Rencana keberangkatan Claudia ke Seoul bersama Christian semakin dekat. Segala persiapan keberangkatan telah disiapkan oleh Christian. Gadis itu tak perlu melakukan apa pun, karena persiapan sudah siap.Claudia ingin sekali meminta agar Addy yang berangkat ke Seoul, tapi itu sepertinya tidak mungkin. Pasalnya, Addy bertugas mengurus perusahaan di sini. Sedangkan Christian yang mengurus langsung project Geovan Group yang ada di Seoul.Harapan Claudia harus lenyap. Mau tak mau dia harus menerima ini semua. Sebenarnya, gadis itu pun berharap kalau Ella akan ikut ke Seoul, tapi sayangnya kakaknya itu tengah mengurus perusahaan keluarganya.Selama ini, memang Claudia terbilang tak pernah mengurus perusahaan keluarganya. Dia lebih menyukai dunia desain, berbeda dengan bisnis perusahaan keluarganya. Itu yang membuat akhirnya Ella yang kerap membantu ayahnya dalam mengelola perusahaan keluarga.Claudia duduk di sofa kamar, sambil menatap satu koper besar di hadapannya. Ya. Gadis itu baru saja
Claudia melihat para pelayan nampak sibuk membawakan barang-barangnya masuk ke dalam mobil. Tadinya hanya satu koper saja, tapi tadi malam satu koper lagi menyusul karena ibunya serta kakaknya, tiba-tiba memiliki ide untuk membawakan Claudia pakaian baru—yang dipesan secara mendadak di butik langganan ibu dan kakaknya.Claudia sebenarnya ingin menolak ketika ibu dan kakaknya membelikan pakaian baru untuknya. Pasalnya itu akan menambah muatan saja, dan membuat kopernya menjadi berat. Tapi tentunya dia tak bisa menolak. Yang Claudia bisa lakukan adalah pasrah. Tidak bisa berbuat apa pun.Ya, hari ini adalah hari di mana Claudia berangkat ke Seoul bersama dengan Christian. Di mata orang tua dan kakaknya—dirinya aman berada di sisi Christian, karena pasti Christian bisa menjaganya dengan baik. Tapi fakta yang ada selalu saja, Claudia membuat cemas dan ketakutan jika berada di sisi Christian.Sayangnya, kedua orang dan kakaknya tak tahu bahwa ada rahasia besar yang Claudia sembunyikan. Rah
Mata Claudia mengerjap beberapa kali, menandakan gadis itu akan segera membuka matanya. Sayup-sayup secara perlahan, mata Claudia mulai terbuka—mengendar ke sekitar—melihat dirinya berada di sebuah kamar asing.Kening Claudia mengerut dalam, lalu tatapannya teralih pada jendela kecil—di sana ada kumpulan awan putih. Ya, Claudia langsung menyadari kalau dirinya masih berada di dalam pesawat.“Ck! Pasti pria menyebalkanku yang memindahkan tubuhku,” gerutu Claudia kesal.Tadi, Claudia sempat berdebat dengan Christian dan berujung Claudia terlelap. Dia malas jika terlalu lama berdebat dengan pria menyebalkan itu. Tapi, Claudia sama sekali tak mengira kalau dirinya malah akan terlelap pulas, sampai tak sadar Christian menggendongnya.Claudia menyibak selimut, dan hendak turun dari ranjang, namun geraknya terhenti di kala melihat Christian masuk ke dalam kamar. Raut wajah gadis itu berubah menjadi dingin bercampur kesal melihat Christian.“Aku pikir kau belum bangun.” Christian duduk di sam
Perut berbunyi menandakan sangat lapar. Claudia yang sejak tadi berdiam di kamar hotel, membuat gadis itu nampak sedikit kesal. Bisa saja gadis itu menghubungi pihak hotel untuk mengantarkan makan malam, namun dirinya sangat malas.Claudia mengambil ponselnya, dan mencari-cari di internet street food terenak di Seoul. Sebelumnya, dia sudah pernah ingin mendatangi street food di kala waktu itu berlibur bersama dengan keluarganya, namun sayangnya Claudia tidak mendapatkan izin dari kedua orang tuanya. Alasannya? Karena kedua orang tuanya takut kalau makanan di street food kurang bersih. Hal itu yang sempat membuatnya jengkel, karena tak benar-benar menikmati liburannya.“Ah, ini dia tempat street food yang enak,” gumam Claudia di kala berhasil menemukan di internet tempat di mana letak street food di Seoul yang banyak dikunjungi para turis selama berada di Seoul.“Aku makan malam di sini saja.” Claudia segera turun dari ranjang, dan mengganti pakaiannya. Gadis itu tak berias hanya memak
