Pagi-pagi sekali Darla sudah terbangun dan membereskan rumah Magnus yang saat ini membutuhkan pekerjaan ekstra keras usai kepergian banyak pelayan yang memang sengaja dipulangkan oleh Magnus. Beberapa kamar dan ruangan hingga perabotan rumah yang lain bahkan sudah mulai di tutupi oleh kain-kain agar tidak berdebu. Sejak mengetahui keadaan Magnus yang sakit, Cassandra tidak lagi mengganggu, wanita itu lebih banyak memberi pesan kepada Darla dengan menanyakan keadaan Magnus. Cassandra juga secara sukarela menawarkan dokter untuk Magnus. Perdamaian di antara Cassandra dan Magnus adalah awalan yang baik, sesuatu yang selama ini selalu selalu Naomi harapkan. Matahari pagi terlihat, dua orang tukang kebun masih bekerja dan terlihat membersihkan taman hingga kolam. Darla mendekati jendela dan melihat Magnus yang kini duduk di sisi kolam tengah menikmati sinar matahari pagi hari sambil mendengarkan Hood yang tengah berbicara di sela-sela pekerjaannya. setelah melewati banyak perawatan kh
Axel duduk sendirian di sisi pagar, memperhatikan lautan yang tidak pernah bosan untuk dia pandang di sudut negara manapun berada. Setiap kali memandang lautan, Axel selalu merasa memiliki banyak harapan. Axel ingin menjadi seperti lautan, sesuatu yang memberikan kehidupan, sesuatu bisa dipandang mata, namun tidak terukur oleh angka. Axel ingin setenang air laut, sekuat ombak, semenakutkan badai yang mengamuk, orang-orang akan bersahabat dengannya, namun mereka juga akan berhati-hati karena Axel berbahaya. Samar bibir Axel tersenyum, teringat masa kecilnya dulu yang pernah tumbuh di kota Havana dengan bebas, diasuh penuh kasih sayang dan kebahagiaan. Kota Havana memiliki sejarah tersendiri untuk Axel, di tempat ini dia menemukan cinta pertamanya pada bisnis perairan. Dulu, sepanjang waktu Axel selalu berjalan kaki di gang sempit, melihat kesibukan kota Havana di bagian Poerto de frutos, tempat bersejarah itu dulu pernah menjadi tempat pembuatan kapal pada abad 17, sayangnya hancur
“Naomi, dia sehat dan terlihat bahagia. Saya pikir, dia sudah memilih pria yang tepat, namun Anda jangan khawatir Paman, akan tetap terus memperhatikan Nao dan memastikan keadaannya. Jadi, tolong sekarang fokuslah dengan kesembuhan Anda,” nasihat Jaden memberitahu Magnus. Bibir Magnus yang sudah membeku tidak bisa lagi bicara dengan normal terlihat bergerak samar karena tersenyum senang penuh kelegaan. Jaden mengeluarkan handponenya dan beranjak, duduk di sisi Magnus untuk memperlihatkan dokumentasi yang telah dia buat. “Lihatlah Paman, Nao bermain cello lagi, dan kini dia sudah berani tampil di depan semua orang. Saya sampai tidak bisa berkata-kata karena terpukau dengan perubahan Nao yang membanggakan,” cerita Jaden lagi menghibur Magnus. Magnus berkedip pelan, menatap sendu penuh kerinduan pada Naomi yang sudah hampir dua bulan ini tidak bertemu dengannya. Betapa bangganya Magnus dengan perubahan Naomi, selama ini dia memiliki masalah jika tampil di depan umum. Naomi sangat men
Pembicaraan itu membuat Axel cukup kecewa dan sedih, lebih mengecewakannya lagi, hal buruk itu terjadi di hari ulang tahunnya. Axel yang sudah beranjak dewasa hanya bisa diam dan mencoba berpura-pura tidak tahu dengan apa yang sudah dibicarakan kedua orang tuanya. Axel pergi ke dapur, bersikap biasa begitu kedua orang tuanya datang dengan senyuman memperlihatkan diri bahwa tidak terjadi apa-apa. Axel sendiri berpura-pura tidak tahu jika hari ini kedua orang tuanya tengah berpura-pura bahagia. Lambat laun, seiring dengan berjalannya waktu, kedua orang tua Axel akhirnya menceritakan rencana perceraian mereka, Axel yang sudah tahu tampak bersikap biasa saja seakan tidak memiliki kesedihan dan membuat orang berpikir jika sebenarnya Axel tidak begitu peduli dengan kedua orang tuanya. Proses perceraian berjalan dengan cepat, dan Shue-Shen mengambil alih semua kepeminpinan. Perceraian itu membuat Axel mulai mengenal arti kesepian yang sesungguhnya, Shu-Shen semakin sibuk dan Gillbert te
