"Bahkan jika tubuhmu bertambah gendut, bagiku kau tetaplah sangat cantik.”
* * * * *
Alex meraih tangan Maria dan meletakkan di atas pangkuannya. Pria itu mengeluarkan sebuah benda dari dalam saku jasnya. Kemudian dia mengenakkan sebuah gelang emas dengan beberapa bandul kupu-kupu yang sangat cantik.
“Ini adalah hadiah untukmu.” Ucap Alex.
Maria merasakan benda yang dingin menyentuh pergelangan tangannya. Dengan tangannya yang lain wanita itu meraba benda itu. Dia bisa merasakan gelang yang melingkar di pergelangan tangannya. Kemudian dia bisa merasakan bandul kupu-kupu di jemarinya. Bibir wanita itu tersenyum saat mengetahui bentuk benda itu.
“Apakah ini ku
So sweet sekali mereka. Jadi panas gini karena ada adegan ranjang. Eh enggak ding. Mereka lakuinnya di sofa. Jadinya adegan sofa saja. Tapi sayangnya sebentar lagi ada sesuatu yang bikin tegang nih. Hmm... tunggu ya...
Jika memang tidak lolos, maka bukan berarti kemampuanmu yang buruk. Hanya saja belum saatnya kau ikut bermain bersama mereka. Akan ada kesempatan lain yang akan membuka jalanmu. * * * * * Maria duduk bersama dengan kontestan lainnya yang mengikuti audisi Metropolitan Opera. Dia begitu gugup karena sebentar lagi akan diumumkan siapa saja yang lolos seleksi. Lalu wanita itu teringat ucapan Alex sebelum dia masuk ke dalam ruang audisi. Apapun hasilnya kau harus menerimanya. Meskipun aku yakin kau akan lolos, tapi tetap saja masih ada kemungkinan lainnya. Jika memang tidak lolos, maka bukan berarti kemampuanmu yang buruk. Hanya saja belum saatnya kau ikut bermain bersama mereka. Akan ada kesempatan lain yang akan membuka jalanmu.
“Envy is the art of counting other fellow’s blessings instead of your own.” * * * * * “Maria!” Suara Ben membuat Maria mengikuti arah suara itu. Wanita itu berdiri dan menyunggingkan senyuman untuk Ben. “Mr. Walther?” Ben menghampiri Maria. Langkahnya terhenti tepat di hadapan wanita itu. “Aku ingin mengucapkan selamat padamu karena kau sudah lolos audisi.” “Terimakasih, Mr. Walther. Saya tidak menyangka akan lolos. Saya begitu gugup tadi.” Maria menyentuh dadanya yang masih berdegup tidak karuan.
Kebahagiaan bisa menjadi sesuatu yang menyenangkan bagi seseorang. Tapi terkadang juga menjadi sesuatu yang menyebalkan bagi orang lain. * * * * * “Cheers” Alex mendentingkan gelas sampanye miliknya ke gelas Maria. Sepasang kekasih itu meminum cairan kuning bening itu sebagai perayaan atas lolosnya Maria dalam audisi kali ini. “Alex.” Panggil Maria setelah menegak sedikit sampanye di gelasnya. “Hmm?” Alex bergumam sembari meletakkan gelasnya di meja. Pria itu mengambil piring kecil dengan kue stroberi di atasnya. Kemudian mengambil gelas milik maria dan menggantikannya dengan piring kecil itu. “Mula
Terkadang berita yang didapatkan belum tentu benar. Lebih bijak mencari tahu kebenarannya lebih dahulu sebelum menghakimi orang lain. * * * * * “Aku akan menunggu di sini, Miss Goulart. Jika kau membutuhkan sesuatu atau mencariku, kau bisa menekan nomor lima di ponselmu. Mr. Feldman sudah mengaturnya.” Ucap Wayne saat mereka berhenti di depan pintu ruang latihan. “Baiklah. Terimakasih sudah mengantarku, Wayne.” “Apakah kau yakin akan baik-baik saja, Miss Goulart? Aku bisa menemanimu di dalam jika kau mau.” Maria menggelengkan kepalanya. “Tidak perlu, Wayne. Aku bisa melakukannya sendiri.” “Maa
Sometimes people can only look just one eye,without seeing someone’s struggle before. * * * * * “Siapa yang berani mengeluarkan Miss Goulart dari group ini?” Semua orang langsung menoleh mendengar suara itu. Mereka terkejut melihat Ben berjalan bersama Earnest dan seorang pria yang ada di belakangnya. Langkah Ben terhenti tepat di hadapan Maria. Kedua tangannya terkepal erat di sisi tubuhnya. Pria itu berusaha menahan amarahnya sejak tadi setelah mengetahui gossip yang beredar. “Direktur Walther, apa yang anda lakukan di sini? Apakah anda ingin melihat latihannya?” tanya Andreas mendekati Ben. Namun tatapan tajam Ben membuat langkah Andreas terhenti. Seketika pria itu menjadi ketakutan. Kemudian perhatian Ben teralihkan kembali kepada Maria. “Apakah kau baik-baik saja, Maria?” tanya Ben. Maria menganggukkan kepalanya.
