan.”“Aku tidak mungkin datang jauh-jauh ke sini jika semuanya hanya bisa dibicarakan saja.”Jennie mundur seketika, dia membuka lebih lebar pintunya dan membiarkan Hutton masuk ke dalam. “Apa tentang Axel?”“Benar.” Hutton langsung duduk tanpa menunggu dipersilahkan, pria paruh baya itu meneliti penampilan segar Jennie dengan siluet tubuh yang membangunkan hasratnya yang tidak dia pikirkan sebelumnyaHutton membuang napasnya dengan kasar, mengenyahkan pikiran kotornya dari fantasi kotornya bercinta dengan Jennie.Jennie ikut duduk di hadapan Hutton. “Ada apa lagi?”Hutton mengeluarkan sebuah flashdisc dan meletakannya di atas meja, “Ini adalah rekaman cctv mengenai pelaku sabotase kendaraan ibu Axel. Kita akan memancing rasa penasaran dan memecah konsentrasinya dengan bukti ini, Axel tidak mungkin mengabaikan hal yang menyangkut kecelakaan yang pernah
Keduanya saling memandang dalam diam, Axel meraih wajah Naomi dan mengusapnya dengan hati-hati. “Aku minta maaf karena datang terlambat, kau pasti kecewa kepadaku.” Naomi memejamkan matanya, merasakan usapan lembut Axel di wajahnya, gadis itu menarik napasnya dalam-dalam dan perlahan membuka kembali matanya, menatap lekat mata Axel yang terlihat bersedih dan kecewa kepsada dirinya sendiri. Axel tidak puas kepada dirinya sendiri karena dia sudah datang terlambat dan tidak bisa menemani Naomi di saat-saat dia sedang terjatuh. “Aku sangat menyesal karena tidak bisa benar-benar menjagamu,” bisik Axel penuh sesal. Naomi tersenyum samar, dia tidak tahu harus berkata apa karena hari ini suka dan duka telah datang secara bersmaan dalam kehidupannya. Axel yang dia tunggu telah datang, melamarnya dihadapan Magnus, namun disisi lain Naomi juga harus mengantar kepergian Magnus dan harus merelakannya. “Naomi, apa kau marah padaku?” tanya Axel pelan. “Tidak, aku justru berterima kasih karena
“Apa aku boleh berbicara dengan ayahmu berdua saja?” tanya Axel penuh kehati-hatian, dia takut Naomi masih marah kepadanya dan menolak permintaan Axel.Naomi menelan salivanya dengan kesulitan, desakan ingin menangis dan perasaan yang lega begitu kuat memenuhi hatinya. Naomi tertunduk mengusap air matanya yang tidak bisa dihentikan.Naomi sangat lega karena ternyata Axel peduli kepadanya dan mau datang.Naomi mengangguk tanpa mampu berkata-kata, memberi izin Axel untuk bisa berbicara berdua dengan ayahnya.Naomi melangkah pelan, melewati Axel yang berada di depan pintu, tiba-tiba langkah itu terhenti begitu Naomi merasakan pergelangan tangannya digenggam oleh Axel.Wajah Naomi terangkat, menatap lekat Axel. “Tidak, sepertinya kau harus berdiri di sisiku, kau juga harus mendengarkan apa yang ingin aku katakan,” ucap Axel lagi memperhatikan gerak gerik mata Magnus.Naomi membalikan badannya dengan ragu, pintu ruangan Magnus kembali tertutup dan orang-orang menunggu di depan ruangan.Ax
