Claudia memejamkan mata dengan raut wajah yang amat ketakutan, namun seketika gadis itu menyadari bahwa dirinya aman dan tak terkena runtuhan bangunan. Gadis itu membuka mata, menatap Christian berada di atasnya.Claudia hanyut akan tatapan Christian. Jarak wajah mereka begitu dekat dan intim, mereka sama sekali tak memedulikan akan sekitar. Suasana harusnya menjadi tegang, tapi ternyata mereka sama sekali tak memedulikan di mana mereka berada. Yang mereka fokuskan adalah tatapan satu sama lain.Hingga … suara para pekerja di sana berseru terkejut melihat Claudia dan Christian yang tertimpa reruntuhan bangunan. Pun sang Mandor terkejut bercampur dengan kepanikan serta takut.“Tuan Hastings, Nona Fitzgerald.” Sang Mandor serta para pekerja berhamburan datang, menyelamatkan Claudia dan Christian.Ya, suara para pekerja membuat Claudia langsung menyadari bahwa dirinya baru saja mengalami kecelakaan. Tapi, tunggu! Tatapan Claudia teralih pada lengan Christian yang berdarah.“C-Christian,
“Christian, apa kau lapar?” Claudia bertanya seraya menatap Christian. Waktu menunjukkan pukul sembilan malam, gadis itu sudah sedikit mengantuk, tapi dia tak bisa langsung tidur begitu saja, karena sekarang tengah merawat Christian.Ya, Claudia telah menuruti keinginan Christian untuk menginap di kamar hotel pria itu. Tujuannya tentu karena dia ingin merawat Christian yang sakit. Jika saja Christian tak sakit, mana mungkin gadis itu menginap di kamar hotel Christian.Bagaimanapun, apa yang terjadi menimpa Christian, disebabkan karena dirinya. Kalau saja Christian tak menolongnya, maka sudah pasti dirinya yang sakit. Claudia melakukan ini semua sebagai bentuk balas budi atas apa yang Christian lakukan. Pun ini merupakan bagian dari tanggung jawabnya.“Jam tujuh tadi, aku baru saja makan, dan sekarang kau sudah memintaku untuk makan lagi?” Christian membalikan ucapan Claudia. Dua jam lalu, baru saja dirinya dan Claudia selesai makan malam, tapi malah gadis itu sudah menawarkan makan la
Claudia menatap jengkel Christian yang tengah menikmati sandwich di hadapannya. Gadis itu masih kesal, karena pria itu tadi malam menggendongnya. Padahal lengan kanan pria itu masih sakit. Sungguh, Claudia tak mengerti dengan jalan pikiran Christian. Pun dia nyaman-nyaman saja tidur di sofa empuk. Tak sama sekali keberatan. Kenapa malah Christian memindahkannya?Christian yang tengah menikmati sandwich sudah merasa bahwa Claudia meliriknya dengan tatapan jengkel. Detik itu juga, tatapannya teralih pada sosok gadis yang duduk tepat di hadapannya.“Pagi hari, kau sudah menekuk wajahmu. Apa kau ingin cepat tua, Claudia?” tegur Christian tenang, tanpa merasa sama sekali adanya beban.Claudia mendengkus pelan mendengar apa yang Christian katakan padanya. “Aku masih kesal padamu yang menggendongku tadi malam. Kalau sampai lenganmu semakin parah bagaimana, Christian?!” Christian tersenyum sambil mengambil kopi yang ada di atas meja dan menyesap kopi itu secara perlahan. “Jadi sekarang, kau
Claudia mengurusi Christian yang sedang sakit mulai dari makanan hingga obat yang dikonsumsi oleh pria itu. Harus Claudia akui, Christian Hastings seperti anak kecil jika tengah sakit. Makan hanya sedikit, dan minum obat pun susah. Benar-benar sangat menyusahkan dirinya.Kesabaran Claudia benar-benar teruji oleh Christian. Mengurus Christian Hastings malah melebihi dirinya mengurus anak kecil. Dia ingin sekali mengomel pada Christian yang seperti anak kecil, tapi dia tidak tega karena kondisi pria itu pun dalam keadaaan sakit.Akhirnya, satu-satunya jalan yang diwajibkan untuk dirinya lalui adalah bersikap sabar. Walau sedikit mengomel karena Christian sulit ingin makan, tapi tetap gadis itu mengurus Christian dengan sangat amat baik.Empat hari sudah Christian sakit. Empat hari juga Claudia tinggal di kamar hotel Christian untuk merawat pria itu. Dia tak bisa meninggalkan Christian, karena kondisi Christian belum pulih seratus persen.Project Geovan Group dipantau dari kamar hotel me
