Melihat peetandingan taekwondo
Mitha membuka isi paketannya, setelah dibuka ternyata sebuah ponsel baru dari sang suami. Hatiku sudah membeku Mas, sekeras apapun usahamu aku akan tetap pada pendirianku. Guman Mitha dalam hati. Sebagai mana tinggal bersama suami tapi terasa sangat asing, manusia memiliki tabiat kadang taat, kadang maksiat, semua tergantung dari keimanan dan jiwa kita masing-masing.
Ada yang terpesona oleh tipu daya dan terlena oleh pesona dunia, ada juga yang tidak mudah tergoda oleh pesonanya, Tapi, suamiku berbeda ia mengambil jalan yang terlena oleh dunia, aku hampir tidak percaya, ya Allah bantu hambamu untuk menyelesaikan masalah ini ucap Shelomitha dalam hati.
Rembulan mulai bersinar di waktu malam, hanya terdengar suara bising pabrik dan suara lalu lalang kendaraan, Mitha duduk di balkon atas, di pandanginya bintang, Ia berharap ingin selalu menjadi sinar untuk kedua Buah hatinya. Shelomitha beranjak memasuki kamar ia berbaring di atas ranjang rasa ngantuk menyerang hingga ia tertidur larut dalam mimpinya.
Bram masih dikantor ia sibuk dengan tugasnya, selesai mengerjakan ia beranjak pulang dilihatnya semua komputer sudah dimatikan hanya dirinya dan beberapa karyawan yang ada dikantor. Dia gontai menuju parkir mobil sampai disana, ternyata Siska sudah menunggu diparkiran.
"Heyy sayangku." ucap Siska menggoda.
Diam Sittt Dia lagi Ga ada henti-hentinya ia mengganggu hidupku. guman Bram muak.
"Malam ini kencan yuk ke apartemen Mas?" Tanya Siska lagi.
"Ndak, saya mau pulang!" jawab Bram tegas.
"Ayolah Mas Bram, Siska rindu belaian Mas Bram.
"Dengar ya? Jangan ganggu saya." Ucap Bram kesal.
"Baiklah, kau mas ndak mau kubongkar kehamilanku di depan Mbak Mitha? Ancam Siska
"Bener-bener gila kamu ya," ucap Bram emosi
"Terserah Mas pilih mana." ancam Siska pada Bram.
Akhirnya mereka sampai diapartemen Siska, Bram sengaja mengikuti alur wanita ini, ia berharap ada sedikit saja celah untuk mengetahui sifat jahatnya dan juga Rahasianya. Ia harus berpura-pura supaya ia sendiri yang membongkar kejahatannya. Atau malah nantinya Bram yang akan terperangkap dalam permainan wanita itu.
Kopi panas mengepul tercium dihidung bram. Aromanya yang begitu nikmat tarsaji diatas meja, Siska sengaja merayu Bram dengan pakaian Mini, bram menyeruput kopi panas itu, sambil ia berfikir bagaimana cara menolak Siska,
"Mas, Siska rindu,,Sambil bersandar di dada Bram.
Diam
"Mas," ucap Siska Aku harus menggodanya hingga Mas Bram mau bercinta denganku.
"Iya Sebentar,"
Pasti wanita ini simpan ponselnya, Aku berdiri meminum kopi, mataku tertuju pada ponsel yang ada di dekat vas bunga, bener kan dia mau menjebak aku. Ucap Bram dalam hati.
"Sis tolong ambilkan dulu handuk?" aku mau mandi.
"Baiklah Mas,"
"Ya aku tunggu," Dengan cepat Bram menggambil ponsel itu mengeceknya ternyata benar vidio On, dasar wanita bar-bar ucap Bram dalam hati. Ia langsung mematikan vidionya dan mengembalikan ke tempat semula.
Setelah mandi Bram hanya memakai handuk berjalan keluar mau mengambil baju. Siska langsung menarik tubuh Bram hingga terjatuh diranjang, dan dosa itu kembali terjadi. Ketika Siska berada dikamar mandi Bram cepat-cepat bersiap mau pulang, ia memakai baju langsung beranjak pulang tanpa Pamit, Siska yang keluar kamar mandi mencari Bram sudah tidak di tempatnya.
