Hal yang berlebihan itu memang tidak baik, apalagi soal cinta. Maka dari itu jangan lah mencintai seseorang melebihi apapun.
* * * * *
Levon teringat bagaimana senyuman Maria ketika mereka sedang makan es krim. Pria itu tidak bisa menyingkirkan ingatan itu dari pikirannya. Dia memilih menegak wiskinya hingga habis. Kemudian dia menuang kembali botol wiski ke dalam gelasnya.
Reagan dan Roxton yang melihat sahabat mereka merasa aneh. Tak pernah mereka melihat Levon tampak begitu serius memikirkan sesuatu. Dari keempat sahabat itu, Levon yang paling santai menghadapi hidupnya.
“Levon, kau baik-baik saja?” tanya Roxton cemas.
Levon menoleh ke arah kedua sahabatnya
Apa yang akan dilakukan Marisa kepada Maria ya?
Pria memiliki kekuatan lebih besar karena digunakan untuk melindungi wanita, bukan untuk melukainya. * * * * * Perlahan kelopak mata Maria terbuka saat merasa cahaya hanya menyentuh wajahnya. Saat kesadaran menyerbunya, dia merasakan sebuah tangan melingkar di pinggangnya. Bibir wanita itu melengkungkan senyuman menyadari itu adalah tangan Alex. “Alex, bangunlah! Ini sudah pagi.” Maria menepuk tangan Alex. Terdengar suara erangan pria itu. “Sebentar lagi. Berikan aku sepuluh menit lagi.” Maria tidak bisa menahan senyumannya mendengar suara Alex yang terdengar manja. “Baiklah. Tapi aku harus segera mandi. Tubuhku terasa lengket.”
“On the other side of the clouds is a bright blue sky.” * * * * * Maria menutup satu telinganya saat suara musik yang keras membuat telinganya sakit. Alex memegang satu tangannya dan satu tangannya yang lain melingkar di bahu Maria untuk melindungi wanita itu dari kerumunan orang yang mengunjungi klub malam Royale. “Untuk apa kita kemari?” tanya Maria ketika suara musik mulai terdengar menjauh saat mereka menyusuri lorong. “Reagan mengadakan pesta kecil sebelum dia menikah besok.” Jelas Alex. “Reagan akan menikah besok?” terkejut Maria. Alex menganggukkan kepalanya. “Benar. Dan kau akan mengisi acar
Meskipun menyakitkan, tapi mengetahui kejujuran jauh lebih baik daripada menerima kebohongan. * * * * * “Apa kau merasa kesal karena Alex tidak bisa mengantarkanmu dan malah terjebak bersama di dalam mobil ini?” tanya Levon saat berada di dalam mobil bersama dengan Maria. Maria tersenyum dan menggelengkan kepalanya. “Tentu saja tidak. Alex memiliki kehidupan yang tidak ada hubungannya denganku. Jadi aku tidak mempermasalahkannya. Justru aku merasa telah merepotkanmu, Levon.” Kedua sudut bibir Levon terangkat karena sebuah senyuman. “Sama sekali tidak merepotkan. Aku justru senang bisa memiliki kesempatan bicara denganmu, Maria. Aku ingin bertanya sesuatu padamu.”
Keras hati akan membuat hati menjadi bebal. Rendah hati akan membuat hati menjadi lemah lembut. * * * * * Tidak ada seorangpun yang menyadari Maria mengubah lagu yang dibawakannya. Banyak orang terpukau dengan kemampuan wanita itu ketika dia memainkan musik instrumental berjudul Kiss the Rain dari musisi bernama Yiruma. Alunan musik lembut dengan nuansa sedih itu terdengar menyayat hati. Ingatan ketika Levon mengatakan jika Alex datang bersama Marisa membuat kesedihan dalam hati Maria terbawa dalam permainan pianonya. Alex yang saat itu berdiri di samping Marisa juga ikut terpesona dengan permainan piano Maria. Dia yang paling sadar jika Maria telah mengganti lagunya dan yakin dirinya adalah alasan utamanya. Sehingga ketika Maria menyelesaikan lagu itu sebagai akhir dari pertunjukk
Membohongi Maria sama saja dengan dirinya kejam. Tapi jika dia tidak membohongi Maria, dia akan melukai wanita itu. * * * * * “Levon.” Panggilan itu membuat Alex menghentikan tangannya yang hendak meninju Levon. Kedua pria itu menoleh dan terkejut melihat ke arah Maria. Dengan darah mengalir di pelipis Maria, membuat kedua pria itu tampak cemas. “Levon, bisakah kau mengantarku pulang? Kupikir hanya kau yang bisa kumintai tolong.” Ucap Maria setelah mendengar suara Levon. Wanita itu juga mendengar suara Alex. Dia tahu Alex pasti sedang menatapnya. Tapi saat ini yang diperlukan Maria adalah menjauh dari pria itu. Levon bergegas menghampiri wanita itu. “Apa yang
The one who never be patience chooses easy to speak without limit and never think what will happen after that. * * * * * Dokter menempelkan kain kasa yang steril untuk menutupi luka Maria di pelipisnya. Setelah itu merekatkan plester di tepi kain kasa untuk menjaganya tidak lepas. Setelah itu dokter selesai mengobati luka Maria. “Kondisinya tidak parah, Mr. Wentworth. Hanya saja, Miss Goulart akan sering mengalami pusing karena benturan di kepalanya. Tadi Miss Goulart juga sudah menjalani pemeriksaan. Jika hasilnya sudah keluar, saya akan menghubungi anda. Untuk saat ini saya hanya bisa memberikan obat pereda sakit kepala saja. Dan tolong mengganti kain kasa setiap hari untuk menjaga agar lukanya tetap bersih.” Jelas sang dokter.
Isi hati tertutup rapat. Tidak mudah dibaca oleh orang lain. * * * * * Mata Maria perlahan terbuka. Kesadarannya perlahan mulai pulih saat dia merasakan tubuhnya berayun-ayun. “Kau sudah bangun?” Suara Alex membuat Maria sadar jika wanita itu berada dalam gendongan pria itu. “Iya, aku sudah bangun. Jadi kau bisa menurunkan aku, Alex. Aku bisa jalan sendiri.” “Tinggal sebentar lagi, aku akan menurunkanmu di atas ranjang. Melihat reaksimu yang terus menyentuh kepalamu, aku yakin jika aku menurunkanmu, kau pasti akan terjatuh karena merasa pusing.” Maria tidak bisa membantah ucapan Alex, karena u
"Khawatir sering kali memberi bayangan besar pada hal kecil." * * * * * “Kau sepertinya tampak sangat bahagia. Apakah ada hal baik yang terjadi?” tanya Alex duduk di meja makan mengamati sang kekasih yang tak henti-hentinya menyunggingkan senyuman. “Aku mendapatkan kabar baik dari Clay pagi ini.” Ucap Maria dengan nada riang. “Si dosen itu lagi?” Alex tampak kesal karena Maria membicarakan pria lain. Wanita itu menyunggingkan senyuman merasakan kecemburuan dalam suara Alex. “Alex, dia hanya seorang teman. Tidak lebih. Kau harus percaya padaku. Bukankah hubungan sepasang kekasih dilandasi oleh perasaan saling percaya?”