Mata Claudia mengerjap beberapa kali, menandakan gadis itu akan segera membuka matanya. Sayup-sayup secara perlahan, mata Claudia mulai terbuka—mengendar ke sekitar—melihat dirinya berada di sebuah kamar asing.Kening Claudia mengerut dalam, lalu tatapannya teralih pada jendela kecil—di sana ada kumpulan awan putih. Ya, Claudia langsung menyadari kalau dirinya masih berada di dalam pesawat.“Ck! Pasti pria menyebalkanku yang memindahkan tubuhku,” gerutu Claudia kesal.Tadi, Claudia sempat berdebat dengan Christian dan berujung Claudia terlelap. Dia malas jika terlalu lama berdebat dengan pria menyebalkan itu. Tapi, Claudia sama sekali tak mengira kalau dirinya malah akan terlelap pulas, sampai tak sadar Christian menggendongnya.Claudia menyibak selimut, dan hendak turun dari ranjang, namun geraknya terhenti di kala melihat Christian masuk ke dalam kamar. Raut wajah gadis itu berubah menjadi dingin bercampur kesal melihat Christian.“Aku pikir kau belum bangun.” Christian duduk di sam
Perut berbunyi menandakan sangat lapar. Claudia yang sejak tadi berdiam di kamar hotel, membuat gadis itu nampak sedikit kesal. Bisa saja gadis itu menghubungi pihak hotel untuk mengantarkan makan malam, namun dirinya sangat malas.Claudia mengambil ponselnya, dan mencari-cari di internet street food terenak di Seoul. Sebelumnya, dia sudah pernah ingin mendatangi street food di kala waktu itu berlibur bersama dengan keluarganya, namun sayangnya Claudia tidak mendapatkan izin dari kedua orang tuanya. Alasannya? Karena kedua orang tuanya takut kalau makanan di street food kurang bersih. Hal itu yang sempat membuatnya jengkel, karena tak benar-benar menikmati liburannya.“Ah, ini dia tempat street food yang enak,” gumam Claudia di kala berhasil menemukan di internet tempat di mana letak street food di Seoul yang banyak dikunjungi para turis selama berada di Seoul.“Aku makan malam di sini saja.” Claudia segera turun dari ranjang, dan mengganti pakaiannya. Gadis itu tak berias hanya memak
Keheningan membentang dari dalam mobil. Sunyi bercampur dengan dingin yang menelusup ke dalam tubuh. Tak ada percakapan apa pun yang terjalin di antara Claudia dan Christian. Mereka diam membisu seribu bahasa.Christian diam tatapannya lurus ke depan. Sedangkan Claudia melihat ke luar jendela, memperhatikan jalanan basah, akibat terkena guyuran air hujan. Raut wajah Claudia nampak jelas begitu kacau seperti tengah memikirkan sesuatu.Sejak kejadian tadi, baik Christian ataupun Claudia memilih untuk diam, tak mengatakan apa pun. Lebih tepatnya tak ada yang memulai percakapan. Mereka memilih diam, sebagai cara menenangkan otak mereka serta mencari jawaban dari jutaan pertanyaan yang muncul di benak mereka.Tak selang lama, mobil yang membawa Claudia dan Christian mulai memasuki lobby hotel. Claudia lebih dulu turun dari mobil, disusul Christian yang juga turun dari mobil. Langkah kaki gadis itu terburu-buru demi bisa menghindar dari Christian.Christian membiarkan itu. Dia membiarkan Cl
Claudia memejamkan mata dengan raut wajah yang amat ketakutan, namun seketika gadis itu menyadari bahwa dirinya aman dan tak terkena runtuhan bangunan. Gadis itu membuka mata, menatap Christian berada di atasnya.Claudia hanyut akan tatapan Christian. Jarak wajah mereka begitu dekat dan intim, mereka sama sekali tak memedulikan akan sekitar. Suasana harusnya menjadi tegang, tapi ternyata mereka sama sekali tak memedulikan di mana mereka berada. Yang mereka fokuskan adalah tatapan satu sama lain.Hingga … suara para pekerja di sana berseru terkejut melihat Claudia dan Christian yang tertimpa reruntuhan bangunan. Pun sang Mandor terkejut bercampur dengan kepanikan serta takut.“Tuan Hastings, Nona Fitzgerald.” Sang Mandor serta para pekerja berhamburan datang, menyelamatkan Claudia dan Christian.Ya, suara para pekerja membuat Claudia langsung menyadari bahwa dirinya baru saja mengalami kecelakaan. Tapi, tunggu! Tatapan Claudia teralih pada lengan Christian yang berdarah.“C-Christian,
