Perut berbunyi menandakan sangat lapar. Claudia yang sejak tadi berdiam di kamar hotel, membuat gadis itu nampak sedikit kesal. Bisa saja gadis itu menghubungi pihak hotel untuk mengantarkan makan malam, namun dirinya sangat malas.Claudia mengambil ponselnya, dan mencari-cari di internet street food terenak di Seoul. Sebelumnya, dia sudah pernah ingin mendatangi street food di kala waktu itu berlibur bersama dengan keluarganya, namun sayangnya Claudia tidak mendapatkan izin dari kedua orang tuanya. Alasannya? Karena kedua orang tuanya takut kalau makanan di street food kurang bersih. Hal itu yang sempat membuatnya jengkel, karena tak benar-benar menikmati liburannya.“Ah, ini dia tempat street food yang enak,” gumam Claudia di kala berhasil menemukan di internet tempat di mana letak street food di Seoul yang banyak dikunjungi para turis selama berada di Seoul.“Aku makan malam di sini saja.” Claudia segera turun dari ranjang, dan mengganti pakaiannya. Gadis itu tak berias hanya memak
Keheningan membentang dari dalam mobil. Sunyi bercampur dengan dingin yang menelusup ke dalam tubuh. Tak ada percakapan apa pun yang terjalin di antara Claudia dan Christian. Mereka diam membisu seribu bahasa.Christian diam tatapannya lurus ke depan. Sedangkan Claudia melihat ke luar jendela, memperhatikan jalanan basah, akibat terkena guyuran air hujan. Raut wajah Claudia nampak jelas begitu kacau seperti tengah memikirkan sesuatu.Sejak kejadian tadi, baik Christian ataupun Claudia memilih untuk diam, tak mengatakan apa pun. Lebih tepatnya tak ada yang memulai percakapan. Mereka memilih diam, sebagai cara menenangkan otak mereka serta mencari jawaban dari jutaan pertanyaan yang muncul di benak mereka.Tak selang lama, mobil yang membawa Claudia dan Christian mulai memasuki lobby hotel. Claudia lebih dulu turun dari mobil, disusul Christian yang juga turun dari mobil. Langkah kaki gadis itu terburu-buru demi bisa menghindar dari Christian.Christian membiarkan itu. Dia membiarkan Cl
Claudia memejamkan mata dengan raut wajah yang amat ketakutan, namun seketika gadis itu menyadari bahwa dirinya aman dan tak terkena runtuhan bangunan. Gadis itu membuka mata, menatap Christian berada di atasnya.Claudia hanyut akan tatapan Christian. Jarak wajah mereka begitu dekat dan intim, mereka sama sekali tak memedulikan akan sekitar. Suasana harusnya menjadi tegang, tapi ternyata mereka sama sekali tak memedulikan di mana mereka berada. Yang mereka fokuskan adalah tatapan satu sama lain.Hingga … suara para pekerja di sana berseru terkejut melihat Claudia dan Christian yang tertimpa reruntuhan bangunan. Pun sang Mandor terkejut bercampur dengan kepanikan serta takut.“Tuan Hastings, Nona Fitzgerald.” Sang Mandor serta para pekerja berhamburan datang, menyelamatkan Claudia dan Christian.Ya, suara para pekerja membuat Claudia langsung menyadari bahwa dirinya baru saja mengalami kecelakaan. Tapi, tunggu! Tatapan Claudia teralih pada lengan Christian yang berdarah.“C-Christian,