Claudia dibuat malu oleh Christian, di kala pria itu menggodanya. Dia sama sekali tak menyangka kalau pria itu telah berhasil membuatnya menjadi tak bisa berkutik. Sungguh, jika saja tahu akan seperti ini, maka pasti dia memilih untuk tidak membuatkan soup kepiting untuk Christian. Tentunya, Claudia tetap bersikukuh mengatakan pada Christian, bahwa dia sedang bosan di kamar sampai memutuskan untuk masak di dapur, bukan karena sengaja membuatkan soup kepiting untuk pria itu. Dan, ya … akhirnya Christian tak lagi menggoda Claudia. Alasannya karena pria itu tahu bahwa Claudia sampai kapan pun tak akan pernah mengakui.Claudia duduk di sofa sambil menonton televisi. Di samping gadis itu ada Christian yang tengah berkutat pada iPad-nya. Sudah beberapa hari ini memang Claudia dan Christian tidak pergi ke mana pun. Mereka menyelesaikan pekerjaan mereka dari jarak jauh. Pasalnya, kondisi proyek belum layak untuk dikunjungi.Christian belum berani mengajak Claudia untuk kembali melihat proye
“Sayang, kapan kau pulang?” “Aku belum bisa pulang sekarang. Masih banyak pekerjaan yang harus aku urus di sini, Ella.”“Tapi aku sangat merindukanmu, Sayang.” “Aku akan pulang, jika pekerjaanku sudah selesai. Kau mau aku dianggap tidak bisa bersikap professional?”“Iya-iya, aku akan berusaha mengerti. Tapi, tolong selalu kabari aku. Aku khawatir padamu, Sayang.” “Ya, aku akan selalu mengabarimu. Ella, aku harus tutup dulu. Ada pekerjaan yang harus aku urus.”“Apa kau sangat sibuk, Sayang?” “Ya, aku sangat sibuk.”“Baiklah, kau jaga dirimu, ya?”“Kau tenang saja.”Christian langsung menutup panggilan secara sepihak. Baru saja pria itu menjawab telepon dari Ella. Seperti biasa, Ella hanya menanyakan kapan dirinya bisa kembali ke New York, dan jawaban tetap sama yaitu Christian belum tahu kapan kembali. Pasalnya memang banyak sekali pekerjaan yang harus diurusnya.Christian segera menyudahi percakapan tersebut, karena dia sangat mengenal Ella. Jika dia tak menyudahi percakapan terse
Keheningan membentang dari dalam mobil. Claudia yang duduk di samping Christian tak mengatakan apa pun. Setelah kejadian tadi, memang mereka belum saling bicara. Hanya sesekali, gadis itu melihat wajah Christian yang nampak jelas marah.Claudia tak berani bersuara. Pasalnya raut wajah Christian amat menunjukkan kemarahannya. Dia menyadari tindakannya menyelamatkan anjing tadi memang tidak dibenarkan, karena bisa membahayakan nyawanya. Tapi juga tidak bisa disalahkan. Tentu, Claudia tidak tega kalau sampai anjing kecil itu terluka.Naluri Claudia langsung tergerak. Gadis itu tak bisa hanya diam ketika ada bahaya yang datang menimpa orang lain. Sekalipun itu hanya anjing, tetaplah berharga baginya. Dia menghargai segala makhluk hidup yang ada di muka bumi ini.Akan tetapi, Claudia pun merasa semakin tak enak. Pasalnya, selalu saja Christian yang menyelamatkannya dari bahaya. Jika tadi tidak ada Christian, entah bagaimana hidupnya. Mungkin bisa saja dia sudah tidak lagi bernafas di dunia
Claudia duduk di sofa kamarnya, dengan raut wajah yang nampak jelas menyimpan semua perasaan campur aduk. Yang dirinya rasakan adalah dilema. Hatinya seakan sesak menahan semua perasaan ini. Namun, dia sadar bahwa di hadapan matanya banyak ombak besar yang tak akan mudah diterjang.Claudia tidiak bisa menghindar dari segala ha yang ada. Fakta telah menjebak dirinya di dalam sebuah lingkaran api hingga membuatnya tidak bisa berkutik sama sekali. Claudia ingin berlari sejauh mungkin, tapi nyatanya dia tidak bisa menghindari lingkaran api yang telah menjeratnya.Claudia mengatur napasnya seraya memejamkan mata lelah. Gadis itu mengambil bantal kecil yang ada di sampingnya—dan memeluk bantal kecil itu. Tampak jelas sepasang iris mata ambernya sangat melemah dan lesu. Dia seolah tidak memiliki energy untuk menghadapu kehidupan.Lalu, terdengar suara dering ponsel. Refleks, Claudia mengambil ponselnya yang ada di atas meja. Ya, sebelumnya Christian sudah mengembalikan ponselnya. Berikutnya,