Siska mendengus kesal hingga membanting gelas dilantai, siska ingat vidionya untuk teror Mitha, Dilihatnya ponsel dan ternyata off, Aduh nih aku yang lupa nyalain apa gimana sih, kok bisa ya jadi off. mana Mas Bram memperlakukan Aku tadi kasar banget lagi, berasa aku kayak wanita penghibur saja. Tapi , tak apalah yang penting usahaku untuk merebutnya dari kakakku itu terwujud hahaha..ucap Siska dengan nada mengancam.
Bram melajukan mobilnya dengan kecepatan cepat,ia berharap cepat sampai rumah. Sampai rumah terlihat sepi. Mungkin semua sudah tertidur. Ia berjalan gontai menuju kamarnya, ia menatap lekat kamar di sampingnya sedikit terbuka, ia melihat Mitha sudah tertidur, biasanya ia selalu menunggunya meskipun Bram pulang larut.
Bram masuk, terlihat istrinya lagi tidur nyenyak, Bram mengusap rambutnya lalu mencium kening sang istri, ia beranjak pergi meninggalkan kamar menuju kamarnya, ia harus berkata apa rasa bersalahnya kembali terjadi ia sudah melakukan dosa itu lagi.
Fajar mulai bersinar dari ufuk timur, suara riuh burung-burung berkicau dan embun pagi membuat dinginya tembus dikulit, Seperti biasa Shelomitha menyiapkan beberapa hidangan di meja makan, mitha berjalan membantu sang anak merapikan baju sekolahnya. Diajaknya sang anak sarapan, mitha meminta si mbok untuk memanggil Bram.
Sementara Mitha masuk kamar mandi dan berdandan tidak seperti biasanya hanya memakai daster kali ini ia memakai celana jeans dan kaos panajang dengan manik-manik dengan rambut diikat diatas, dipolesnya make up tipis membuatnya begitu cantik dan elegan. Saat mereka lagi asyik menyantap hidangan Mitha turun, dan Mau bergabung sarapan bersama, sang anak terpesona melihat Bundanya turun dari atas..
"Bunda cantik banget." ucap Raka dan Rania bersamaan.
Bram langsung menoleh kebelakang, ia tak percaya ini istrinya tumben dandan mana cantik banget lagi, mau kemana dia, guman Bram dalam hati.
"Mau kemana Bunda cantik banget?" Tanya Raka.
"Bunda sama Eyang mau jalan sebentar nemenin Om Fiko lagi lomba taekwondo sayang!"
"Ikut Bunda,"
"Rania boleh ikut sama Bunda Tapi, Raka sekolah ya sayang biar pinter." ucap Mitha.
"Baik bunda."
"Gitu dong, nanti Bunda Beliin kesukaan Raka ya?"
"Makasih bunda," sambil mencium pipi sang Bunda.
Bram hanya diam, ucapan sang istri bagai menampar jiwanya. Selesai sarapan Mitha mengajak kedua putranya untuk berangkat. Bram yang merasa diacuhkan oleh istrinya segera berjalan mendekati istrinya.
"Tha, tolong bersikaplah dewasa?" tanya Bram pada Mitha.
"Maksudnya dewasa yang seperti apa Mas, bisa dijelaskan?
"Tha, Maksud Mas.
"Berapa tahun Mas bersingkuh dariku? Ga bisa jawab kan? Tanya Mitha pada bram kesal.
"3 tahun." jawab Bram takut.
"Tiga tahun bukan waktu yang sedikit Mas, Aku Shelomitha tidak pernah bermimpi punya suami bekas dipakai orang. berapa kali mas tidur dengannya?" tanya Mitha emosi.
"Tha Maafin Mas," jawab Bram menyesal.
"Mitha sudah Maafin Mas kan, Tapi kita berjalan sendiri-sendiri Mas. Selama ini aku berusaha untuk setia, tapi sepertinya Mas ndak puas denganku. Dan mencari wanita lain, Permisi
Ya Alloh bantu Aku untuk menjalaninya, kuatkan hatiku yaa Robb, Mitha lalu berlalu bersama Anak-anaknya.
Bram mengusap rambut dengan kasar dilemparnya vas bunga kelantai, Mitha belum pernah berkata kasar sebelumnya. Hari ini ia bener-bener marah padaku. Mbok Darmi kaget dan langsung menghampiri suara gaduh itu.
