Tangis ShelomithaSebelum adzan magrib berkumandang mereka sudah samapi di rumah sang kakek, mereka membersihkan diri lalu sholat magrib berjamaah. Setelah itu mereka berkumpul di meja makan.Makan malam sudah tersedia ada mie goreng, telur, ayam bakar juga urap-urap dan sambal kentangHeningHanya terdengar suara sendok dan piring mereka menikamati makanan, yang begitu menggoda lidah. Hingga piring mereka kosong, Mitha membantu membersihkan sisa makanan. Meja kembali rapi, Mitha mendekatiAyahnya, dan Pak Ferdi bertanya pada Mitha.Kapan baliknya nak? Apa sebaiknya disini saja, temani bapakmu juga Masmu?" tanya sang Ayah."Raka harus sekolah Ayah, kan Mitha kemarin sudah cerita sama Ayah.""Yakin ndak takut kalau digangguin atau mungkin sama Siska
Melawan penjahatMereka berangkat mengantar Raka ke sekolah mobil Fiko melaju dengan kecepatan sedang. Fiko mengantar sang keponakan di depan gerbang sekolah. Mama mertuanya mengajak Mitha untuk membeli kebutuhan makanan di dapur, mobil Fiko sudah terparkir di mall.Sang mama dan Mitha turun lalau masuk kedalam untuk belanja, sedangkan Fiko melihat-lihat baju sambil menunggu mereka belanja. Fiko sepintas melihat Siska belanja dengan seorang lelaki setengah baya. Fiko terus mengamati gerak gerik mereka berdua. Apa itu yang namanya Om Jarwo ya? Batin FikoLelaki setengah baya itu mendapat telepon dan langsung bergegas pergi bersama Siska, Fiko berjalan gontai menuju resto ia memesan satu cangkir capuchino, sambil menunggu sang Mama juga Mitha. ia menyeruput isi dalam cangkir yang begitu nikmat, tak berselang lama Mama dan Mitha datang menghampiri.
Wanita istimewaTiada satupun skenario Allah yang tiada indah, semuanya pasti indah walaupun kita sulit untuk memahaminya, itulah yang terjadi pada musibah tadi semuanya atas kehendaknya. Semoga Fiko baik-baik saja, ia terluka karena menyelamatkanya, bayangan tusukan itu selalu menari-nari diotak Mitha.Fiko selamat adalah anugerah terindah di balik setiap musibah yang mereka alami. Sungguh Mitha berharap semua baik-baik saja. Ia takut melibatkan keluarga mertuanya untuk membantunya, ia takut jika banyak yang terluka olehnya karena ulah Siska.Siska hanya mengincarnya tapi Fiko yang terluka.Apa Mitha harus pergi sajadari rumah ini, Mitha takut jadi beban Mama juga Fiko. Apa di izinin ya sama Mama. Mitha takut jika Mama marah ia tak berani berkata. Semoga saja mama menyetujuinya, Mitha berjalan mememui sang Mama.
Putusan pengadilanBisakah Siska berubah, di dalam hidupnya hanya ada ambisi dan dendam, kami selalu menyayanginnya hanya dengan sekali hasutan sang paman, ia berubah jadi wanita yang kejam. Siska tidak pernah menyadari bahwa hidupku tidak dipenuhi dengan ambisi, kalaupun ia harus terpuruk karena kehancuran rumah tangganyaShelomitha tidak lupa bahwa semua sudah rencanaNYA.Tantangan hidup setiap orang pasti ada, taklukkan dan jadilah pemenang. Kemenangan bukti perjuangan, makin gigih berjuang, makin terbuka pintu kebahagiaannya.Nama Bramantiyo dan Shelomitha sandara dipanggil di dalam ruang pengadilan. Mereka dan juga saksi masuk dalam ruangan, debaran hati Shelomita tak beraturan keringat dingin membasahi tubuhnya. Sungguh tak ada dalam benaknya akan duduk dikursi dihadapan para hakim dipengadilan.Ya Allah
Hati Raka terluka, lebih sakit dari diselingkuhiFajar terbit dari ufuk timur, matahari mulai menampakkan sinarnya, Mitha begegas membantu simbok untuk membuat sarapan untuk Raka juga Rania. Sarapan sudah tersedia di meja makan, ada mie bihun dan juga ayam goreng dan telur, mereka sarapan bersama, lalu beranjak menyiapkan diri untuk berangkat ke sekolah.Mitha begitu cemas, jika Fiko tidak datang bagaimana dengan Raka, ia takut jika Raka kecewa, apapun yang terjadi Mitha harus berusaha membahagiakan batin anaknya. Ia menatap benda pipih ditangannya ia berharap Fiko menghubunginya, namun ponsel milik Fiko pun tidaklah aktif."Bunda Ayo berangkat? Nanti Raka telat ke sekolah." Raka bertanya kepada Bundanya sambil bersiap-siap membawa tas miliknya."Iya sayang, Ayo! Rania di rumah sama Mbok Darmi apa ikut Bunda sayang?" tanya Mitha kepada anaknya Rania.
