* * * * *
Rachel tersadar saat tubuhnya diguyur air. Dia mengerjapkan matanya dan melihat tubuhnya sudah diikat di atas kursi. Wanita itu berusaha mengingat apa yang terjadi. Saat keluar dari rumahnya, Rachel bergegas hendak pergi meninggalkan kota Boston. Lalu dia bertemu seorang pria. Tiba-tiba saja ada orang yang memukul kepalanya hingga pingsan.
“Sudah sadar?”
Suara itu membuat Rachel mendongak. Dia bisa melihat Levon berdiri dengan melipat tangan di depan dadanya. Wanita itu juga bisa melihat Roxton berdiri di samping Levon. Roxton yang biasa
Kira-kira apa yang akan dilakukan Alex untuk membalas Marisa ya? Apa kalian bisa menebaknya?
Perbuatan mendatangkan hasil. Perbuatan baik mendatangkan hasil baik. Perbuatan jahat mendatangkan hasil jahat. * * * * * Pintu rumah Marisa terbuka. Terlihat Reagan berjalan masuk ke dalam. Namun bukan Reagan yang membuat wajah Marisa seketika berubah putih pucat. Tapi pria yang berjalan di belakang Reagan yang membangkitkan rasa takut dalam hatinya. “Kevin? Kevin Duncannon?” gumam Marisa dengan suara gemetar. Marisa menoleh ke arah Alex. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya. “Tidak. Jangan lakukan hal ini padaku, Alex. Kumohon jangan biarkan dia membawaku.”
Tidak masalah jika ingin menangis. Kita tidak harus terlihat kuat setiap saat. Ada kalanya kita harus meluapkan perasaan kita. Dengan begitu kita bisa kembali bangkit. * * * * * “Ada apa, Maria? Apakah kau merasakan sakit di bagian tubuhmu?” tanya Alex cemas. “Alex, apakah tanganku terluka? Aku merasa sakit saat menggerakkan jari-jariku.” Tatapan pria itu tertuju pada kedua tangan Maria yang diperban. Saat kecelakaan terjadi, tangan Maria juga terluka. Karena kecelakaan itu membuat kedua tangan Maria terluka. Tidak hanya luka luar tapi tangan kanan Maria pun mengalami patah tulang sehingga harus di gips.
Ketika seseorang tidak menyerah, maka dia akan menemukan jalannya. * * * * * Jason melihat putranya dengan ekspresi terkejut. DIa bisa melihat tekad keras dari suara Alex. Hal ini mengingatkan Jason saat Alex bersikeras ingin keluar dari rumah dan menanggalkan nama Goulart. Aku mencintai Maria. Ucapan Alex terngiang dalam pikiran Jason. Dia tidak menyangka putranya benar-benar mencintai Maria. Lalu dia teringat Maria juga mengatakan hal yang sama. Wanita yang sudah dianggap putrinya itu tidak terlihat sedang dipaksa. “Baiklah. Aku tidak akan menghalangi kalian.” Alex ta
Kita tidak tahu ujian apa yang akan kita hadapi. Tapi kita harus mempersiapkan diri untuk menghadapinya. * * * * * Alex tengah meminum kopinya di sebuah kafe sembari menunggu seseorang. Siang itu kafe yang terletak di tengah kota Boston tampak tidak terlalu banyak dikunjungi orang. HIngga tatapan Alex tertuju pada orang yang sedang ditunggunya. “Ada angin apa Mr. Feldman ingin bertemu denganku?” tanya Clay duduk di hadapan Alex. “Apakah terasa aneh jika aku meminta bertemu denganmu?” Alex meletakkan cangkir kopinya. Clay menggelengkan kepalanya. “Tidak aneh jika ada orang yang ingin bertemu denganku. Tapi mengingat bagaimana caramu memandangku terakhir k
“Kau harus percaya pada kemampuanmu, Maria. Jangan pedulikan apa yang dipikirkan orang lain. Yang perlu kau lakukan adalah masuk ke dalam permainan pianomu dan menikmati musiknya.” * * * * * Alex bisa melihat Maria memainkan tangannya saat mereka berada di dalam lift sebuah gedung di mana Metropolitan Opera mengadakan audisi. Alex meraih tangan wanita itu dan menggenggamnya. “Apa kau sangat gugup?” tanya Alex. Maria menganggukkan kepalanya. “Ya, Alex. Aku benar-benar gugup. Audisi ini jauh lebih besar dari Boston Symphony Orchestra. Bagaimana jika aku melakukan kesalahan karena rasa gugup ini?” Alex menari tangan Maria dan menciumnya. Dia melakukannya pada tan
“Kau sudah menampilkan yang terbaik itu sudah lebih dari cukup. Untuk hasilnya, kau lolos atau tidak kau hanya bisa membiarkan Tuhan yang mengaturnya untukmu.” * * * * * “Dia memang sudah berbakat sejak dulu.” Gumam Ben melihat penampilan menakjubkan Maria yang memainkan lagu instrumen Beauty and the Beast. “Saya pikir tanpa bantuan anda, Miss Goulart akan lolos audisi, Mr. Walther.” Ucap Earnest yang duduk di samping Ben. “Earnest, setelah Maria turun bisakah kau menahannya agar aku bisa berbicara dengannya?” pinta Ben yang masih tidak mengalihkan pandangannya dari Maria. “Mr. Walther. saya sudah mengatakan pada anda untuk mendekati Maria secara perlahan. Jika a
Don't put other people down. When you do that, you are humiliating the God who created him. * * * * * Wanita itu melayangkan tamparannya di pipi Maria. Namun saat dia hendak melayangkan tamparan lagi Seseorang menahan tangan wanita itu. Wanita itu menoleh dan melihat Ben menatapnya dengan sangat dingin. “Nyonya, Nona ini tidak sengaja menabrak anda karena dia memang tidak bisa melihat. Apakah anda begitu kejam ingin memukulnya?” Maria terkejut mendengar suara asing menyelamatkannya. Dia bertanya-tanya siapa yang sudah membantunya. “Dia sudah membuat pakaianku kotor. Bukankah aku yang dirugikan di sini?” kesal wanita itu.
“Jangan pernah memperdulikan apa yang orang lain katakan padamu. Bahkan jika perkataan mereka sangat menyakiti hatimu. Berusaha berapa kalipun, sesempurna apapun, kau tidak akan bisa memuaskan pikiran orang lain, Maria.” * * * * * Alex berjalan keluar dari mobil dengan mendengus kesal. Karena Maria mengatakan jika kepalanya pusing hari ini, akhirnya Alex tidak bisa mengajak sang kekasih pergi makan malam di kediaman keluarga Jansen. “Mr. Feldman.” Alex bisa melihat seorang pria seumuran ayahnya berjalan menghampirinya. Melihat penampilannya dengan mengenakan jas yang menyembunyikan perut buncitnya, Alex tahu dia adalah Connor Jansen. “Mr. Jansen.” Alex m