Dilihatnya vas bunga bertaburan dilantai, Bram pergi dan mbok Darmi membersihkan pecahannya. Apa, Den Bram selingkuh tapi sama siapa? Ucap mbok darmi penasaran.
Shelomitha mengantar sang anak menuju sekolah, lalu berangkat menuju gedung yang dituliskan alamat oleh sang Mama, melalui aplikasi warna hijau. Selang berapa Menit mobil terparkir di gedung olah raga
"Mang kardi ndak usah nunggu diluar Ayo ikut masuk semangatin Den Fiko?" tanya mitha pada Mang kardi.
"Baik Nyah," ucap supir pribadi Mitha
Mitha dan Rania masuk dalam gedung tersebut, tempat sudah rame mereka mencari keberadaan sang Mama, dilihatnya wanita paruh baya itu sudah menunggu kedatangannya,
"Mama?" Mitha berjalan menghampiri sang Mama.
"Ayo duduk disana sebentar lagi lomba dimulai." ucap sang Mama.
"baik Ma" mitha dan Rania mengekor dibelakang Mama mertuanya.
Acara demi acara sudah dilalui giliran Fiko yang Maju, ia sempat kalah dan terjatuh, didengarnya ada yang berteriak sang Mama dan Mbakyu nya yang cantik membuat Fiko kembali bersemangat, babak selanjutnya final sang Mama dan mitha melihatnya cemas
"Mama, Mitha takut itu mulut Fiko sudah berdarah," ucap Mitha tak tega melihat Fiko.
"Tha jangan merasa sedih, Ayo kita dukung Fiko semangatin ya sayang, nanti kalau fiko lihat kita senang pasti Dia menang." ucap mama memberi tau Mitha.
"Masa Ma?" tanya Mitha pada mertuanya
"Iya Ayo sudah tersenyum, jangan cemberut saja Tha,
"Iya Ma,
Fiko, Fiko ,fiko
Mitha, Mama, Rania serta mang kardi mereka kompak semangatin Fiko, Fiko yang melihat dari kejauhan menjadi semangat, ia harus berjuang, demi Mamanya dan Mbakyu nya.
dan Akhirnya ia mendapat juara satu. Sang Mama terlihat begitu gembira dan memeluk sang putra.
"Selamat ya Fiko," ucap mitha pada sang adik.
"Makasih Mbak Mitha! Makasih juga sudah datang semangatin Fiko."
"iya sama-sama Fiko" ucap mitha pada Fiko
"Sakit ndak Om bibirnya berdarah?" Tanya Rania.
"Hmmm, Sakit ndak ya! Ndak papa Rania nanti juga sembuh di obatin sama Om. Kan Om laki-laki harus kuat." Jawab Fiko sambil menggendong Rania.
Fiko menggendong Rania menuju mobil, mang kardi pulang mau menjemput Raka, Mitha sama Rania ikut mobil Fiko. Mama mengajak mampir keresto, Mitha terlihat sedih sebentar lagi ia akan kehilangan orang-orang yang disayang, cepat atau lambat ia pasti akan pergi dari keluarga yang begitu baik dengannya. Di dalam mobil, Mama mertua memberi obat luka pada Fiko.
"Hebat ya om Fiko jadi juara, selamat ya Om?" tanya Rania sama Fiko ia berharap Fiko bisa menjaganya selalu.
"Pasti dong sayang om Fiko bakalan jagain Rania, ucap Fiko pada Rania.
"Makasih ya Om,
"Sama-sama sayang.
Fiko melajukan mobilnya pelan, ia hanya ingin luka mbaknya sedikit terobati. mobil sudah terparkir di depan resto. Mereka masuk dan memesan makanan, tak berselang lama makanan sudah siap diatas meja mereka.
Next.....