Hans berdiri dengan senyuman puasnya, melihat Hutton yang digelandang keluar dari mobil kepolisian dan disambut oleh banyak media karena kontroversi yang dilakukannya dalam melancarkan aksi kejahatan.Hutton terhuyung-huyung dengan perban yang menghalangi kedua matanya, begitu pula dengan wajahnya yang kini sebagian terbungkus kain kasa.Semprotan cabai yang Axel buat berhasil membuat Hutton mengalami masalah dengan penglihatannya hingga membuat dia tidak bisa melihat untuk sementara waktu.Kedua tangan dan kaki Hutton diborgol, langkah terhuyung-huyung dijaga oleh kepolisian dan dikejar oleh wartawan yang membutuhkan keterangan darinya secara langsung. Hutton diperlakukan seperti penjahat kelas berat.Bibir Hutton menekan kuat, membungkam dengan rasa malu hebat dan jiwa yang terguncang. Kehidupannya hancur dalam waktu semalam, Hutton sungguh tidak akan menyangka jika dia akan berada di titik seperti ini dalam hidupnya.“Pengacara kita sudah sudah datang,” ucap Sharen yang berdiri di
“Bajingan, kau sudah berhasil menghancurkan hidupku! Kau pikir aku akan diam saja hah!” geram Hutton mengayunkan pisaunya, refleks Axel menghadangnya dengan handpond di tangannya dan berhasil membuat handpone itu mati seketika.Napas Axel tertahan di dada, pria itu terlalu terkejut karena tiba-tiba saja seseorang akan menyerangnya.“Sialan!” maki Hutton menarik pisaunya.Axel bergeser mundur mencoba menciptakan jarak, butuh waktu beberapa detik untuk Axel tesadar jika orang yang hendak menyerangnya adalah Hutton. “Kenapa kau menutupi wajah jelekmu? Apa kau tidak ingin aku melihat ketakutan di wajah busukmu?”Rahang Hutton mengetat, dengan kasar dia melepaskan maskernya dan melemparkannya ke lantai.Axel menelan salivanya dengan kesulitan melihat tatapan bringas Hutton yang sudah dikuasai oleh amarah, Axel bergerak kembali mundur begitu Hutton mendekat dan mengayunkan pisaunya, kali ini Axel berhasil menangkisnya dengan menendang kaki Hutton agar dia kehilangan keseimbangan.Dengan Axe
Hutton melajukan mobilnya dengan kencang melewati jalanan, wajahnya yang babak belur terlihat di antara cahaya lampu jalan-jalan. Bola mata Hutton bergerak tajam melihat ke sekitar dengan penuh kewaspadaan karena kini wajahnya terpampang jelas di berbagai televisi gedung dan diumumkan jika kini Hutton adalah seorang buronan yang sudah melakukan kejahatan berbagai pembunuhan, pencucian uang dan sudah melakukan kekerasakan kepada isterinya.Tangan Hutton mencengkram kuat kemudi menahan amarah, dia tidak bisa pergi keluar negeri menggunakan pesawat jika wajahnya sudah terpampang dan di umumkan sebagai buronan.“Sialan!” maki Hutton memukul kemudi. Hutton tidak menyangka jika seluruh negeri mulai tahu dia penjahat, dan semua orang akan mengenali wajahnya.“Bajingan itu, aku harus menghabisinya,” bisik Hutton dengan penuh amarah.Hutton tidak terima jika seluruh usahanya selama ini harus hancur berkeping begitu saja di bawah kaki Axel. Seharusnya tidak seperti ini, seharusnya Axel yang tum
“Bajingan!” Jennie terisak dengan suara yang tidak jelas karena mulunya terikat, wanita itu berusaha bergerak melepaskan diri dari ikatan tali yang mengekang tangan dan kedua kakinya pada ranjang.Tubuh Jennie terlihat memiliki banyak memar yang sudah ditinggalkan Hutton, pria paruh baya itu sudah berbuat kegilaan yang tidak terduga. Dia memperkosa Jennie berulang kali sebelum meninggalkannya dengan membawa semua uang, perhiasan hingga mobilnya.Bibir Jennie gemetar hebat, wajah cantiknya terlihat basah penuh oleh air mata merasakan seluruh tubuhnya yang sakit dan lemah tidak memiliki banyak kekuatan untuk melepaskan diri dan bergerak.Hati Jennie sangat hancur, dia merasa jijik kepada dirinya sendiri karena sudah disentuh layaknya pelacur oleh Hutton. Jennie marah kepada dirinya sendiri, dan kini dia hanya bisa memaki dirinya sendiri karena sudah salah mengambil keputusan dan terlibat dalam kehidupan Hutton.Jennie menyesal, andai saja dia tidak serakah dan mengambil keputusan yang s
