Naomi terbangun dari tidurnya yang nyaman, samar gadis itu melihat ke sekitar dan menyadari jika kini dia sudah ada di dalam sebuah kamar, perhatian Naomi teralihkan pada bayangan samar Axel yang kini berdiri di depan cermin tengah membuka sebuah bungkusan stelan pakaian yang dibawa. Naomi berkedip pelan, bibir mungilnya tersenyum mengagumi Axel yang kini tengah membelakanginya. Ini untuk pertama Naomi melihat Axel bertelanjang dada, pria itu memiliki bahu yang kokoh, pinggang kecil dengan perut keras memiliki pahatan dari otot karena rajin olahraga. Napas Naomi tertahan di dada, gadis itu tidak dapat menutupi kekagumannya, Axel terlalu sempurna bahkan meski hanya dilihat dari belakang, siluet bayangan tubuhnya saja sudah bisa memberitahukan seberapa sempurnanya pria itu. Naomi menutup mulutnya menahana suara cekikikan senang karena bisa mengagumi Axel. Axel mengambil kemeja dan mengenakannya, dagu Axel sedikit terangkat angkuh dengan bibir tersenyum miring memperhatikan gerak-ge
Pagi-pagi sekali Darla sudah terbangun dan membereskan rumah Magnus yang saat ini membutuhkan pekerjaan ekstra keras usai kepergian banyak pelayan yang memang sengaja dipulangkan oleh Magnus. Beberapa kamar dan ruangan hingga perabotan rumah yang lain bahkan sudah mulai di tutupi oleh kain-kain agar tidak berdebu. Sejak mengetahui keadaan Magnus yang sakit, Cassandra tidak lagi mengganggu, wanita itu lebih banyak memberi pesan kepada Darla dengan menanyakan keadaan Magnus. Cassandra juga secara sukarela menawarkan dokter untuk Magnus. Perdamaian di antara Cassandra dan Magnus adalah awalan yang baik, sesuatu yang selama ini selalu selalu Naomi harapkan. Matahari pagi terlihat, dua orang tukang kebun masih bekerja dan terlihat membersihkan taman hingga kolam. Darla mendekati jendela dan melihat Magnus yang kini duduk di sisi kolam tengah menikmati sinar matahari pagi hari sambil mendengarkan Hood yang tengah berbicara di sela-sela pekerjaannya. setelah melewati banyak perawatan kh
Axel duduk sendirian di sisi pagar, memperhatikan lautan yang tidak pernah bosan untuk dia pandang di sudut negara manapun berada. Setiap kali memandang lautan, Axel selalu merasa memiliki banyak harapan. Axel ingin menjadi seperti lautan, sesuatu yang memberikan kehidupan, sesuatu bisa dipandang mata, namun tidak terukur oleh angka. Axel ingin setenang air laut, sekuat ombak, semenakutkan badai yang mengamuk, orang-orang akan bersahabat dengannya, namun mereka juga akan berhati-hati karena Axel berbahaya. Samar bibir Axel tersenyum, teringat masa kecilnya dulu yang pernah tumbuh di kota Havana dengan bebas, diasuh penuh kasih sayang dan kebahagiaan. Kota Havana memiliki sejarah tersendiri untuk Axel, di tempat ini dia menemukan cinta pertamanya pada bisnis perairan. Dulu, sepanjang waktu Axel selalu berjalan kaki di gang sempit, melihat kesibukan kota Havana di bagian Poerto de frutos, tempat bersejarah itu dulu pernah menjadi tempat pembuatan kapal pada abad 17, sayangnya hancur
“Naomi, dia sehat dan terlihat bahagia. Saya pikir, dia sudah memilih pria yang tepat, namun Anda jangan khawatir Paman, akan tetap terus memperhatikan Nao dan memastikan keadaannya. Jadi, tolong sekarang fokuslah dengan kesembuhan Anda,” nasihat Jaden memberitahu Magnus. Bibir Magnus yang sudah membeku tidak bisa lagi bicara dengan normal terlihat bergerak samar karena tersenyum senang penuh kelegaan. Jaden mengeluarkan handponenya dan beranjak, duduk di sisi Magnus untuk memperlihatkan dokumentasi yang telah dia buat. “Lihatlah Paman, Nao bermain cello lagi, dan kini dia sudah berani tampil di depan semua orang. Saya sampai tidak bisa berkata-kata karena terpukau dengan perubahan Nao yang membanggakan,” cerita Jaden lagi menghibur Magnus. Magnus berkedip pelan, menatap sendu penuh kerinduan pada Naomi yang sudah hampir dua bulan ini tidak bertemu dengannya. Betapa bangganya Magnus dengan perubahan Naomi, selama ini dia memiliki masalah jika tampil di depan umum. Naomi sangat men
