Membohongi Maria sama saja dengan dirinya kejam. Tapi jika dia tidak membohongi Maria, dia akan melukai wanita itu.
* * * * *
“Levon.”
Panggilan itu membuat Alex menghentikan tangannya yang hendak meninju Levon. Kedua pria itu menoleh dan terkejut melihat ke arah Maria. Dengan darah mengalir di pelipis Maria, membuat kedua pria itu tampak cemas.
“Levon, bisakah kau mengantarku pulang? Kupikir hanya kau yang bisa kumintai tolong.” Ucap Maria setelah mendengar suara Levon. Wanita itu juga mendengar suara Alex. Dia tahu Alex pasti sedang menatapnya. Tapi saat ini yang diperlukan Maria adalah menjauh dari pria itu.
Levon bergegas menghampiri wanita itu. “Apa yang
Apa yang akan dilakukan Alex? Tunggu kelanjutan ceritanya ya...
The one who never be patience chooses easy to speak without limit and never think what will happen after that. * * * * * Dokter menempelkan kain kasa yang steril untuk menutupi luka Maria di pelipisnya. Setelah itu merekatkan plester di tepi kain kasa untuk menjaganya tidak lepas. Setelah itu dokter selesai mengobati luka Maria. “Kondisinya tidak parah, Mr. Wentworth. Hanya saja, Miss Goulart akan sering mengalami pusing karena benturan di kepalanya. Tadi Miss Goulart juga sudah menjalani pemeriksaan. Jika hasilnya sudah keluar, saya akan menghubungi anda. Untuk saat ini saya hanya bisa memberikan obat pereda sakit kepala saja. Dan tolong mengganti kain kasa setiap hari untuk menjaga agar lukanya tetap bersih.” Jelas sang dokter.
Isi hati tertutup rapat. Tidak mudah dibaca oleh orang lain. * * * * * Mata Maria perlahan terbuka. Kesadarannya perlahan mulai pulih saat dia merasakan tubuhnya berayun-ayun. “Kau sudah bangun?” Suara Alex membuat Maria sadar jika wanita itu berada dalam gendongan pria itu. “Iya, aku sudah bangun. Jadi kau bisa menurunkan aku, Alex. Aku bisa jalan sendiri.” “Tinggal sebentar lagi, aku akan menurunkanmu di atas ranjang. Melihat reaksimu yang terus menyentuh kepalamu, aku yakin jika aku menurunkanmu, kau pasti akan terjatuh karena merasa pusing.” Maria tidak bisa membantah ucapan Alex, karena u
"Khawatir sering kali memberi bayangan besar pada hal kecil." * * * * * “Kau sepertinya tampak sangat bahagia. Apakah ada hal baik yang terjadi?” tanya Alex duduk di meja makan mengamati sang kekasih yang tak henti-hentinya menyunggingkan senyuman. “Aku mendapatkan kabar baik dari Clay pagi ini.” Ucap Maria dengan nada riang. “Si dosen itu lagi?” Alex tampak kesal karena Maria membicarakan pria lain. Wanita itu menyunggingkan senyuman merasakan kecemburuan dalam suara Alex. “Alex, dia hanya seorang teman. Tidak lebih. Kau harus percaya padaku. Bukankah hubungan sepasang kekasih dilandasi oleh perasaan saling percaya?”
Posesif adalah bentuk kasih sayang. Tetapi posesif yang berlebihan akan seperti rantai yang mencekik leher begitu erat. * * * * * “Aku sudah mendaftarkan namamu untuk ikut audisi. Lima hari lagi kau harus datang ke gedung Boston Symphony Orchestra untuk ikut audisi.” Jelas Clay duduk di hadapan Maria. Wanita yang saat ini mengenakan terusan putih hingga selutut itu tampak begitu senang mendengar ucapan Clay. “Terimakasih, Clay. Kau sudah membantuku sangat banyak.” Clay meraih tangan Maria dan menggenggamnya. “Aku tahu kau sangat berbakat, Maria. Karena itu aku juga ingin dunia mengetahui hal itu.” Tiba-tiba Rachel berdehem untuk menginterupsi percakapan antara
“Tentu saja kami akan membantumu. Kita adalah sahabat. Sudah seharusnya saling membantu.” * * * * * Alex berlari masuk ke dalam rumah sakit. Dia bertanya kepada beberapa perawat letak ruang operasi. Setelah mendapatkan kabar dari salah satu pengawal Maria, Alex yang hendak mencari Maria langsung bergegas menuju rumah sakit. Sampai di ruang tunggu rumah sakit, Alex bisa melihat dua pengawal Maria dan juga Clay langsung berdiri. “Bagaimana kondisinya?” tanya Alex tampak begitu cemas. “Miss Goulart masih berada dalam ruang operasi. Sehingga kami belum bisa mengetahui bagaimana kondisinya.” Jawab Elliot. “Bagaimana hal ini bisa terjadi? Apa kalian tidak bisa menja