Segala pekerjaan akan terlihat sama. Namun yang membedakan adalah orang yang mengerjakannya. Teknik bisa dipelajari semua. Namun melakukan dengan sepenuh jiwa tidak bisa dilakukan semua orang. * * * * * Gustavo berdiri di hadapan Maria dan Shanon. “Saya senang bisa melihat penampilan bermain piano dua nona cantik ini. Saya akui, kalian memiliki kemampuan yang hebat. Sehingga tidak heran bisa lolos audisi. Tapi saya tidak melihat ada yang salah jika juri audisi memilih Miss Goulart sebagai pemain utama.” Maria terkejut mendengar ucapan Gustavo. Sedangkan Shanon berusaha menahan amarah dalam dirinya. Orang-orang pun mulai berbisik membicarakan tentang penilaian Gustavo. “Apa kau bisa menjelaskan alasannya, Mr. Dumadel? Aku yakin orang-orang ingin mengetahui alasan mengapa Miss Goulart pantas menjadi pemain utama.” Ben sengaja meminta Gustavo menje
Berhati-hatilah mengambil keputusan. Karena ketika kau sudah terjun dalam satu keputusan kau tidak bisa menariknya kembali.* * * * *“Kau ingin aku menolong pria tua itu? Apakah aku tidak salah dengar, Maria? Setelah sekian lama tidak bertemu dan kau memintaku untuk menolongnya?” tanya seorang pria yang saat ini mengenakan setelan biru gelap.Pria bernama Alex Feldman itu memandang seorang wanita yang berdiri di tengah ruang tamu rumahnya. Tatapannya memandang wanita yang membawa tongkatnya untuk membantu berjalan karena Maria Goulart tidak mampu melihat.Wanita dengan rambut hitam sebahu itu menggelengkan kepalanya. “Jangan memanggilnya pria tua, Alex. Dia adalah ayahmu. Dan sekarang ayahmu sedang sakit dan membutuhkan pertolonganmu. Aku mohon bantulah dia.”Pria dengan tinggi seratus Sembilan puluh dua itu tersenyum sinis. “Ayahku? Dalam ingatanku, dia sudah menjadi ayahmu, Maria. Tepat set
Hidup penuh dengan pilihan. Namun terkadang ada saatnya kita tidak mempunyai pilihan. * * * * * “Aku akan membantu pria tua itu. Asalkan kau bersedia bercinta denganku, menghangatkan ranjangku setiap malam.” Tubuh Maria membeku mendengar permintaan Alex. Wajah wanita berusia dua puluh lima tahun itu seketika berubah pucat. Dia pun membayangkan dirinya berada di ranjang dengan pria itu mencumbu tubuhnya. Seketika tubuhnya merasakan gelenyar aneh yang belum pernah dirasakannya. “Bagaimana, Maria? Apakah kau mulai takut? Aku yakin kau sudah mulai gentar sekarang. Jadi sebaiknya kau pulang dan jangan pernah meminta pertolonganku lagi.” Suara Alex begitu dingin membuat siapapun yang mendengarnya merinding ketakutan. Alex berbalik tidak ingin meladeni adik tirinya. Namun langkahnya terhenti saat mendengar ucapan Maria. “Baiklah