Pembicaraan itu membuat Axel cukup kecewa dan sedih, lebih mengecewakannya lagi, hal buruk itu terjadi di hari ulang tahunnya. Axel yang sudah beranjak dewasa hanya bisa diam dan mencoba berpura-pura tidak tahu dengan apa yang sudah dibicarakan kedua orang tuanya. Axel pergi ke dapur, bersikap biasa begitu kedua orang tuanya datang dengan senyuman memperlihatkan diri bahwa tidak terjadi apa-apa. Axel sendiri berpura-pura tidak tahu jika hari ini kedua orang tuanya tengah berpura-pura bahagia. Lambat laun, seiring dengan berjalannya waktu, kedua orang tua Axel akhirnya menceritakan rencana perceraian mereka, Axel yang sudah tahu tampak bersikap biasa saja seakan tidak memiliki kesedihan dan membuat orang berpikir jika sebenarnya Axel tidak begitu peduli dengan kedua orang tuanya. Proses perceraian berjalan dengan cepat, dan Shue-Shen mengambil alih semua kepeminpinan. Perceraian itu membuat Axel mulai mengenal arti kesepian yang sesungguhnya, Shu-Shen semakin sibuk dan Gillbert te
Sharen berjabatan tangan dengan seseorang di sebuah café, mereka baru selesai berdiskusi mengenai mengatur waktu pertemuan karena mulai beberapa hari kedepan Axel akan membuka lowongan pekerjaan secara khusus untuk mahasiswa yang baru lulus sekolah. Perombakan banyak karyawan terjadi lebih dari setengah jumlah karyawan yang ada, sekecil apapun orang yang terlibat dalam tindakan kotor akan dibersihkan, kebanyakan orang dituntut di pengadilan. Secara terang-terangan, Axel sengaja akan menekan keras semua orang Hutton agar mereka lelah dan terpaksa buka suara siapa yang sudah mendalangi mereka. Tindakan Axel memang menciptakan banyak kegaduhan dan isu yang tidak sedap dalam beberapa hari terakhir, namun kini semuanya mereda begitu cepat sejak kabar lowongan pekerjaan dibuka untuk mahasiswa yang baru lulus. Tamu bicara Sharen akhirnya pergi, begitu pula dengan Sharen yang kini membenah beberapa buku dan tabletnya. Belum sempat Sharen beranjak pergi, seorang tamu yang tidak diundang da
Setelah mendengarkan keseluruhan cerita tentang Axel dari David, Naomi akhirnya memutuskan untuk membuat kue untuk Axel. Naomi senang, berkat orang-orang yang terus berbuat baik kepadanya, Naomi bisa mengenal Axel jauh lebih baik lagi sehingga tidak menciptakan prasangka buruk lagi disetiap tindakan yang Axel ambil. Naomi tidak pandai membuat kue, dia sampai harus dibantu juru masak. Tampaknya Naomi harus sangat bekerja keras karena beberapa kali kue yang dibuatnya bantet, gosong sampai harus mengulanginya kebih dari dua kali. “Nona, Anda tidak memiliki hadiah untuk diberikan?” tanya David memperhatikan kesibukan Naomi yang harus selesai mengulang kembali membuat kue yang dia inginkan. “Axel sudah memiliki segalanya, rasanya dia tidak membutuhkan apapun lagi.” David tersenyum geli, “Kata siapa tuan Axel sudah memiliki segalanya? Dia belum memiliki nona sepenuhnya,” jawab David menyiratkn sesuatu agar Naomi bisa paham apa yang telah dia katakan. “Aku tidak mengerti maksudnya David.