Sore itu"Fiko Mama jodohkan kamu,dengan anak temen mama?" tanya mamanya kepada Fiko yang lagi duduk di samping mamanya."Apaan sih mama kayak zaman siti nurbaya saja," jawab Fiko kesel."Cantik tau Fiko pasti kamu suka deh sama Dia," ucap sang mama sambil membujuk putranya."Terserah mama saja," ucap Fiko sambil berlalu pergi meninggalkan mamanya sendirian.Mungkin ini akan menyakiti Fiko, tapi sang mama tau persis jika Fiko menyukai Mitha. Mama Wulan berharap tidak akan ada lagi pertengkaran antara Bram dan juga Fiko hanya demi satu wanita.Bram menemani Siska di proses persalinannya, tubuh Siska yang tak kuat menahan sakit akhirnya bayi lahir dengan cara oprerasi. Anak laki-laki telah lahir ke dunia biasanya sang Ayah akan menyambut kedatangan anaknya den
Gelisah***Selesai pemakaman, mereka bergegas melangkah meninggalkan pemakaman tidak dengan Bram dan Siska. Dia hatinya begitu hancur, alat satu-satunya untuk mengancam Bram sudah tiada, ia begitu marah hingga tubuhnya masih berada di samping anaknya. Ttubuhnya begitu kaku, Bram lalu menggendongnya menuju ke dalam mobil.Hidup Siska telah hancur, meskipun Bram berada disisinya dan telah menjadi miliknya. Tapi Siska tau batin dan jiwanya hanya untuk Mitha, wajah Siska memerah, ia tahu tak lama lagi Bram pasti membuangnya. Jika Bram sampai membuangnya, Siska pastikan Mitha juga tak akan bahagia lihat saja Mitha pembaladan dari Siska.Senja melangkah pergi meninggalkan sang awan, pertanda hari sudah mulai petang. Mitha berada di depan Sofa sambil menemani sang anak belajar, tatapannya kosong ia memikirkan bagaimana hati Siska, p
Talak untuk Siska***Sayub-sayub terdengar suara adzan subuh, Mitha segera bangun dan menjakankan kewajibannya. Ia lalu bergegas membantu mbok Darmi menyiapkan sarapan pagi, ia harus bangkit ia tak harus meratapi nasibnya, jika Allah bilang tidak maka tidak. jika ia maka semua akan mengalir dengan sendirinya. Nasi goreng sosis telur mata sapi sudah siap di atas meja.Mang Kardi juga si mbok ikut serta makan bersama di meja makan, suara tawa Raka saat diledekin mang Kardi membuat tawa mereka sampai di sudut ruangan rumah Mitha. Mitha bahagia melihat keceriaan anaknya.Mitha mengantar Raka juga Rania sekolah, Rania sudah memasuki PAUD, dan ditungguin sama mbok Darmi sementara Mitha bekerja."Bunda, hati-hati perasaan Raka ndak enak,"ujar Raka pada Bundanya, Raka begitu khawatir melihat sang Bu