Part6Mama wulan melihat menantunya sedih, beliau melihat Shelomitha mengusap air mata, Fiko sudah menceritakan perselingkuhannya Bram juga Siska, sang Mama terlihat sedih, melihat luka yang disembunyikan oleh menatunya Mitha."Fiko sebenarnya ada apa dengan Mbakmu? tanya Mama pada Fiko saat itu."Memang kenapa Ma," jawab Fiko pada Mamanya sambil menatap ponselnya."Jangan bohong sama Mama Fiko, Mama kenal Mitha sudah lama dan Mama tahu kalau Mbakmu itu lagi ada masalah," ucap mamanya."Sebenarnya Mas Bram selingkuh Ma," jawab Fiko pelan."A... Apa?" kata Mamanya, lalu beliau pingsan.Ma... Mama bangun Ma, Mama ... bangun MaSang Mama pingsan, selang berapa menit Mamanya akhirnya sadar juga."Fiko tolong ambilin Mama Minum?" suruh Mamanya."Baik Ma," seru Riko sambil memberi minum. "Mama sudah Fiko bilang pasti kan jadi kepikiran begini.""Ko bisa sih Fiko, Masmu bisa Main gi
Kenyataan pahitMungkin inilah cobaanku, Allah mungkin sedang rindu akan Air mataku. Air mata yang entah kapan terakir menetes, aku selalu bahagia, hari ini di mana rumah tangga Shelomitha sedang diuji haruskah aku bertahan apakah harus melepaskannyaMobil terparkir di halaman sekolah Raka, Mitha mengantar anaknya sampai depan kelas. Ia lalu bergabung dengan ibu-ibu wali murid ada Bu sari juga Bu Ani yang setia mengantar Anaknya, yang lainnya sibuk kerja mencari tambahan nafkah untuk sang suami."Jeng Mitha, pangkling aku kirain siapa tambah cantik saja," ucap Bu Sari"Iya Bu, Do'ain ya? biar istikomah terus bisa seperti ini." jawab mitha pada Bu Sari"Iya jeng tenang saja pasti kita dukung terus kok!""Makasih ya Bu."Shelomitha bersama ibu-ibu mengobrol, lumayan Mitha bisa sedikit menghilangkan penat di dada. Mitha pamit undur diri untuk pulang, Mitha pulang sambil membawa belanjaan dapur. Fiko juga Mamanya masih ada d
Bahagia bersama keluarga *** Keluarga kecil yang Rukun dan harmonis, bisa hancur karena, perdebatan-perdebatan kecil yang tidaklah penting. Tapi ini lain Bram telah menghamili perempuan itu, sebenarnya Bram adalah pria yang romantis dan penyayang, bersamanya Shelomitha lupa bagaimana caranya menagis. Delapan tahun menikah, baru kali ini Bram menyakiti hati Mitha,pi kenapa? Ini soal yang ada diperut itu Dia tak berdosa ia harus mendapatkan perhtian dari Ayahnya biologisnya. Dengan cepat Mitha menghapus air matanya. Mobil terparkir di depan rumah sang Eyang, mereka masuk dan Mamanya menyambutnya dengan sangat senang. Mamanya bahagia andai mereka tak berpisah. Tapi kenyataannya lain sebentar lagi mereka akan berpisah, "Pagi Mama." Sapa Mitha sambil membawakan sang mama oleh-oleh buah dan juga kue kering. "Pagi sayang, gimana hari ini sehat," jawab sang Mama, setelah selesai mencium kedua pipi mena
Fiko penyelamat Mitha***Fiko berkemas di dalam kamarnya, ia mencari bajunya buat tanding namun tak ia temukan, perasaan Fiko menaruhnya di dalam tas. Ia turun dari kamar atas menemui sang Mama,"Mama tau seragam Fiko yang baru kemarin, ndak? Baju buat lomba kemarin Ma?" Tanya Fiko pada sang mama."Gimana sih sebentar lagi berangkat lo, inget ga ditaruh dimana," jawab Mamanya."Di dalam Tas sih ma.""Kan habis pertandingan kita nginep di rumah Masmu. Inget ga? Mungkin ketinggalan disana.""Oh iya, kalau ndak ada di sana bagaimana Ma.""Makanya sekarang cepat cari, mumpung masih tiga jam lagi berangkatnya," jawab Mama."Iya deh Ma, Fiko berangkat kesana."