“Selamat datang Tuan,” sambut David tersenyum lebar melihat kedatangan Axel yang datang lebih awal dari biasanya, David membantu melepas jass Axel dan mengambil tas kerjanya.“Di mana Naomi?” tanya Axel melihat ke sekitar.David tersenyum ketar-ketir membuat Axel langsung menyipitkan matanya menatap curiga.“Ada apa? Apa terjadi sesuatu?” tanya Axel.“Nona Naomi sedang ada di dapur,” jawab David tesenyum dengan wajah yang pucat pasi karena rencananya kali ini tidak berjalan lancar. Alih-alih membuat Naomi senang mempersiapkan kejutan untuk Axel, David malah membuat Naomi setres karena semua kuenya gagal.Kegagalan demi kegagalan membuat kue mendadak membuat Naomi dendam kepada dirinya sendiri dan tidak mau berhenti membuat kue sebelum kue keinginanya dapat dibuat.Axel segera pergi ke dapur untuk memeriksa apa yang sebenarnya dilakukan gadis itu sekarang, tidak seperti biasanya dia ada di dapur. Begitu Axel sampai ke dapur, pria itu bisa mencium aroma hangus dan melihat pemandangan da
Keduanya saling memandang dalam diam, Axel meraih wajah Naomi dan mengusapnya dengan hati-hati. “Aku minta maaf karena datang terlambat, kau pasti kecewa kepadaku.” Naomi memejamkan matanya, merasakan usapan lembut Axel di wajahnya, gadis itu menarik napasnya dalam-dalam dan perlahan membuka kembali matanya, menatap lekat mata Axel yang terlihat bersedih dan kecewa kepsada dirinya sendiri. Axel tidak puas kepada dirinya sendiri karena dia sudah datang terlambat dan tidak bisa menemani Naomi di saat-saat dia sedang terjatuh. “Aku sangat menyesal karena tidak bisa benar-benar menjagamu,” bisik Axel penuh sesal. Naomi tersenyum samar, dia tidak tahu harus berkata apa karena hari ini suka dan duka telah datang secara bersmaan dalam kehidupannya. Axel yang dia tunggu telah datang, melamarnya dihadapan Magnus, namun disisi lain Naomi juga harus mengantar kepergian Magnus dan harus merelakannya. “Naomi, apa kau marah padaku?” tanya Axel pelan. “Tidak, aku justru berterima kasih karena
“Apa aku boleh berbicara dengan ayahmu berdua saja?” tanya Axel penuh kehati-hatian, dia takut Naomi masih marah kepadanya dan menolak permintaan Axel.Naomi menelan salivanya dengan kesulitan, desakan ingin menangis dan perasaan yang lega begitu kuat memenuhi hatinya. Naomi tertunduk mengusap air matanya yang tidak bisa dihentikan.Naomi sangat lega karena ternyata Axel peduli kepadanya dan mau datang.Naomi mengangguk tanpa mampu berkata-kata, memberi izin Axel untuk bisa berbicara berdua dengan ayahnya.Naomi melangkah pelan, melewati Axel yang berada di depan pintu, tiba-tiba langkah itu terhenti begitu Naomi merasakan pergelangan tangannya digenggam oleh Axel.Wajah Naomi terangkat, menatap lekat Axel. “Tidak, sepertinya kau harus berdiri di sisiku, kau juga harus mendengarkan apa yang ingin aku katakan,” ucap Axel lagi memperhatikan gerak gerik mata Magnus.Naomi membalikan badannya dengan ragu, pintu ruangan Magnus kembali tertutup dan orang-orang menunggu di depan ruangan.Ax