“Christian, apa kau lapar?” Claudia bertanya seraya menatap Christian. Waktu menunjukkan pukul sembilan malam, gadis itu sudah sedikit mengantuk, tapi dia tak bisa langsung tidur begitu saja, karena sekarang tengah merawat Christian.Ya, Claudia telah menuruti keinginan Christian untuk menginap di kamar hotel pria itu. Tujuannya tentu karena dia ingin merawat Christian yang sakit. Jika saja Christian tak sakit, mana mungkin gadis itu menginap di kamar hotel Christian.Bagaimanapun, apa yang terjadi menimpa Christian, disebabkan karena dirinya. Kalau saja Christian tak menolongnya, maka sudah pasti dirinya yang sakit. Claudia melakukan ini semua sebagai bentuk balas budi atas apa yang Christian lakukan. Pun ini merupakan bagian dari tanggung jawabnya.“Jam tujuh tadi, aku baru saja makan, dan sekarang kau sudah memintaku untuk makan lagi?” Christian membalikan ucapan Claudia. Dua jam lalu, baru saja dirinya dan Claudia selesai makan malam, tapi malah gadis itu sudah menawarkan makan la
Claudia menatap jengkel Christian yang tengah menikmati sandwich di hadapannya. Gadis itu masih kesal, karena pria itu tadi malam menggendongnya. Padahal lengan kanan pria itu masih sakit. Sungguh, Claudia tak mengerti dengan jalan pikiran Christian. Pun dia nyaman-nyaman saja tidur di sofa empuk. Tak sama sekali keberatan. Kenapa malah Christian memindahkannya?Christian yang tengah menikmati sandwich sudah merasa bahwa Claudia meliriknya dengan tatapan jengkel. Detik itu juga, tatapannya teralih pada sosok gadis yang duduk tepat di hadapannya.“Pagi hari, kau sudah menekuk wajahmu. Apa kau ingin cepat tua, Claudia?” tegur Christian tenang, tanpa merasa sama sekali adanya beban.Claudia mendengkus pelan mendengar apa yang Christian katakan padanya. “Aku masih kesal padamu yang menggendongku tadi malam. Kalau sampai lenganmu semakin parah bagaimana, Christian?!” Christian tersenyum sambil mengambil kopi yang ada di atas meja dan menyesap kopi itu secara perlahan. “Jadi sekarang, kau
Claudia mengurusi Christian yang sedang sakit mulai dari makanan hingga obat yang dikonsumsi oleh pria itu. Harus Claudia akui, Christian Hastings seperti anak kecil jika tengah sakit. Makan hanya sedikit, dan minum obat pun susah. Benar-benar sangat menyusahkan dirinya.Kesabaran Claudia benar-benar teruji oleh Christian. Mengurus Christian Hastings malah melebihi dirinya mengurus anak kecil. Dia ingin sekali mengomel pada Christian yang seperti anak kecil, tapi dia tidak tega karena kondisi pria itu pun dalam keadaaan sakit.Akhirnya, satu-satunya jalan yang diwajibkan untuk dirinya lalui adalah bersikap sabar. Walau sedikit mengomel karena Christian sulit ingin makan, tapi tetap gadis itu mengurus Christian dengan sangat amat baik.Empat hari sudah Christian sakit. Empat hari juga Claudia tinggal di kamar hotel Christian untuk merawat pria itu. Dia tak bisa meninggalkan Christian, karena kondisi Christian belum pulih seratus persen.Project Geovan Group dipantau dari kamar hotel me
Claudia dibuat malu oleh Christian, di kala pria itu menggodanya. Dia sama sekali tak menyangka kalau pria itu telah berhasil membuatnya menjadi tak bisa berkutik. Sungguh, jika saja tahu akan seperti ini, maka pasti dia memilih untuk tidak membuatkan soup kepiting untuk Christian. Tentunya, Claudia tetap bersikukuh mengatakan pada Christian, bahwa dia sedang bosan di kamar sampai memutuskan untuk masak di dapur, bukan karena sengaja membuatkan soup kepiting untuk pria itu. Dan, ya … akhirnya Christian tak lagi menggoda Claudia. Alasannya karena pria itu tahu bahwa Claudia sampai kapan pun tak akan pernah mengakui.Claudia duduk di sofa sambil menonton televisi. Di samping gadis itu ada Christian yang tengah berkutat pada iPad-nya. Sudah beberapa hari ini memang Claudia dan Christian tidak pergi ke mana pun. Mereka menyelesaikan pekerjaan mereka dari jarak jauh. Pasalnya, kondisi proyek belum layak untuk dikunjungi.Christian belum berani mengajak Claudia untuk kembali melihat proye
“Sayang, kapan kau pulang?” “Aku belum bisa pulang sekarang. Masih banyak pekerjaan yang harus aku urus di sini, Ella.”“Tapi aku sangat merindukanmu, Sayang.” “Aku akan pulang, jika pekerjaanku sudah selesai. Kau mau aku dianggap tidak bisa bersikap professional?”“Iya-iya, aku akan berusaha mengerti. Tapi, tolong selalu kabari aku. Aku khawatir padamu, Sayang.” “Ya, aku akan selalu mengabarimu. Ella, aku harus tutup dulu. Ada pekerjaan yang harus aku urus.”“Apa kau sangat sibuk, Sayang?” “Ya, aku sangat sibuk.”“Baiklah, kau jaga dirimu, ya?”“Kau tenang saja.”Christian langsung menutup panggilan secara sepihak. Baru saja pria itu menjawab telepon dari Ella. Seperti biasa, Ella hanya menanyakan kapan dirinya bisa kembali ke New York, dan jawaban tetap sama yaitu Christian belum tahu kapan kembali. Pasalnya memang banyak sekali pekerjaan yang harus diurusnya.Christian segera menyudahi percakapan tersebut, karena dia sangat mengenal Ella. Jika dia tak menyudahi percakapan terse
Pagi buta Claudia sudah terbangun. Kedua anaknya sudah menunggu di depan semangat karena akan diajak jalan-jalan. Entah jalan-jalan ke mana. Claudia tak tahu, karena Christian tidak bilang padanya. Yang pasti Claudia percaya bahwa sang suami akan membawanya ke tempat yang indah.Barang-barang yang dibawa telah dimasukan ke dalam mobil. Claudia dibantu pelayan untuk packing. Untungnya dia mendapatkan bantuan dari pelayan. Jika tidak, maka pastinya dia akan sangat kerepotan. Namun memang selama ini Claudia selalu dibantu oleh pelayan.“Claudia, apa kau sudah siap?” tanya Christian sambil memakai arloji.Claudia mengoleskan lipstick di bibirnya. “Sudah, Sayang. Aku sudah siap.”“Kita keluar sekarang. Anak-anak sudah menunggu kita.” Christian merengkuh bahu Claudia—mengajak sang istri ke luar kamar.“Mommy, Daddy, ayo kita jalan-jalan.” Caleb dan Cambrie memekik kegirangan tak sabar.Christian dan Claudia tersenyum samar. “Oke, let’s go. Kita berangkat sekarang.”Christian menggendong Cam
Mansion Claudia dan Christian dipuji oleh Nicole. Mansion megah yang telah didesain khusus oleh Claudia. Mansion ini adalah hadiah dari Christian untuk Claudia. Pria itu mencuri gambar rumah megah yang pernah digambar oleh Claudia. Sekarang hasil curian gambar itu, telah menjelma menjadi sebuah mansion mewah.Saat ini Claudia dan Christian tengah duduk di ruang tengah bersama dengan Nicole, Oliver, Ella, dan Elan. Mereka baru saja selesai makan siang bersama. Anak-anak mereka tengah bermain di taman belakang. Tentunya diawasi oleh para pengasuh mereka. “Claudia, rumahmu benar-benar indah. Rumah ini kau yang desain, kan?” tanya Nicole lembut—dan direspon anggukkan oleh Claudia.“Iya. Aku yang merancang rumah ini. Tadinya aku ingin mengumpulkan uang dari hasil kerja kerasku dan membangun rumah ini.” Claudia tersenyum malu.“Tapi akhirnya suamimu yang membangun rumah indah yang ada di kertas gambarmu.” Nicole menjawab lembut. Sebelumnya, dia sudah pernah diceritakan tentang gambar Clau