Genggaman lemah tangan Magnus kian tidak lagi dirasakan tenaganya, Naomi tidak berhenti memandangi wajah Magnus yang terbaring tidak sadarkan diri meski sudah mendapatkan pertolongan.Dokter yang menangani Magnus tidak mengatakan apapun dan hanya bisa menyemangati Naomi seakan memberi isyarat jika kemungkinan keadaan Magnus sudah sangat parah.Naomi mengusap wajah pucat Magnus dengan gemetar, berharap jika sepasang mata Magnus kembali terbuka dan mereka bisa bertatapan.“Masih ada banyak hal yang ingin aku lakukan dengan Ayah, tolong cepatlah sembuh agar aku bisa memasak untuk Ayah dan menemani Ayah pergi memacing, menghabiskan waktu di danau dengan membawa mobil van. Bukankah itu semua sangat ingin Ayah lakukan?” bisik Naomi dengan suara bergetar. “Aku mohon, buka mata Ayah.”Naomi menyeka air matanya dan menggenggam lebih kuat tangan Magnus, kebingungan semakin membuatnya tidak tahu harus berbuat apa selain menunggu Magnus membuka mata dan berharap jika Axel datang menemuinya.Mungk
Ketika Axel datang ke rumah sakit, dia sudah menemukan keberadaan Armon yang duduk seorang diri. Pemuda itu duduk di kursi terlihat menangis dengan tangan yang terbungkus sapu tangan, Armon tidak beranjak dari tempatnya hanya untuk menunggu kabar Rihana sekarang yang masih belum diketahui kepastiannya.Rihana mengalami kebocoran di kepalanya, dia juga mengalami luka di tulang lehernya yang mengharuskan Rihana menjalani operasi.Armon sangat takut jika terjadi sesuatu kepada ibunya karena sejak Armon mengantar Rihana ke rumah sakit, dia tidak sadarkan diri. “Apa yang sebenarnya telah terjadi?” tanya Axel dengan napas tersenggal usai berlari cukup jauh.Wajah Armon terangkat, pemuda itu mengusap wajahnya yang basah oleh air mata, sulit untuk membendung kesedihan yang dia rasakan, hingga membuat Armon tidak peduli untuk menangis di depan umum meski dia seorang pria.Dengan lemah Armon berdiri.“Duduklah,” titah Axel.Dengan patuh Armon duduk kembali, sementara Axel ikut duduk di samping
Begitu pintu terbuka, tanpa permisi Hutton langsung masuk, dia butuh tempat persembunyian sementara waktu karena Rihana dibawa ke rumah sakit, besar kemungkinan dokter yang menangani dan Armon juga akan melaporkan kejadian malam ini kepada polisi.“Kau memiliki dokter pribadi? Aku butuh bantuan.”“Aku akan menghubunginya.”“Obati luka di tanganku dulu, ini sangat perih,” pinta Hutton seraya melepaskan pakaiannya.“Apa yang sudah kau lakukan?” Tanya Jennie memperhatikan luka yang dimiliki Hutton jauh lebih buruk dari apa yang dilihat.Hutton menjatuhkan dirinya ke kursi usai melepaskan pakaiannya dan hanya menyisakan celana panjang. Setelah cukup banyak menghabiskan waktu bersama Jennie, Hutton merasa tidak perlu lagi berpura-pura menjaga martabatanya, lagipula Jennie juga tidak seterhormat yang terlihat.“Istriku sudah membuat kekacauan, karena itulah aku di seperti ini,” jawab Hutton seraya mengusap kepalanya yang sangat sakit berdenyut. Beruntung saja dia masih bisa menjaga kesadara