Kita tidak tahu ujian apa yang akan kita hadapi. Tapi kita harus mempersiapkan diri untuk menghadapinya.
* * * * *
Alex tengah meminum kopinya di sebuah kafe sembari menunggu seseorang. Siang itu kafe yang terletak di tengah kota Boston tampak tidak terlalu banyak dikunjungi orang. HIngga tatapan Alex tertuju pada orang yang sedang ditunggunya.
“Ada angin apa Mr. Feldman ingin bertemu denganku?” tanya Clay duduk di hadapan Alex.
“Apakah terasa aneh jika aku meminta bertemu denganmu?” Alex meletakkan cangkir kopinya.
Clay menggelengkan kepalanya. “Tidak aneh jika ada orang yang ingin bertemu denganku. Tapi mengingat bagaimana caramu memandangku terakhir k
Mengapa Benjamin Walther menginginkan Maria ya? Apakah dia akan menjadi saingan cinta Alex? Hmm... tunggu kelanjutannya ya....
“Kau harus percaya pada kemampuanmu, Maria. Jangan pedulikan apa yang dipikirkan orang lain. Yang perlu kau lakukan adalah masuk ke dalam permainan pianomu dan menikmati musiknya.” * * * * * Alex bisa melihat Maria memainkan tangannya saat mereka berada di dalam lift sebuah gedung di mana Metropolitan Opera mengadakan audisi. Alex meraih tangan wanita itu dan menggenggamnya. “Apa kau sangat gugup?” tanya Alex. Maria menganggukkan kepalanya. “Ya, Alex. Aku benar-benar gugup. Audisi ini jauh lebih besar dari Boston Symphony Orchestra. Bagaimana jika aku melakukan kesalahan karena rasa gugup ini?” Alex menari tangan Maria dan menciumnya. Dia melakukannya pada tan
“Kau sudah menampilkan yang terbaik itu sudah lebih dari cukup. Untuk hasilnya, kau lolos atau tidak kau hanya bisa membiarkan Tuhan yang mengaturnya untukmu.” * * * * * “Dia memang sudah berbakat sejak dulu.” Gumam Ben melihat penampilan menakjubkan Maria yang memainkan lagu instrumen Beauty and the Beast. “Saya pikir tanpa bantuan anda, Miss Goulart akan lolos audisi, Mr. Walther.” Ucap Earnest yang duduk di samping Ben. “Earnest, setelah Maria turun bisakah kau menahannya agar aku bisa berbicara dengannya?” pinta Ben yang masih tidak mengalihkan pandangannya dari Maria. “Mr. Walther. saya sudah mengatakan pada anda untuk mendekati Maria secara perlahan. Jika a
Don't put other people down. When you do that, you are humiliating the God who created him. * * * * * Wanita itu melayangkan tamparannya di pipi Maria. Namun saat dia hendak melayangkan tamparan lagi Seseorang menahan tangan wanita itu. Wanita itu menoleh dan melihat Ben menatapnya dengan sangat dingin. “Nyonya, Nona ini tidak sengaja menabrak anda karena dia memang tidak bisa melihat. Apakah anda begitu kejam ingin memukulnya?” Maria terkejut mendengar suara asing menyelamatkannya. Dia bertanya-tanya siapa yang sudah membantunya. “Dia sudah membuat pakaianku kotor. Bukankah aku yang dirugikan di sini?” kesal wanita itu.
“Jangan pernah memperdulikan apa yang orang lain katakan padamu. Bahkan jika perkataan mereka sangat menyakiti hatimu. Berusaha berapa kalipun, sesempurna apapun, kau tidak akan bisa memuaskan pikiran orang lain, Maria.” * * * * * Alex berjalan keluar dari mobil dengan mendengus kesal. Karena Maria mengatakan jika kepalanya pusing hari ini, akhirnya Alex tidak bisa mengajak sang kekasih pergi makan malam di kediaman keluarga Jansen. “Mr. Feldman.” Alex bisa melihat seorang pria seumuran ayahnya berjalan menghampirinya. Melihat penampilannya dengan mengenakan jas yang menyembunyikan perut buncitnya, Alex tahu dia adalah Connor Jansen. “Mr. Jansen.” Alex m
“The strongest actions for a woman is to love herself, be herself and shine amongst those who never believed she could.” * * * * * “Terimakasih untuk makan malamnya, Mr. Jansen. Saya sangat menikmatinya.” Ucap Alex setelah mereka berpindah ke ruang keluarga di kediaman Jansen. Connor meraih cangkir teh di atas meja dan meminumnya. “Saya senang bisa menjamu anda dengan sangat baik, Mr. Feldman. Jika anda tidak keberatan bagaimana jika setelah ini kita membahas kerjasama kita, Mr. Feldman?” Alex menganggukkan kepalanya. “Tidak masalah.” “Baguslah. Kalau begitu aku akan mempersiapkannya sebentar. Shanon bisakah kau menemani Mr. Feldman sebentar?” Connor mengalihk
"Bahkan jika tubuhmu bertambah gendut, bagiku kau tetaplah sangat cantik.” * * * * * Alex meraih tangan Maria dan meletakkan di atas pangkuannya. Pria itu mengeluarkan sebuah benda dari dalam saku jasnya. Kemudian dia mengenakkan sebuah gelang emas dengan beberapa bandul kupu-kupu yang sangat cantik. “Ini adalah hadiah untukmu.” Ucap Alex. Maria merasakan benda yang dingin menyentuh pergelangan tangannya. Dengan tangannya yang lain wanita itu meraba benda itu. Dia bisa merasakan gelang yang melingkar di pergelangan tangannya. Kemudian dia bisa merasakan bandul kupu-kupu di jemarinya. Bibir wanita itu tersenyum saat mengetahui bentuk benda itu. “Apakah ini ku
Jika memang tidak lolos, maka bukan berarti kemampuanmu yang buruk. Hanya saja belum saatnya kau ikut bermain bersama mereka. Akan ada kesempatan lain yang akan membuka jalanmu. * * * * * Maria duduk bersama dengan kontestan lainnya yang mengikuti audisi Metropolitan Opera. Dia begitu gugup karena sebentar lagi akan diumumkan siapa saja yang lolos seleksi. Lalu wanita itu teringat ucapan Alex sebelum dia masuk ke dalam ruang audisi. Apapun hasilnya kau harus menerimanya. Meskipun aku yakin kau akan lolos, tapi tetap saja masih ada kemungkinan lainnya. Jika memang tidak lolos, maka bukan berarti kemampuanmu yang buruk. Hanya saja belum saatnya kau ikut bermain bersama mereka. Akan ada kesempatan lain yang akan membuka jalanmu.
“Envy is the art of counting other fellow’s blessings instead of your own.” * * * * * “Maria!” Suara Ben membuat Maria mengikuti arah suara itu. Wanita itu berdiri dan menyunggingkan senyuman untuk Ben. “Mr. Walther?” Ben menghampiri Maria. Langkahnya terhenti tepat di hadapan wanita itu. “Aku ingin mengucapkan selamat padamu karena kau sudah lolos audisi.” “Terimakasih, Mr. Walther. Saya tidak menyangka akan lolos. Saya begitu gugup tadi.” Maria menyentuh dadanya yang masih berdegup tidak karuan.