“Claudia? Akhirnya aku bertemu denganmu.” Hansen lega melihat Claudia kini sudah masuk ke dalam kantor.Sejak di klub malam, Hansen kehilangan temannya itu. Sudah berkali-kali Hansen menghubungi Claudia, tapi nomor Claudia tidak aktif. Hansen ingin mencari Claudia ke keluarga Claudia, namun dirinya tak mengenal keluarga Claudia. Pun rumah Claudia saja dia tidak tahu. Kemarin, Hansen menjemput Claudia di ujung jalan. Itu yang membuatnya tidak tahu rumah Claudia.“Hi, Hansen. Maaf waktu itu aku pergi meninggalkanmu.” Claudia segera meminta maaf pada Hansen. Gadis itu yakin pasti Hansen mencarinya. Bagaimana tidak? Dirinya menghilang di klub malam akibat mabuk dan bertemu Christian. Padahal malam itu, Claudia mendatangi klub malam karena bermaksud untuk menemani Hansen—yang kala itu memergoki kekasihnya berada di klub malam bersama dengan pria lain.Hansen meraih kedua bahu Claudia. “Aku sangat mencemaskanmu. Aku pikir kau diculik. Aku sudah menghubungimu, tapi nomormu tidak aktif. Kemar
“Tuan Hastings, kapan rencananya Anda akan terbang ke Seoul?” Shawn bertanya sambil menyesap kopi yang baru saja diantar oleh sang pelayan. Ya, kini Christian dan Shawn tengah duduk di kafe terdekat dengan Hastings Group. Nampaknya. memang sengaja mengajak Shawn meeting di luar perusahaan.Christian meletakan cangkir kopi yang ada di tangannya, ke atas meja. “Aku belum tahu, nanti akan aku atur. Konsep bangunan sudah ditentukan. Bagian akhir adalah tugas Claudia yang akan merancang desain.”Christian mengikuti keinginan Shawn yang menginginkan Claudia yang merancang desain. Tak bisa dipungkiri bahwa memang Claudia memiliki bakat luar biasa dalam menggambar. Claudia bukan hanya bisa mendesain ruangan di iPad ataupun MacBook saja, tapi gadis itu juga bisa menggambar di buku gambar. Tidak semua orang memiliki bakat seperti Claudia.Shawn mengangguk. “Alright, aku yakin, Claudia pasti akan memberikan yang terbaik.” Christian terdiam mendengar apa yang Shawn katakan. “Bagaimana kau bisa
Christian duduk di kursi kebesarannya seraya menyandarkan punggungnya, dan memejamkan mata singkat. Setelah meeting bertemu dengan Shawn, memang Christian memutuskan untuk berada di ruang kerjanya, namun pria itu sekarang tak ingin diganggu oleh siapa pun.Hati Christian masih merasakan kesal setiap kali Shawn menunjukkan ketertarikannya. Rasanya dia ingin memberikan peringatan pada Shawn, namun dia tidak mungkin melakukan itu karena bagaimanapun Shawn Geovan adalah client besarnya. Dia masih memiliki otak dalam melakukan tindakan.Christian mengambil wine di atas meja, dan menyesap wine tersebut perlahan. Lalu, tiba-tiba terdengar suara dering ponsel masuk. Refleks, Christian mengalihkan pandangannya pada ponselnya yang terus berdering itu—menatap ke layar tertera nama Ella terpampang di layar teleponnya itu.Christian mengembuskan napas kasar. Dia ingin tak menjawab, namun dia malas berdebat dengan Ella yang berujung membuatnya sakit kepala. Akhirnya, Christian memutuskan untuk menj
Christian membaringkan tubuh Claudia di ranjang di dalam kamar pribadinya, yang ada di dalam ruang kerjanya. Pria itu tak memiliki pilihan lain. Terpaksa, dia membawa Claudia ke dalam kamar pribadinya itu.“Tunggu di sini, aku akan mengambilkan obat untukmu,” ucap Christian pelan, dan tegas, meminta Claudia untuk tenang, tak pergi ke mana pun.Claudia mengangguk patuh merespon ucapan Christian. Layaknya anak anjing yang patuh pada majikannya. Claudia terlalu lemah akibat serangan Eve. Itu yang membuatnya tak bisa bergerak sedikit pun.Christian mengambil kotak obat yang tersimpan di laci khusus tempat-tempat obat. Lantas, pria itu kembali menghampiri Claudia di kala kotak obatnya sudah ada di tangannya.Christian duduk di hadapan Claudia, mulai mengobati luka Claudia. Luka yang diderita Claudia bukan hanya luka memar, tapi juga luka bekas cakaran. Kuku Eve panjang menimbulkan bekas di kala mencakar tubuh Claudia.“Aww—” Claudia meringis perih kesakitan di kala Christian mengobatinya.