Keheningan membentang dari dalam mobil. Sunyi bercampur dengan dingin yang menelusup ke dalam tubuh. Tak ada percakapan apa pun yang terjalin di antara Claudia dan Christian. Mereka diam membisu seribu bahasa.Christian diam tatapannya lurus ke depan. Sedangkan Claudia melihat ke luar jendela, memperhatikan jalanan basah, akibat terkena guyuran air hujan. Raut wajah Claudia nampak jelas begitu kacau seperti tengah memikirkan sesuatu.Sejak kejadian tadi, baik Christian ataupun Claudia memilih untuk diam, tak mengatakan apa pun. Lebih tepatnya tak ada yang memulai percakapan. Mereka memilih diam, sebagai cara menenangkan otak mereka serta mencari jawaban dari jutaan pertanyaan yang muncul di benak mereka.Tak selang lama, mobil yang membawa Claudia dan Christian mulai memasuki lobby hotel. Claudia lebih dulu turun dari mobil, disusul Christian yang juga turun dari mobil. Langkah kaki gadis itu terburu-buru demi bisa menghindar dari Christian.Christian membiarkan itu. Dia membiarkan Cl
Claudia memejamkan mata dengan raut wajah yang amat ketakutan, namun seketika gadis itu menyadari bahwa dirinya aman dan tak terkena runtuhan bangunan. Gadis itu membuka mata, menatap Christian berada di atasnya.Claudia hanyut akan tatapan Christian. Jarak wajah mereka begitu dekat dan intim, mereka sama sekali tak memedulikan akan sekitar. Suasana harusnya menjadi tegang, tapi ternyata mereka sama sekali tak memedulikan di mana mereka berada. Yang mereka fokuskan adalah tatapan satu sama lain.Hingga … suara para pekerja di sana berseru terkejut melihat Claudia dan Christian yang tertimpa reruntuhan bangunan. Pun sang Mandor terkejut bercampur dengan kepanikan serta takut.“Tuan Hastings, Nona Fitzgerald.” Sang Mandor serta para pekerja berhamburan datang, menyelamatkan Claudia dan Christian.Ya, suara para pekerja membuat Claudia langsung menyadari bahwa dirinya baru saja mengalami kecelakaan. Tapi, tunggu! Tatapan Claudia teralih pada lengan Christian yang berdarah.“C-Christian,
“Christian, apa kau lapar?” Claudia bertanya seraya menatap Christian. Waktu menunjukkan pukul sembilan malam, gadis itu sudah sedikit mengantuk, tapi dia tak bisa langsung tidur begitu saja, karena sekarang tengah merawat Christian.Ya, Claudia telah menuruti keinginan Christian untuk menginap di kamar hotel pria itu. Tujuannya tentu karena dia ingin merawat Christian yang sakit. Jika saja Christian tak sakit, mana mungkin gadis itu menginap di kamar hotel Christian.Bagaimanapun, apa yang terjadi menimpa Christian, disebabkan karena dirinya. Kalau saja Christian tak menolongnya, maka sudah pasti dirinya yang sakit. Claudia melakukan ini semua sebagai bentuk balas budi atas apa yang Christian lakukan. Pun ini merupakan bagian dari tanggung jawabnya.“Jam tujuh tadi, aku baru saja makan, dan sekarang kau sudah memintaku untuk makan lagi?” Christian membalikan ucapan Claudia. Dua jam lalu, baru saja dirinya dan Claudia selesai makan malam, tapi malah gadis itu sudah menawarkan makan la
Claudia menatap jengkel Christian yang tengah menikmati sandwich di hadapannya. Gadis itu masih kesal, karena pria itu tadi malam menggendongnya. Padahal lengan kanan pria itu masih sakit. Sungguh, Claudia tak mengerti dengan jalan pikiran Christian. Pun dia nyaman-nyaman saja tidur di sofa empuk. Tak sama sekali keberatan. Kenapa malah Christian memindahkannya?Christian yang tengah menikmati sandwich sudah merasa bahwa Claudia meliriknya dengan tatapan jengkel. Detik itu juga, tatapannya teralih pada sosok gadis yang duduk tepat di hadapannya.“Pagi hari, kau sudah menekuk wajahmu. Apa kau ingin cepat tua, Claudia?” tegur Christian tenang, tanpa merasa sama sekali adanya beban.Claudia mendengkus pelan mendengar apa yang Christian katakan padanya. “Aku masih kesal padamu yang menggendongku tadi malam. Kalau sampai lenganmu semakin parah bagaimana, Christian?!” Christian tersenyum sambil mengambil kopi yang ada di atas meja dan menyesap kopi itu secara perlahan. “Jadi sekarang, kau