*Claudia, aku dan Oliver serta anak-anak kami siang ini akan main ke tempatmu. Apa kau ada di rumah?* Claudia yang baru saja membuka mata, di kala pagi menyapa, dikejutkan dengan pesan yang dikirimkan oleh Nicole. Detik itu juga, Claudia menyibak selimut—turun dari ranjang seraya mengikat asal rambutnya. “Christian, Christian.” Claudia memanggil sang suami, karena suami tercintanya itu tidak ada di ranjang. Itu menandakan sang suami sudah bangun.“Iya, Claudia.” Christian melangkah keluar dari walk-in closet—tengah memakai dasi. Pria tampan itu sudah bersiap ingin ke kantor.Claudia mendekat dan melepaskan dasi Christian. Sontak, Christian terkejut akan tindakan Claudia—yang melepas dasinya begitu saja.“Claudia, apa yang—”“Hari ini kau tidak usah ke kantor. Nicole, Oliver, dan dua anaknya datang.”“Claudia, aku ada meeting penting.”“Kau CEO dari Hastings Group. Kau memiliki kuasa. Aku yakin kau bisa mengatur meeting dilain waktu.”Suara dering ponsel Christian terdengar. Buru-bu
“Oh, Tuhan. Elyana! Efraim! Kenapa bisa kalian merusak lukisan Mommy yang sudah Mommy pesan untuk Grandma?” Ella mengomel seraya memijat keningnya merasakan pusing luar biasa. Anak perempuan dan anak laki-lakinya merusak lukisan yang baru saja dia pesan di pelelangan seni. Lukisan harga fantastis itu sengaja Ella beli untuk dia hadiahkan pada ibunya.“Mommy, aku tidak salah. Efraim yang salah. Aku tidak salah.” Elyana membela diri, karena tidak mau disalahkan oleh ibunya. Pun dia memang tak sepenuhnya salah. Efraim—adiknya yang terlibat.Efraim mendelik, menatap tajam sang kakak. “Kak, kenapa kau menyalahkanku? Kau yang berlari mengejarku sampai wine jatuh ke atas lukisan Mommy.”Elyana berdecak kesal. “Kau menyembunyikan barbie yang dibelikan Grandpa!”“Aku tidak menyembunyikannya.”“Kau bohong! Kau menyembunyikan barbie pemberian dari Grandpa.” “Astaga! Kenapa kalian sekarang berdebat? Ini bagaimana lukisan Mommy? Besok Mommy akan memberikan lukisan ini pada Grandma Grania. Tapi ka
Caleb duduk di ranjang sambil memeluk bantal dengan raut wajah kesal. Bocah laki-laki itu kesal dengan Oscar, dan juga kesal dengan ibunya yang tak membelanya. Yang dia inginkan adalah ibunya membelanya. Tapi sayang, ibunya malah tak membela dirinya. “Sepertinya, kau baru saja melalui hari buruk.” Christian masuk ke dalam kamar putra sulungnya—dan duduk di samping putranya itu. Dia sudah melihat raut wajah Caleb menunjukkan jelas rasa kesal.Caleb mengembuskan napas kesal. “Dad, aku sudah diomeli Mom. Jika kau datang hanya ingin mengomeliku juga, lebih baik kau keluar kamarku saja. Aku pusing. Tidak ada yang mau mengerti diriku.”“Tujuanku datang ke sini bukan memerahimu.” Christian menjawab dengan tenang.Caleb mengalihkan pandangannya, menatap Christian. “Kau tidak memerahiku?”Christian menggelengkan kepalanya. “Nope. Aku tidak memerahimu.”Caleb merasa curiga. “Jangan-jangan kau langsung memberikanku hukuman?”Christian tersenyum samar. “Apa pernah aku sekejam itu padamu, Caleb?