Sharen berjabatan tangan dengan seseorang di sebuah café, mereka baru selesai berdiskusi mengenai mengatur waktu pertemuan karena mulai beberapa hari kedepan Axel akan membuka lowongan pekerjaan secara khusus untuk mahasiswa yang baru lulus sekolah. Perombakan banyak karyawan terjadi lebih dari setengah jumlah karyawan yang ada, sekecil apapun orang yang terlibat dalam tindakan kotor akan dibersihkan, kebanyakan orang dituntut di pengadilan. Secara terang-terangan, Axel sengaja akan menekan keras semua orang Hutton agar mereka lelah dan terpaksa buka suara siapa yang sudah mendalangi mereka. Tindakan Axel memang menciptakan banyak kegaduhan dan isu yang tidak sedap dalam beberapa hari terakhir, namun kini semuanya mereda begitu cepat sejak kabar lowongan pekerjaan dibuka untuk mahasiswa yang baru lulus. Tamu bicara Sharen akhirnya pergi, begitu pula dengan Sharen yang kini membenah beberapa buku dan tabletnya. Belum sempat Sharen beranjak pergi, seorang tamu yang tidak diundang da
Setelah mendengarkan keseluruhan cerita tentang Axel dari David, Naomi akhirnya memutuskan untuk membuat kue untuk Axel. Naomi senang, berkat orang-orang yang terus berbuat baik kepadanya, Naomi bisa mengenal Axel jauh lebih baik lagi sehingga tidak menciptakan prasangka buruk lagi disetiap tindakan yang Axel ambil. Naomi tidak pandai membuat kue, dia sampai harus dibantu juru masak. Tampaknya Naomi harus sangat bekerja keras karena beberapa kali kue yang dibuatnya bantet, gosong sampai harus mengulanginya kebih dari dua kali. “Nona, Anda tidak memiliki hadiah untuk diberikan?” tanya David memperhatikan kesibukan Naomi yang harus selesai mengulang kembali membuat kue yang dia inginkan. “Axel sudah memiliki segalanya, rasanya dia tidak membutuhkan apapun lagi.” David tersenyum geli, “Kata siapa tuan Axel sudah memiliki segalanya? Dia belum memiliki nona sepenuhnya,” jawab David menyiratkn sesuatu agar Naomi bisa paham apa yang telah dia katakan. “Aku tidak mengerti maksudnya David.
“Selamat datang Tuan,” sambut David tersenyum lebar melihat kedatangan Axel yang datang lebih awal dari biasanya, David membantu melepas jass Axel dan mengambil tas kerjanya.“Di mana Naomi?” tanya Axel melihat ke sekitar.David tersenyum ketar-ketir membuat Axel langsung menyipitkan matanya menatap curiga.“Ada apa? Apa terjadi sesuatu?” tanya Axel.“Nona Naomi sedang ada di dapur,” jawab David tesenyum dengan wajah yang pucat pasi karena rencananya kali ini tidak berjalan lancar. Alih-alih membuat Naomi senang mempersiapkan kejutan untuk Axel, David malah membuat Naomi setres karena semua kuenya gagal.Kegagalan demi kegagalan membuat kue mendadak membuat Naomi dendam kepada dirinya sendiri dan tidak mau berhenti membuat kue sebelum kue keinginanya dapat dibuat.Axel segera pergi ke dapur untuk memeriksa apa yang sebenarnya dilakukan gadis itu sekarang, tidak seperti biasanya dia ada di dapur. Begitu Axel sampai ke dapur, pria itu bisa mencium aroma hangus dan melihat pemandangan da
Suara isakan terdengar di kamar mandi, Naomi duduk meringkuk di bathup terlihat masih menangis karena kesal. Naomi berpikir hari ini akan berakhir dengan baik, tapi ternyata sebaliknya. Ternyata, tidak semua niat baik akan diterima dengan baik. Dibandingkan dengan kesal karena kemarahan Axel, Naomi justru kesal kepada dirinya sendiri yang tidak bicara tidak tepat pada waktunya. “Aku seharusnya tidak marahan dengan Axel, bagaimana jika karena kita bertengkar, Axel jadi semakin sedih?” ucap Naomi bertanya kepada dirinya sendiri. Naomi memukul permukaan air yang dipenuhi oleh busa, dia tidak berhenti merutuki dirinya sendiri karena sudah bersikap kasar, “Seharusnya aku memahami Axel yang hari ini sedang sensitif, dasar bodoh.” Naomi menyesal, memang dia sangat kesal dengan reaksi tindak menyenangkan Axel, namun Naomi tersadar jika seharusnya dia lebih bersabar dan tidak ikut terbawa emosi. Axel membenci hari ulang tahunnya dengan banyak alasan penting, tidak mudah menyukai sesuatu yan