Hans berdiri dengan senyuman puasnya, melihat Hutton yang digelandang keluar dari mobil kepolisian dan disambut oleh banyak media karena kontroversi yang dilakukannya dalam melancarkan aksi kejahatan.Hutton terhuyung-huyung dengan perban yang menghalangi kedua matanya, begitu pula dengan wajahnya yang kini sebagian terbungkus kain kasa.Semprotan cabai yang Axel buat berhasil membuat Hutton mengalami masalah dengan penglihatannya hingga membuat dia tidak bisa melihat untuk sementara waktu.Kedua tangan dan kaki Hutton diborgol, langkah terhuyung-huyung dijaga oleh kepolisian dan dikejar oleh wartawan yang membutuhkan keterangan darinya secara langsung. Hutton diperlakukan seperti penjahat kelas berat.Bibir Hutton menekan kuat, membungkam dengan rasa malu hebat dan jiwa yang terguncang. Kehidupannya hancur dalam waktu semalam, Hutton sungguh tidak akan menyangka jika dia akan berada di titik seperti ini dalam hidupnya.“Pengacara kita sudah sudah datang,” ucap Sharen yang berdiri di
“Bajingan, kau sudah berhasil menghancurkan hidupku! Kau pikir aku akan diam saja hah!” geram Hutton mengayunkan pisaunya, refleks Axel menghadangnya dengan handpond di tangannya dan berhasil membuat handpone itu mati seketika.Napas Axel tertahan di dada, pria itu terlalu terkejut karena tiba-tiba saja seseorang akan menyerangnya.“Sialan!” maki Hutton menarik pisaunya.Axel bergeser mundur mencoba menciptakan jarak, butuh waktu beberapa detik untuk Axel tesadar jika orang yang hendak menyerangnya adalah Hutton. “Kenapa kau menutupi wajah jelekmu? Apa kau tidak ingin aku melihat ketakutan di wajah busukmu?”Rahang Hutton mengetat, dengan kasar dia melepaskan maskernya dan melemparkannya ke lantai.Axel menelan salivanya dengan kesulitan melihat tatapan bringas Hutton yang sudah dikuasai oleh amarah, Axel bergerak kembali mundur begitu Hutton mendekat dan mengayunkan pisaunya, kali ini Axel berhasil menangkisnya dengan menendang kaki Hutton agar dia kehilangan keseimbangan.Dengan Axe
Hutton melajukan mobilnya dengan kencang melewati jalanan, wajahnya yang babak belur terlihat di antara cahaya lampu jalan-jalan. Bola mata Hutton bergerak tajam melihat ke sekitar dengan penuh kewaspadaan karena kini wajahnya terpampang jelas di berbagai televisi gedung dan diumumkan jika kini Hutton adalah seorang buronan yang sudah melakukan kejahatan berbagai pembunuhan, pencucian uang dan sudah melakukan kekerasakan kepada isterinya.Tangan Hutton mencengkram kuat kemudi menahan amarah, dia tidak bisa pergi keluar negeri menggunakan pesawat jika wajahnya sudah terpampang dan di umumkan sebagai buronan.“Sialan!” maki Hutton memukul kemudi. Hutton tidak menyangka jika seluruh negeri mulai tahu dia penjahat, dan semua orang akan mengenali wajahnya.“Bajingan itu, aku harus menghabisinya,” bisik Hutton dengan penuh amarah.Hutton tidak terima jika seluruh usahanya selama ini harus hancur berkeping begitu saja di bawah kaki Axel. Seharusnya tidak seperti ini, seharusnya Axel yang tum
“Bajingan!” Jennie terisak dengan suara yang tidak jelas karena mulunya terikat, wanita itu berusaha bergerak melepaskan diri dari ikatan tali yang mengekang tangan dan kedua kakinya pada ranjang.Tubuh Jennie terlihat memiliki banyak memar yang sudah ditinggalkan Hutton, pria paruh baya itu sudah berbuat kegilaan yang tidak terduga. Dia memperkosa Jennie berulang kali sebelum meninggalkannya dengan membawa semua uang, perhiasan hingga mobilnya.Bibir Jennie gemetar hebat, wajah cantiknya terlihat basah penuh oleh air mata merasakan seluruh tubuhnya yang sakit dan lemah tidak memiliki banyak kekuatan untuk melepaskan diri dan bergerak.Hati Jennie sangat hancur, dia merasa jijik kepada dirinya sendiri karena sudah disentuh layaknya pelacur oleh Hutton. Jennie marah kepada dirinya sendiri, dan kini dia hanya bisa memaki dirinya sendiri karena sudah salah mengambil keputusan dan terlibat dalam kehidupan Hutton.Jennie menyesal, andai saja dia tidak serakah dan mengambil keputusan yang s