Berkunjung ke rumah AyahPemandangan yang asri udara yang sejuk membuat Raka dan Rania melihat pemandangan yang begitu indah. Dari balik kaca mobil terlihat senyum merekah dari kedua anaknya. Mitha dan anaknya tak sabar berjumpa dengan sang kakek yang telah lama tak mereka jumpai.Mobil terparkir di alamat yang Mith pegang, tiga bulan lalu saat terakhir kali bertemu sang Ayah pindah ke kota Nganjuk. Rasa bahagia ketika alamat sang Ayah sudah ia ketemukan, halaman yang luas penuh bunga-bunga jarak antara rumah penduduk masih beberapa meter, 200 meter dari rumah Ayahnya. Terlihat akses jalan rel kereta api.Rumah yang nyaman dan indah dengan perabot bercorak kayu jati asli membuat mata tak bosan memandang.Assalamu'alaekumWa'alaikumsalam"Ayah..." Dengan takzim Mitha mencium punggung sang ayah dan memelukn
LiburanPagi yang indah terdengar suara riuh burung-burung berkicau, Mitha dan anak-anaknya berjalan di persawahan juga melihat pemandangan yang hijau dan juga sejuk. selesai jalan-jalan mereka berlalu pulang dan Kakaknya sudah berada pulang dari kota Madiun. Ia memeluk Mitha. Kakaknya sangatlah rindu dengan adik semata wayangnya."Ko tambah cantik saja sih Adik Mas?""Mulai menggoda," jawab mitha sambil mencubit pipi Pramono."Gimana kabar kamu? Mas sampai rindu sudah lama kita tak bertemu.""Alhamdulillah baik Mas, tapi tidak dengan pernikahan Mitha sudah diambang kehancuran Mas?""Kok bisa gimana sih Mas ndak ngerti?""Mas Bram selingkuh dengan Siska Mas?""Apa... dasar bener-bener Siska ndak ada habisnya buat hancurin keluarga kita.
Tangis ShelomithaSebelum adzan magrib berkumandang mereka sudah samapi di rumah sang kakek, mereka membersihkan diri lalu sholat magrib berjamaah. Setelah itu mereka berkumpul di meja makan.Makan malam sudah tersedia ada mie goreng, telur, ayam bakar juga urap-urap dan sambal kentangHeningHanya terdengar suara sendok dan piring mereka menikamati makanan, yang begitu menggoda lidah. Hingga piring mereka kosong, Mitha membantu membersihkan sisa makanan. Meja kembali rapi, Mitha mendekatiAyahnya, dan Pak Ferdi bertanya pada Mitha.Kapan baliknya nak? Apa sebaiknya disini saja, temani bapakmu juga Masmu?" tanya sang Ayah."Raka harus sekolah Ayah, kan Mitha kemarin sudah cerita sama Ayah.""Yakin ndak takut kalau digangguin atau mungkin sama Siska
Melawan penjahatMereka berangkat mengantar Raka ke sekolah mobil Fiko melaju dengan kecepatan sedang. Fiko mengantar sang keponakan di depan gerbang sekolah. Mama mertuanya mengajak Mitha untuk membeli kebutuhan makanan di dapur, mobil Fiko sudah terparkir di mall.Sang mama dan Mitha turun lalau masuk kedalam untuk belanja, sedangkan Fiko melihat-lihat baju sambil menunggu mereka belanja. Fiko sepintas melihat Siska belanja dengan seorang lelaki setengah baya. Fiko terus mengamati gerak gerik mereka berdua. Apa itu yang namanya Om Jarwo ya? Batin FikoLelaki setengah baya itu mendapat telepon dan langsung bergegas pergi bersama Siska, Fiko berjalan gontai menuju resto ia memesan satu cangkir capuchino, sambil menunggu sang Mama juga Mitha. ia menyeruput isi dalam cangkir yang begitu nikmat, tak berselang lama Mama dan Mitha datang menghampiri.