Jika dalam cinta kamu mainkan sebuah drama, maka kelak kamu harus siap untuk menjadi pemeran utama yang dimainkan oleh karma. * * * * * Rachel tersadar saat tubuhnya diguyur air. Dia mengerjapkan matanya dan melihat tubuhnya sudah diikat di atas kursi. Wanita itu berusaha mengingat apa yang terjadi. Saat keluar dari rumahnya, Rachel bergegas hendak pergi meninggalkan kota Boston. Lalu dia bertemu seorang pria. Tiba-tiba saja ada orang yang memukul kepalanya hingga pingsan. “Sudah sadar?” Suara itu membuat Rachel mendongak. Dia bisa melihat Levon berdiri dengan melipat tangan di depan dadanya. Wanita itu juga bisa melihat Roxton berdiri di samping Levon. Roxton yang biasa
Perbuatan mendatangkan hasil. Perbuatan baik mendatangkan hasil baik. Perbuatan jahat mendatangkan hasil jahat. * * * * * Pintu rumah Marisa terbuka. Terlihat Reagan berjalan masuk ke dalam. Namun bukan Reagan yang membuat wajah Marisa seketika berubah putih pucat. Tapi pria yang berjalan di belakang Reagan yang membangkitkan rasa takut dalam hatinya. “Kevin? Kevin Duncannon?” gumam Marisa dengan suara gemetar. Marisa menoleh ke arah Alex. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya. “Tidak. Jangan lakukan hal ini padaku, Alex. Kumohon jangan biarkan dia membawaku.”
Tidak masalah jika ingin menangis. Kita tidak harus terlihat kuat setiap saat. Ada kalanya kita harus meluapkan perasaan kita. Dengan begitu kita bisa kembali bangkit. * * * * * “Ada apa, Maria? Apakah kau merasakan sakit di bagian tubuhmu?” tanya Alex cemas. “Alex, apakah tanganku terluka? Aku merasa sakit saat menggerakkan jari-jariku.” Tatapan pria itu tertuju pada kedua tangan Maria yang diperban. Saat kecelakaan terjadi, tangan Maria juga terluka. Karena kecelakaan itu membuat kedua tangan Maria terluka. Tidak hanya luka luar tapi tangan kanan Maria pun mengalami patah tulang sehingga harus di gips.
Segala pekerjaan akan terlihat sama. Namun yang membedakan adalah orang yang mengerjakannya. Teknik bisa dipelajari semua. Namun melakukan dengan sepenuh jiwa tidak bisa dilakukan semua orang. * * * * * Gustavo berdiri di hadapan Maria dan Shanon. “Saya senang bisa melihat penampilan bermain piano dua nona cantik ini. Saya akui, kalian memiliki kemampuan yang hebat. Sehingga tidak heran bisa lolos audisi. Tapi saya tidak melihat ada yang salah jika juri audisi memilih Miss Goulart sebagai pemain utama.” Maria terkejut mendengar ucapan Gustavo. Sedangkan Shanon berusaha menahan amarah dalam dirinya. Orang-orang pun mulai berbisik membicarakan tentang penilaian Gustavo. “Apa kau bisa menjelaskan alasannya, Mr. Dumadel? Aku yakin orang-orang ingin mengetahui alasan mengapa Miss Goulart pantas menjadi pemain utama.” Ben sengaja meminta Gustavo menje
Sometimes people can only look just one eye,without seeing someone’s struggle before. * * * * * “Siapa yang berani mengeluarkan Miss Goulart dari group ini?” Semua orang langsung menoleh mendengar suara itu. Mereka terkejut melihat Ben berjalan bersama Earnest dan seorang pria yang ada di belakangnya. Langkah Ben terhenti tepat di hadapan Maria. Kedua tangannya terkepal erat di sisi tubuhnya. Pria itu berusaha menahan amarahnya sejak tadi setelah mengetahui gossip yang beredar. “Direktur Walther, apa yang anda lakukan di sini? Apakah anda ingin melihat latihannya?” tanya Andreas mendekati Ben. Namun tatapan tajam Ben membuat langkah Andreas terhenti. Seketika pria itu menjadi ketakutan. Kemudian perhatian Ben teralihkan kembali kepada Maria. “Apakah kau baik-baik saja, Maria?” tanya Ben. Maria menganggukkan kepalanya.