Genggaman lemah tangan Magnus kian tidak lagi dirasakan tenaganya, Naomi tidak berhenti memandangi wajah Magnus yang terbaring tidak sadarkan diri meski sudah mendapatkan pertolongan.Dokter yang menangani Magnus tidak mengatakan apapun dan hanya bisa menyemangati Naomi seakan memberi isyarat jika kemungkinan keadaan Magnus sudah sangat parah.Naomi mengusap wajah pucat Magnus dengan gemetar, berharap jika sepasang mata Magnus kembali terbuka dan mereka bisa bertatapan.“Masih ada banyak hal yang ingin aku lakukan dengan Ayah, tolong cepatlah sembuh agar aku bisa memasak untuk Ayah dan menemani Ayah pergi memacing, menghabiskan waktu di danau dengan membawa mobil van. Bukankah itu semua sangat ingin Ayah lakukan?” bisik Naomi dengan suara bergetar. “Aku mohon, buka mata Ayah.”Naomi menyeka air matanya dan menggenggam lebih kuat tangan Magnus, kebingungan semakin membuatnya tidak tahu harus berbuat apa selain menunggu Magnus membuka mata dan berharap jika Axel datang menemuinya.Mungk
Ketika Axel datang ke rumah sakit, dia sudah menemukan keberadaan Armon yang duduk seorang diri. Pemuda itu duduk di kursi terlihat menangis dengan tangan yang terbungkus sapu tangan, Armon tidak beranjak dari tempatnya hanya untuk menunggu kabar Rihana sekarang yang masih belum diketahui kepastiannya.Rihana mengalami kebocoran di kepalanya, dia juga mengalami luka di tulang lehernya yang mengharuskan Rihana menjalani operasi.Armon sangat takut jika terjadi sesuatu kepada ibunya karena sejak Armon mengantar Rihana ke rumah sakit, dia tidak sadarkan diri. “Apa yang sebenarnya telah terjadi?” tanya Axel dengan napas tersenggal usai berlari cukup jauh.Wajah Armon terangkat, pemuda itu mengusap wajahnya yang basah oleh air mata, sulit untuk membendung kesedihan yang dia rasakan, hingga membuat Armon tidak peduli untuk menangis di depan umum meski dia seorang pria.Dengan lemah Armon berdiri.“Duduklah,” titah Axel.Dengan patuh Armon duduk kembali, sementara Axel ikut duduk di samping
Begitu pintu terbuka, tanpa permisi Hutton langsung masuk, dia butuh tempat persembunyian sementara waktu karena Rihana dibawa ke rumah sakit, besar kemungkinan dokter yang menangani dan Armon juga akan melaporkan kejadian malam ini kepada polisi.“Kau memiliki dokter pribadi? Aku butuh bantuan.”“Aku akan menghubunginya.”“Obati luka di tanganku dulu, ini sangat perih,” pinta Hutton seraya melepaskan pakaiannya.“Apa yang sudah kau lakukan?” Tanya Jennie memperhatikan luka yang dimiliki Hutton jauh lebih buruk dari apa yang dilihat.Hutton menjatuhkan dirinya ke kursi usai melepaskan pakaiannya dan hanya menyisakan celana panjang. Setelah cukup banyak menghabiskan waktu bersama Jennie, Hutton merasa tidak perlu lagi berpura-pura menjaga martabatanya, lagipula Jennie juga tidak seterhormat yang terlihat.“Istriku sudah membuat kekacauan, karena itulah aku di seperti ini,” jawab Hutton seraya mengusap kepalanya yang sangat sakit berdenyut. Beruntung saja dia masih bisa menjaga kesadara