Sweet momentDada Mitha bergemuruh, rahasia selama ini ia pendam sendiri. Fikopun tidak mengetahui jika dirinyalah Dara gadis yang selalu berkepang dua pujaan hatinya. Saatnya menepati janji mengajak Raka juga Rania melihat perlombaan Fiko, Mitha berusaha tegar dan tidak gugup ketika meliahatnya nanti.Tok ... tok ... tok.Masuk"Bunda Sudah siap belum?" tanya antusias Rania yang sudah rapi dengan baju kesayangannya, sambil memeluk tubuh Bundanya."Baiklah sayang, Rania sama Raka sarapan dulu biar Bunda mandi ya," jawab Mitha pada Rania, Ia pun berlalu pergi dengan perasaan gembiranya.Mitha menatap cermin yang berada di depannya, wajahnya yang kian hari kian memucat, ia sedikit berdandan warna natural yang menjadi pilihannya. Ia terlihat begitu cantik, jauh dilupuk hatinya ia merindukan Fiko.Mitha turun dari lantai atas menuju meja makan, Raka juga Rania saling pandang mereka melihat Bundanya begitu cantik yang tid
Selalu untuk selamanyaMitha menghebuskan nafas panjangnya, ia tidak pernah mengira jika Fiko tidak mengenalinya hingga saat ini. Mitha menginggat saat Raka menang dalam lomba saat itu ia tanpa sadar memeluk Fiko, ia tak tahan dengan bebannya yang ia tanggung sendiri. Bayangkan saja selama ini Fiko menghilang saat ia kembali ia sudah tak mengenalinya.Tapi, perasaan buat Fiko tidak pernah berubah hingga detik ini, ia menyayangi Fiko melebihi dirinya sendiri. Kalaupun Fiko sedah menikah biarlah rasa ini akan Mitha pendam hingga jiwanya tak lagi bersatu dengan tubuhnya.Ya Robb, Mitra mencoba mengerti tentang makna dari semuanya ini, jika takdirnya bukan untuk Fiko, Mitha iklaskan untuk bisa menjalani hari-harinya tanpa hadirnya.رَبَّنَا آتِنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمًَة وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ َأمِْرنَا رَشَدًاRobbanaa aatinaa min ladunka rohmatan wa hayyi lanaa min amrinaa rosyadaa."Ya Allah, berilah rahmat pada kami dan beri
Cinta pertama Mitha"Bunda, Raka hari ini ada tugas bikin, kolase membuat ikan, dengan bahan biji-bijian bagaimana?" tanya Raka pada Bundanya Mitha."Minta sama si Mbok buat siapin bijinya sayang, udah bisa bikin caranya belum sayang," jawab Mitha menanyakan pada Raka."Baik Bunda." Raka berlalu pergi dan menemui Mbok Darmi untuk menyiapkan bahannya.Mitha membantu Raka menempel bahan biji-bijian kedelai dan kacang hijau juga jagung. Raka menata dan menempel biji-bijian dengan rapi, selang beberapa menit tugas menghiasan ikan dengan kolase sudah siap."Bagus Bunda makasih ya sudah bantuin Raka," ucapnya pada Bunda kesayangannya."Sama-sama sayang Bunda akan selalu ada buat Raka, kok jadi murung begitu kenapa sayang?" tanya mitha pada putranya."Bu
Menatap harapanSuara angin menembus kalbu, Mitha menatap pantai dari kejauhan, bocah kecil berlari kesana sini. Ada yang bermain layang-layang, membuat bangunan dari pasir, itulah anak-anak pantai. Tapi tidak dengan anakku Rania juga Raka ia tetap berada dalam posisinya bermain di dalam rumah.Apakah hati mereka bahagia? Mitha pun tak tahu apa yang dirasakan anak-anaknya. Mitha mencoba berbicara sama kedua anaknya."Raka, Rania Sini nak." Panggil Mitha kepada anak-anaknya."Iya Bunda," jawab keduanya."Mau ikut bunda tidak?" tanya Mitha pada kedua anak kesayangannya."Mau dong Bunda," ucap keduanya bareng."Ayo kita jalannnn...."Mitha mengajak mereka berlari kearah pantai dan membeli satu buah layang-layang, Dilihatnya Raka juga Rania begitu senang. Mitha meminta Raka untuk memegang layangannya dan Mitha yang menari
MerinduMenjadi seorang yang bermanfaat bagi orang lain bukanlah perkara mudah, banyak hal yang akan kita persiapkan untuk bekal menjalaninya. Salah satunya adalah belajar bagaimana memahami, menerima, masalah yang akan kita berikan solusi dan memilih cara yang tepat untuk mengatasinya.Fiko menikmati perjalanan menuju kota Ayahnya Mitha tinggal ia berharap, ia bisa menemukan titik terang, dimana tempat tinggalnya Mitha berada. Mobil terparkir di halaman depan rumah pak Ferdi, Fiko turun dan masuk kedalam rumah.Assalamu'alaikumWa'alaikumsalam"Lho ada nak Fiko ayo silahkan masuk?" pak Ferdi mempersilahkan Fiko masuk ke dalam rumahnya."Iya Pak terima kasih, saya sengaja datang kesini karena mau menanyakan keberadaan Mbak Mitha, berapa bulan yang lalu saat saya sakit, Mbak Mitha pindah
Pernikahan Fiko gagalKadang hidup kita seperti cakrawala dibasahi hujan dan dikeringkan oleh sinar matahari. Tapi apapun yang memberi warna hidup adalah senyum terindahnya, begitulah ungkapan perasaan Mitha pada sang hati yang merindukannya. Mitha berada di rumah barunya dikota yang sangat jauh dari kota surabaya.Orang baru suasana baru, semoga saja Raka juga Rania betah tinggal disini, butik yang dirintisnya satu bulan yang lalu melaju sangat pesat, dengan bantuan saudara rekan kerjanya Ana. Mitha dengan cepat meraih keuntungan bisnisnya.Rumah yang sederhana yang Mitha tempati mungkin akan menjadi tempat yang baru, tempat yang bisa membuatnya bahagia.Raka menghampiri bundanya."Bunda," ucap Raka sambil menghampiri bundanya."Iya sayang, Gimana selama sebulan disini Raka betah tidak nak?"