Christian menatap Claudia yang kini sudah tertidur pulas. Dia bergeming mengamati wajah polos Claudia. Manik mata cokelat gelap Christian hanyut akan paras cantik Claudia. Hanya saja, luka lebam dan luka bekas cakaran di wajah Claudia membuat emosi Christian sulit terkendali. Pria itu paling benci melihat Claudia terluka.Christian duduk di tepi ranjang, dan membelai pipi Claudia lembut. Pun Christian menyingkirkan rambut Claudia yang menutupi wajah gadis itu. Suara ringisan perih lolos di bibir Claudia di kala jemari Christian tak sengaja menyentuh luka cakaran di wajah Claudia.Christian mengecupi lembut luka di wajah Claudia. “Kau akan segera sembuh,” bisiknya pelan. Entah kenapa hati Christian mendorong dan memaksanya untuk mencium Claudia. Ini memang sudah gila. Christian menyadari kegilaannya. Tapi dia tak bisa menghentikan apa yang telah dia mulai.Perlahan, jemari Christian menelusuri bibir ranum Claudia. Bibir ranum yang kenyal dan membuat Christian betah berada di sana. Hal
Jantung Claudia rasanya nyaris berhenti berdetak di kala Christian begitu dekat dengannya. Aroma parfume maskulin Christian menyeruak ke indra penciuman Claudia—dan sukses membuat seluruh organ dalam tubuh Claudia seolah lumpuh tak sama sekali bisa berkutik.Claudia menelan saliva-nya susah payah. Aura wajahnya sudah memucat tak menentu. Claudia ingin bergeser, namun sayangnya dia tak memiliki banyak tenaga. Sekuat apa pun berontak, pasti tak akan lepas dari kungkungan Christian.“C-Christian,” ucap Claudia gugup dan semakin panik.Jemari Christian tetap membelai bibir ranum Claudia. Bahkan pria itu seolah enggan menjauh dari adik iparnya itu. Christian menyadari bahwa tindakannya adalah suatu kegilaan, tapi hati Christian tak bisa menghentikan ini. Christian selalu ingin berada di dekat Claudia.Tatapan mereka berdua saling mengunci satu sama lain, seolah tidak bisa terlepaskan. Mereka tahu bahwa tatapan tersebut memiliki makna yang berbahaya. Jika diteruskan maka yang ada hanyalah m
Christian membaringkan tubuh Claudia ke ranjang, lalu menarik selimut menutupi tubuh gadis itu. Claudia masih terlelap seperti kucing kecil yang kelelahan. Sepasang iris mata cokelat gelap Christian terus menatap Claudia dengan tatapan lekat dan dalam. Sudut bibir pria itu sedikit terangkat, membentuk senyuman kecil di kala Claudia masih tertidur pulas.Ya, Claudia masih belum menyadari kalau tubuhnya sudah berpindah ke kamar gadis itu. Pulas tidurnya layaknya kerbau yang tidak bisa bangun. Hal konyol tersebut malah sekarang menarik perhatian Christian.Christian hendak menyentuh pipi Claudia, namun gerak Christian terhenti di kala sadar bahwa mertua dan istrinya berada di depan kamar Claudia. Pria itu tak mau menimbulkan kekacauan dan berujung pada masalah rumit. Dia pun segera menjauh, dan melangkah pergi dari kamar Claudia.Di luar kamar Claudia, Christian melihat mertua dan istrinya masih belum bergerak sama sekali. Christian yakin banyak pertanyaan yang ada di dalam pikiran istri
Claudia berlari keluar dari kamar, mencari keberadaan Christian. Gadis itu ingin berteriak keras, namun rasanya tak mungkin karena posisinya berada di dalam rumah. Claudia takut kalau memancing keluarganya muncul.“Nona Claudia?” sang pelayan sedikit terkejut melihat Claudia berlari, seperti tengah mencari sesuatu.Claudia menghentikan geraknya, menatap lekat sang pelayan. “Apa kau melihat Christian?” tanyanya cepat, meminta sang pelayan untuk menjawab.Sang pelayan sedikit mengerutkan keningnya. “Anda mencari Tuan Christian, Nona?” tanyanya memastikan.Claudia berdecak pelan. “Iya, aku mencari Christian. Katakan padaku, di mana dia?” serunya menahan rasa kesal. Perkataan Hansen terus terngiang di benak Claudia. Bagaimana tidak? Christian Hastings telah mengambil keputusan tak masuk akal.Sang pelayan menundukan kepalanya. “Tuan Christian ada di ruang kerjanya, Nona. Kebetulan hari ini beliau tidak ke kantor.”Tanpa mengatakan apa pun, Claudia berlari ke lantai atas menuju ke ruang ke