“Christian, apa kau lapar?” Claudia bertanya seraya menatap Christian. Waktu menunjukkan pukul sembilan malam, gadis itu sudah sedikit mengantuk, tapi dia tak bisa langsung tidur begitu saja, karena sekarang tengah merawat Christian.Ya, Claudia telah menuruti keinginan Christian untuk menginap di kamar hotel pria itu. Tujuannya tentu karena dia ingin merawat Christian yang sakit. Jika saja Christian tak sakit, mana mungkin gadis itu menginap di kamar hotel Christian.Bagaimanapun, apa yang terjadi menimpa Christian, disebabkan karena dirinya. Kalau saja Christian tak menolongnya, maka sudah pasti dirinya yang sakit. Claudia melakukan ini semua sebagai bentuk balas budi atas apa yang Christian lakukan. Pun ini merupakan bagian dari tanggung jawabnya.“Jam tujuh tadi, aku baru saja makan, dan sekarang kau sudah memintaku untuk makan lagi?” Christian membalikan ucapan Claudia. Dua jam lalu, baru saja dirinya dan Claudia selesai makan malam, tapi malah gadis itu sudah menawarkan makan la
Claudia menatap jengkel Christian yang tengah menikmati sandwich di hadapannya. Gadis itu masih kesal, karena pria itu tadi malam menggendongnya. Padahal lengan kanan pria itu masih sakit. Sungguh, Claudia tak mengerti dengan jalan pikiran Christian. Pun dia nyaman-nyaman saja tidur di sofa empuk. Tak sama sekali keberatan. Kenapa malah Christian memindahkannya?Christian yang tengah menikmati sandwich sudah merasa bahwa Claudia meliriknya dengan tatapan jengkel. Detik itu juga, tatapannya teralih pada sosok gadis yang duduk tepat di hadapannya.“Pagi hari, kau sudah menekuk wajahmu. Apa kau ingin cepat tua, Claudia?” tegur Christian tenang, tanpa merasa sama sekali adanya beban.Claudia mendengkus pelan mendengar apa yang Christian katakan padanya. “Aku masih kesal padamu yang menggendongku tadi malam. Kalau sampai lenganmu semakin parah bagaimana, Christian?!” Christian tersenyum sambil mengambil kopi yang ada di atas meja dan menyesap kopi itu secara perlahan. “Jadi sekarang, kau
Claudia mengurusi Christian yang sedang sakit mulai dari makanan hingga obat yang dikonsumsi oleh pria itu. Harus Claudia akui, Christian Hastings seperti anak kecil jika tengah sakit. Makan hanya sedikit, dan minum obat pun susah. Benar-benar sangat menyusahkan dirinya.Kesabaran Claudia benar-benar teruji oleh Christian. Mengurus Christian Hastings malah melebihi dirinya mengurus anak kecil. Dia ingin sekali mengomel pada Christian yang seperti anak kecil, tapi dia tidak tega karena kondisi pria itu pun dalam keadaaan sakit.Akhirnya, satu-satunya jalan yang diwajibkan untuk dirinya lalui adalah bersikap sabar. Walau sedikit mengomel karena Christian sulit ingin makan, tapi tetap gadis itu mengurus Christian dengan sangat amat baik.Empat hari sudah Christian sakit. Empat hari juga Claudia tinggal di kamar hotel Christian untuk merawat pria itu. Dia tak bisa meninggalkan Christian, karena kondisi Christian belum pulih seratus persen.Project Geovan Group dipantau dari kamar hotel me
Claudia dibuat malu oleh Christian, di kala pria itu menggodanya. Dia sama sekali tak menyangka kalau pria itu telah berhasil membuatnya menjadi tak bisa berkutik. Sungguh, jika saja tahu akan seperti ini, maka pasti dia memilih untuk tidak membuatkan soup kepiting untuk Christian. Tentunya, Claudia tetap bersikukuh mengatakan pada Christian, bahwa dia sedang bosan di kamar sampai memutuskan untuk masak di dapur, bukan karena sengaja membuatkan soup kepiting untuk pria itu. Dan, ya … akhirnya Christian tak lagi menggoda Claudia. Alasannya karena pria itu tahu bahwa Claudia sampai kapan pun tak akan pernah mengakui.Claudia duduk di sofa sambil menonton televisi. Di samping gadis itu ada Christian yang tengah berkutat pada iPad-nya. Sudah beberapa hari ini memang Claudia dan Christian tidak pergi ke mana pun. Mereka menyelesaikan pekerjaan mereka dari jarak jauh. Pasalnya, kondisi proyek belum layak untuk dikunjungi.Christian belum berani mengajak Claudia untuk kembali melihat proye