"Khawatir sering kali memberi bayangan besar pada hal kecil."
* * * * *
“Kau sepertinya tampak sangat bahagia. Apakah ada hal baik yang terjadi?” tanya Alex duduk di meja makan mengamati sang kekasih yang tak henti-hentinya menyunggingkan senyuman.
“Aku mendapatkan kabar baik dari Clay pagi ini.” Ucap Maria dengan nada riang.
“Si dosen itu lagi?” Alex tampak kesal karena Maria membicarakan pria lain.
Wanita itu menyunggingkan senyuman merasakan kecemburuan dalam suara Alex. “Alex, dia hanya seorang teman. Tidak lebih. Kau harus percaya padaku. Bukankah hubungan sepasang kekasih dilandasi oleh perasaan saling percaya?”
Apakah Alex bisa menyelamatkan Maria? Ataukah rencana Marisa berhasil? Tunggu kelanjutan ceritanya ya...
Posesif adalah bentuk kasih sayang. Tetapi posesif yang berlebihan akan seperti rantai yang mencekik leher begitu erat. * * * * * “Aku sudah mendaftarkan namamu untuk ikut audisi. Lima hari lagi kau harus datang ke gedung Boston Symphony Orchestra untuk ikut audisi.” Jelas Clay duduk di hadapan Maria. Wanita yang saat ini mengenakan terusan putih hingga selutut itu tampak begitu senang mendengar ucapan Clay. “Terimakasih, Clay. Kau sudah membantuku sangat banyak.” Clay meraih tangan Maria dan menggenggamnya. “Aku tahu kau sangat berbakat, Maria. Karena itu aku juga ingin dunia mengetahui hal itu.” Tiba-tiba Rachel berdehem untuk menginterupsi percakapan antara
“Tentu saja kami akan membantumu. Kita adalah sahabat. Sudah seharusnya saling membantu.” * * * * * Alex berlari masuk ke dalam rumah sakit. Dia bertanya kepada beberapa perawat letak ruang operasi. Setelah mendapatkan kabar dari salah satu pengawal Maria, Alex yang hendak mencari Maria langsung bergegas menuju rumah sakit. Sampai di ruang tunggu rumah sakit, Alex bisa melihat dua pengawal Maria dan juga Clay langsung berdiri. “Bagaimana kondisinya?” tanya Alex tampak begitu cemas. “Miss Goulart masih berada dalam ruang operasi. Sehingga kami belum bisa mengetahui bagaimana kondisinya.” Jawab Elliot. “Bagaimana hal ini bisa terjadi? Apa kalian tidak bisa menja
Jika dalam cinta kamu mainkan sebuah drama, maka kelak kamu harus siap untuk menjadi pemeran utama yang dimainkan oleh karma. * * * * * Rachel tersadar saat tubuhnya diguyur air. Dia mengerjapkan matanya dan melihat tubuhnya sudah diikat di atas kursi. Wanita itu berusaha mengingat apa yang terjadi. Saat keluar dari rumahnya, Rachel bergegas hendak pergi meninggalkan kota Boston. Lalu dia bertemu seorang pria. Tiba-tiba saja ada orang yang memukul kepalanya hingga pingsan. “Sudah sadar?” Suara itu membuat Rachel mendongak. Dia bisa melihat Levon berdiri dengan melipat tangan di depan dadanya. Wanita itu juga bisa melihat Roxton berdiri di samping Levon. Roxton yang biasa
Perbuatan mendatangkan hasil. Perbuatan baik mendatangkan hasil baik. Perbuatan jahat mendatangkan hasil jahat. * * * * * Pintu rumah Marisa terbuka. Terlihat Reagan berjalan masuk ke dalam. Namun bukan Reagan yang membuat wajah Marisa seketika berubah putih pucat. Tapi pria yang berjalan di belakang Reagan yang membangkitkan rasa takut dalam hatinya. “Kevin? Kevin Duncannon?” gumam Marisa dengan suara gemetar. Marisa menoleh ke arah Alex. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya. “Tidak. Jangan lakukan hal ini padaku, Alex. Kumohon jangan biarkan dia membawaku.”
Tidak masalah jika ingin menangis. Kita tidak harus terlihat kuat setiap saat. Ada kalanya kita harus meluapkan perasaan kita. Dengan begitu kita bisa kembali bangkit. * * * * * “Ada apa, Maria? Apakah kau merasakan sakit di bagian tubuhmu?” tanya Alex cemas. “Alex, apakah tanganku terluka? Aku merasa sakit saat menggerakkan jari-jariku.” Tatapan pria itu tertuju pada kedua tangan Maria yang diperban. Saat kecelakaan terjadi, tangan Maria juga terluka. Karena kecelakaan itu membuat kedua tangan Maria terluka. Tidak hanya luka luar tapi tangan kanan Maria pun mengalami patah tulang sehingga harus di gips.
Ketika seseorang tidak menyerah, maka dia akan menemukan jalannya. * * * * * Jason melihat putranya dengan ekspresi terkejut. DIa bisa melihat tekad keras dari suara Alex. Hal ini mengingatkan Jason saat Alex bersikeras ingin keluar dari rumah dan menanggalkan nama Goulart. Aku mencintai Maria. Ucapan Alex terngiang dalam pikiran Jason. Dia tidak menyangka putranya benar-benar mencintai Maria. Lalu dia teringat Maria juga mengatakan hal yang sama. Wanita yang sudah dianggap putrinya itu tidak terlihat sedang dipaksa. “Baiklah. Aku tidak akan menghalangi kalian.” Alex ta
Kita tidak tahu ujian apa yang akan kita hadapi. Tapi kita harus mempersiapkan diri untuk menghadapinya. * * * * * Alex tengah meminum kopinya di sebuah kafe sembari menunggu seseorang. Siang itu kafe yang terletak di tengah kota Boston tampak tidak terlalu banyak dikunjungi orang. HIngga tatapan Alex tertuju pada orang yang sedang ditunggunya. “Ada angin apa Mr. Feldman ingin bertemu denganku?” tanya Clay duduk di hadapan Alex. “Apakah terasa aneh jika aku meminta bertemu denganmu?” Alex meletakkan cangkir kopinya. Clay menggelengkan kepalanya. “Tidak aneh jika ada orang yang ingin bertemu denganku. Tapi mengingat bagaimana caramu memandangku terakhir k
“Kau harus percaya pada kemampuanmu, Maria. Jangan pedulikan apa yang dipikirkan orang lain. Yang perlu kau lakukan adalah masuk ke dalam permainan pianomu dan menikmati musiknya.” * * * * * Alex bisa melihat Maria memainkan tangannya saat mereka berada di dalam lift sebuah gedung di mana Metropolitan Opera mengadakan audisi. Alex meraih tangan wanita itu dan menggenggamnya. “Apa kau sangat gugup?” tanya Alex. Maria menganggukkan kepalanya. “Ya, Alex. Aku benar-benar gugup. Audisi ini jauh lebih besar dari Boston Symphony Orchestra. Bagaimana jika aku melakukan kesalahan karena rasa gugup ini?” Alex menari tangan Maria dan menciumnya. Dia melakukannya pada tan