Malam pertama"Apa ini tidak terlalu cepat Mas? Apa ga dipikirkan dulu soal pernikahan kita?" tanya Lili yang sering di panggil Syerli pada Bram."Sudah terlalu banyak kesalahan yang kulakukan Li! Aku harus menghentikannya bantu aku untuk bisa berubah," jawab Bram sambil memegang tangan Lili."Apa Mas tidak minta persetujuan dari anak-anak Mas dulu? Ini soal pernikahan Mas, Mas juga harus menjaga perasaan mereka." Lili bicara menginggatkan Bram."Baiklah nanti aku minta izin sama Raka dan Rania. Aku juga sudah lama tak bertemu mereka, aku sibuk dengan urusanku," ucap Bram pada Lili ia merasa bersalah.Papa macam apa aku ini, aku melupakan anak-anakku. Aku begitu egois bagaimana jika mereka membencinya, sejak perpisahan itu Bram belum pernah sekalipun menemui mereka.Mobil Bram melaju ke rumah Mitha, rumah Mitha tampak kosong, sepi ia lalu masuk ke dalam ia me
Penyesalan***Ammar melempar semua barang di dalam apartemenya, ia tidak tau ternyata Siska menjebaknya, Ammar mengajak rambutnya.Sekarang ia benar-benar kehilangan Selo untuk selamanya, Ammar tau jika Selomitha tidak akan memaafkanya.Ia sudah lama mengenal Selo, semakin ia meminta maaf semakin Selo membencinya.Siska kau harus membayar semua yang kau lajukan padaku? Bahkan Selo sudah menyetujui rencana untuk menikahiku, guman Ammar kesal sambil membanting barang di depannya.Sementara Siska menagis, di depan rumah Mitha, ia menyesal setelah membaca koran yang diberi Mitha kemarin. Siska hanya menatap koran yang dipeganginya, betapa Ayah angkatnya menggendongnya saat orang tuanya meninggal, Siska menjerit histeris mengetahui kebenarannya.Begitu banyak kejahatan yang ia lakukan, hingga menyakiti Mitha hingga ia menderita, menyesalpun tiada gunanya, sepertinya Mbak Mitha sudah meninggalkan kota ini. Dilihatnya rumah begitu sepi, bag
Skenario Siska"Iya Mas, Sultan memang anakmu." Syerli memberi tahu Bram bahwa Sultan adalah anaknya, Bram lah yang menanam benih saat ia masih kuliah."Apa ... maafkan aku Syerli." Bram sungguh banyak noda yang ia lakukan pada seorang perempuan, bertahun-tahun menelantarkan anaknya."Diam...!" Ia tak kuasa menahan beban yang selama ini ia pendam, ia harus berjuang sendirian melawan cemooh orang."Terus dengan Fino?" Bram bertanya siapa ayah Fino sang sekarang sedang sakit."Dia anakku Mas! Seseorang menolongku dan menikahiku, kami hidup bersama hampir delapan tahun, tapi beliau meninggal kecelakaan, sejak saat itu aku pun bekerja."Maafkan aku Syerli, gara-gara aku kamu diusir dari rumah dan menderita, waktu itu ga ada niat buat meninggalkanmu kamulah yang pergi meninggalkanku.""Sudah ndak papa Mas, semua sudah terjadi.""Kau tahu Syer, hidupku pun telah hancur. Aku menghianati Mitha dan selingkuh dengan adik angkatnya,