Terkadang berita yang didapatkan belum tentu benar. Lebih bijak mencari tahu kebenarannya lebih dahulu sebelum menghakimi orang lain. * * * * * “Aku akan menunggu di sini, Miss Goulart. Jika kau membutuhkan sesuatu atau mencariku, kau bisa menekan nomor lima di ponselmu. Mr. Feldman sudah mengaturnya.” Ucap Wayne saat mereka berhenti di depan pintu ruang latihan. “Baiklah. Terimakasih sudah mengantarku, Wayne.” “Apakah kau yakin akan baik-baik saja, Miss Goulart? Aku bisa menemanimu di dalam jika kau mau.” Maria menggelengkan kepalanya. “Tidak perlu, Wayne. Aku bisa melakukannya sendiri.” “Maa
Kebahagiaan bisa menjadi sesuatu yang menyenangkan bagi seseorang. Tapi terkadang juga menjadi sesuatu yang menyebalkan bagi orang lain. * * * * * “Cheers” Alex mendentingkan gelas sampanye miliknya ke gelas Maria. Sepasang kekasih itu meminum cairan kuning bening itu sebagai perayaan atas lolosnya Maria dalam audisi kali ini. “Alex.” Panggil Maria setelah menegak sedikit sampanye di gelasnya. “Hmm?” Alex bergumam sembari meletakkan gelasnya di meja. Pria itu mengambil piring kecil dengan kue stroberi di atasnya. Kemudian mengambil gelas milik maria dan menggantikannya dengan piring kecil itu. “Mula
“Envy is the art of counting other fellow’s blessings instead of your own.” * * * * * “Maria!” Suara Ben membuat Maria mengikuti arah suara itu. Wanita itu berdiri dan menyunggingkan senyuman untuk Ben. “Mr. Walther?” Ben menghampiri Maria. Langkahnya terhenti tepat di hadapan wanita itu. “Aku ingin mengucapkan selamat padamu karena kau sudah lolos audisi.” “Terimakasih, Mr. Walther. Saya tidak menyangka akan lolos. Saya begitu gugup tadi.” Maria menyentuh dadanya yang masih berdegup tidak karuan.
Jika memang tidak lolos, maka bukan berarti kemampuanmu yang buruk. Hanya saja belum saatnya kau ikut bermain bersama mereka. Akan ada kesempatan lain yang akan membuka jalanmu. * * * * * Maria duduk bersama dengan kontestan lainnya yang mengikuti audisi Metropolitan Opera. Dia begitu gugup karena sebentar lagi akan diumumkan siapa saja yang lolos seleksi. Lalu wanita itu teringat ucapan Alex sebelum dia masuk ke dalam ruang audisi. Apapun hasilnya kau harus menerimanya. Meskipun aku yakin kau akan lolos, tapi tetap saja masih ada kemungkinan lainnya. Jika memang tidak lolos, maka bukan berarti kemampuanmu yang buruk. Hanya saja belum saatnya kau ikut bermain bersama mereka. Akan ada kesempatan lain yang akan membuka jalanmu.
"Bahkan jika tubuhmu bertambah gendut, bagiku kau tetaplah sangat cantik.” * * * * * Alex meraih tangan Maria dan meletakkan di atas pangkuannya. Pria itu mengeluarkan sebuah benda dari dalam saku jasnya. Kemudian dia mengenakkan sebuah gelang emas dengan beberapa bandul kupu-kupu yang sangat cantik. “Ini adalah hadiah untukmu.” Ucap Alex. Maria merasakan benda yang dingin menyentuh pergelangan tangannya. Dengan tangannya yang lain wanita itu meraba benda itu. Dia bisa merasakan gelang yang melingkar di pergelangan tangannya. Kemudian dia bisa merasakan bandul kupu-kupu di jemarinya. Bibir wanita itu tersenyum saat mengetahui bentuk benda itu. “Apakah ini ku
“The strongest actions for a woman is to love herself, be herself and shine amongst those who never believed she could.” * * * * * “Terimakasih untuk makan malamnya, Mr. Jansen. Saya sangat menikmatinya.” Ucap Alex setelah mereka berpindah ke ruang keluarga di kediaman Jansen. Connor meraih cangkir teh di atas meja dan meminumnya. “Saya senang bisa menjamu anda dengan sangat baik, Mr. Feldman. Jika anda tidak keberatan bagaimana jika setelah ini kita membahas kerjasama kita, Mr. Feldman?” Alex menganggukkan kepalanya. “Tidak masalah.” “Baguslah. Kalau begitu aku akan mempersiapkannya sebentar. Shanon bisakah kau menemani Mr. Feldman sebentar?” Connor mengalihk
“Jangan pernah memperdulikan apa yang orang lain katakan padamu. Bahkan jika perkataan mereka sangat menyakiti hatimu. Berusaha berapa kalipun, sesempurna apapun, kau tidak akan bisa memuaskan pikiran orang lain, Maria.” * * * * * Alex berjalan keluar dari mobil dengan mendengus kesal. Karena Maria mengatakan jika kepalanya pusing hari ini, akhirnya Alex tidak bisa mengajak sang kekasih pergi makan malam di kediaman keluarga Jansen. “Mr. Feldman.” Alex bisa melihat seorang pria seumuran ayahnya berjalan menghampirinya. Melihat penampilannya dengan mengenakan jas yang menyembunyikan perut buncitnya, Alex tahu dia adalah Connor Jansen. “Mr. Jansen.” Alex m