“Mommy, kapan kita kan kembali ke London? Aku rindu Grandpa dan Grandma.”Olivia memeluk boneka kecil, menghampiri ibunya, mengajak bicara, bertanya kapan kembali ke London. Karena dia sudah cukup lama berada di New York. Itu kenapa sekarang gadis kecil itu bertanya kapan bisa kembali ke kotanya sendiri.Nicole menunduk, menatap penuh kasih sayang putri kecilnya. “Mommy belum tahu, nanti Mommy tanya Daddy dulu. Sekarang kau masuk ke kamarmu, Nak. Kau istirahatlah.”Olivia mengerjap beberapa kali. “Mommy, masih marah pada Oscar?”Nicole menghela napas dalam. “No, Honey. Mommy tidak marah pada Oscar. Kau masuklah ke kamar. Istirahat. Jangan bermain games.”Olivia memilih mengangguk patuh. Gadis kecil itu pun sudah lelah karena sejak tadi bersepeda. Dia masuk ke dalam kamarnya. Tepat di kala Olivia sudah masuk ke dalam kamar, Nicole segera menghubungi Oliver.“Oliver?” panggil Nicole kala panggilan terhubung.“Nicole, aku sedang sibuk bersama client-ku. Nanti aku akan menghubungimu,” uja
Lima tahun berlalu … “Caleb, kenapa kau bertengkar dengan Oscar? Ya Tuhan, Nak. Oscar itu anak Bibi Nicole—kakak ipar Mommy.” Claudia menatap kesal Caleb yang baru saja turun dari mobil. Tampak jelas raut wajah wanita itu sangat lelah.Bagaimana tidak? Hari ini Claudia baru saja mengadakan meeting dengan asisten pribadi Shawn. Ada project baru Geovan Group yang sedang ditangani Claudia. Tapi di tengah-tengah meeting berlangsung—Claudia mendapatkan kabar Caleb dan Oscar bertengkar. Pun kebetulan Oscar sedang berada di New York. Caleb dan Oscar bertengkar di taman bermain. Claudia dan Nicole langsung datang ke taman itu. Perkelahian berhasil terhenti karena pengawal Caleb dan pengawal Oscar sama-sama merelai perkelahian.“Oscar yang salah. Dia mendekati gadis yang aku suka, Mom.” Caleb berjalan menuju kamar, namun buru-buru Claudia menghalangi putranya itu.Claudia merasa ini belum selesai. Dia membutuhkan penjelasan sejelas-jelasnya. Dia tidak mau sembarangan apalagi asal-asalan dal
Usia Caleb memasuki enam bulan. Tubuh bayi laki-laki itu sangat gemuk dan sehat. Kulit putih. Pipi tembam. Mata bulat. Membuat Caleb benar-benar seperti boneka laki-laki yang sangat tampan dan menggemaskan.Bayi laki-laki tampan itu kerap menjadi pusat perhatian. Tidak heran kalau banyak sekali tawaran Caleb menjadi model bayi. Tapi sayang Christian dan Claudia tidak mengizinkan anak mereka menjadi seorang model.Segala bentuk penawaran menjadi model, pastinya ditolak oleh Christian ataupun Claudia. Alasannya tentu mereka tidak ingin kehidupan anak mereka terlalu menjadi sorotan di media.Selain itu, kisah masa lalu Christian dan Claudia, pastinya akan membuat Caleb menjadi pusat perhatian dari segi kehidupan. Itu yang membuat Caleb tidak akan nyaman di masa depan nanti.Suara tangis Caleb begitu keras di kala sudah selesai menyusu. Claudia yang tengah menimang putranya itu, nampak terkejut dan panik melihat putranya menangis. Dia pikir putranya ingin minum susu lain, tapi ternyata ti
Christian seperti orang gila marah-marah pada dokter. Pria itu menuntut dokter untuk membuat sang istri tidak lagi merintih kesakitan. Dia tidak tega melihat istrinya terbaring di ranjang seraya meringis kesakitan.“Kau ini dokter kandungan benar atau bohongan?! Kenapa kau tidak mampu menghilangkan rasa sakit istriku?” Christian marah-marah pada sang dokter yang malah membiarkan istrinya berteriak kesakitan.Sang dokter tersenyum memaklumi rasa takut Christian. “Tuan, Anda tidak perlu khawatir. Rasa sakit istri Anda adalah wajar. Setiap ibu yang melahirkan anak pasti akan merasakan sakit.”Christian mengusap wajahnya kasar. Kecemasan dan rasa panik melingkupi pria itu. “Jadi, istriku akan melahirkan sambil berteriak kesakitan?”Sang dokter menyentuh bahu Christian. “Tuan Hastings, itu adalah tugas seorang ibu. Proses melahirkan akan segera dimulai. Temani istri Anda, Tuan.” Christian bingung dengan perasaan campur aduk. Dia mendengar suara istrinya itu yang terus menjerit. Dia memutu