“Maaf, Tuan.” Claudia akhirnya membuyarkan lamunannya, dan sedikit malu karena terus menatap sosok pria tampan yang menabraknya itu. Pun pria yang menabrak Claudia membenarkan posisi Claudia agar tak terjatuh.“Harusnya aku yang meminta maaf. Maaf aku tidak memperhatikan langkahku, Nona,” ucap pria tampan itu pada Claudia. Nadanya hangat namun penuh wibawa.Sungguh, Claudia benar-benar terpesona oleh sosok pria tampan yang ada di hadapannya ini. Tidak hanya tampan saja, tapi pria yang ada di hadapannya ini penuh dengan wibawa dan kehangatan—yang sukses membuat para kaum hawa berdesir.“Tuan Geovan?” Hansen segera menghampiri pria yang menabrak Claudia.Pria tampan itu melihat ke arah Hansen yang kini tengah memeriksa keadaan Claudia. “Claudia, are you okay?” tanya Hansen khawatir.Claudia tersenyum samar. “I’m okay, Hansen. Thanks. Jangan khawatir.”Hansen lega mendengar ucapan Claudia. “Anyway, Claudia. Di depanmu ini Tuan Shawn Geovan. Salah satu pewaris dari Geovan Group. Pagi ini
Claudia menatap cermin dengan raut wajah yang dilingkupi kemarahan. Kejadian hari ini di kantor membuat Claudia masih kesal dan emosi. Bagaimana tidak? Perkataan Christian masih terus terngiang-ngiang dalam pikirannya. Sungguh, Claudia tak mengerti kenapa Christian terus menerus mengusik kehidupannya.Claudia sudah memasang dinding setinggi mungkin, agar menjauh dari Christian, akan tetapi alih-alih menjauh, malah Christian seolah memaksa menerobos dinding itu. Padahal sebelumnya, Christian telah menyetujui apa yang telah dirinya putuskan.Claudia menghela napas dalam sambil memejamkan mata sebentar. Jika saja bisa, rasanya Claudia ingin sekali berhenti dari kantor Christian, akan tetapi Claudia ingat bahwa dirinya tak bisa bertindak sesukanya karena masih belum selesai wisuda. Nanti, setelah Claudia benar-benar dinyatakan lulus kuliah, maka Claudia akan memperjuangkan keputusan yang dirinya ambil.Suara dering ponsel terdengar. Refleks, Claudia mengalihkan pandangannya ke arah ponsel
BrakkkChristian membanting kasar tubuh Claudia ke atas ranjang. Terdengar Claudia meringis di kala tubuhnya dibanting ke ranjang oleh Christian. Ya, kini Christian tengah membawa Claudia ke hotel terdekat dengan klub malam.Christian terpaksa membawa Claudia menginap di hotel, karena tak mungkin dirinya membawa Claudia pulang ke rumah dalam keadaan mabuk. Christian yakin akan mendapatkan jutaan pertanyaan yang membuatnya sakit kepala.Malam ini, Christian mendatangi klub malam karena ingin bertemu dengan salah satu rekan bisnisnya yang kebetulan memang mengajaknya untuk bertemu di klub malam. Akan tetapi, Christian terpaksa harus membatalkan rencananya, karena tak mungkin dia membiarkan Claudia sendirian. Terlebih Claudia dalam keadaan mabuk. Christian ingin bersikap acuh dan tak peduli, tapi dia tak bisa melakukan itu. Logikanya berkata untuk tak peduli pada Claudia, namun hatinya tak bisa melihat sesuatu hal buruk terjadi pada Claudia. Persetan dengan aturan yang telah Claudia bua
Selama berendam membesihkan tubuh, Claudia tak henti-hentinya mengumpati Christian Hastings. Pria berengsek itu mengambil kesempatan dalam kesempitan. Dia yang tengah mabuk sama sekali tak sadar apa yang telah terjadi padanya. Bahkan dirinya saja tidak sadar sudah dibawa ke hotel.Claudia melangkah keluar dari kamar mandi. Tubuhnya terbalut oleh dress sederhana berwarna merah jambu model motif bunga-bunga kecil, dengan model tali spaghetti. Ya, dress itu adalah pemberian dari Christian. Sebelumnya, Christian meminta anak buahnya membeli dress untuk Claudia. Tak mungkin Claudia memakai dress yang tadi malam dia pakai.“Lain kali kau tidak usah membelikan pakaian untukku,” ucap Claudia ketus kala tiba di depan Christian. Sungguh, hati Claudia masih amat kesal. Bagaimana tidak? Claudia terus mengingat tentang kegilaan yang dilakukan kakak iparnya.“Pakaianmu tadi malam bau aroma rokok dan alkohol. Kau mau dinterogasi orang tuamu dan kakakmu?” Christian menyesap kopi di tangannya, tanpa s
“Claudia? Akhirnya aku bertemu denganmu.” Hansen lega melihat Claudia kini sudah masuk ke dalam kantor.Sejak di klub malam, Hansen kehilangan temannya itu. Sudah berkali-kali Hansen menghubungi Claudia, tapi nomor Claudia tidak aktif. Hansen ingin mencari Claudia ke keluarga Claudia, namun dirinya tak mengenal keluarga Claudia. Pun rumah Claudia saja dia tidak tahu. Kemarin, Hansen menjemput Claudia di ujung jalan. Itu yang membuatnya tidak tahu rumah Claudia.“Hi, Hansen. Maaf waktu itu aku pergi meninggalkanmu.” Claudia segera meminta maaf pada Hansen. Gadis itu yakin pasti Hansen mencarinya. Bagaimana tidak? Dirinya menghilang di klub malam akibat mabuk dan bertemu Christian. Padahal malam itu, Claudia mendatangi klub malam karena bermaksud untuk menemani Hansen—yang kala itu memergoki kekasihnya berada di klub malam bersama dengan pria lain.Hansen meraih kedua bahu Claudia. “Aku sangat mencemaskanmu. Aku pikir kau diculik. Aku sudah menghubungimu, tapi nomormu tidak aktif. Kemar
“Tuan Hastings, kapan rencananya Anda akan terbang ke Seoul?” Shawn bertanya sambil menyesap kopi yang baru saja diantar oleh sang pelayan. Ya, kini Christian dan Shawn tengah duduk di kafe terdekat dengan Hastings Group. Nampaknya. memang sengaja mengajak Shawn meeting di luar perusahaan.Christian meletakan cangkir kopi yang ada di tangannya, ke atas meja. “Aku belum tahu, nanti akan aku atur. Konsep bangunan sudah ditentukan. Bagian akhir adalah tugas Claudia yang akan merancang desain.”Christian mengikuti keinginan Shawn yang menginginkan Claudia yang merancang desain. Tak bisa dipungkiri bahwa memang Claudia memiliki bakat luar biasa dalam menggambar. Claudia bukan hanya bisa mendesain ruangan di iPad ataupun MacBook saja, tapi gadis itu juga bisa menggambar di buku gambar. Tidak semua orang memiliki bakat seperti Claudia.Shawn mengangguk. “Alright, aku yakin, Claudia pasti akan memberikan yang terbaik.” Christian terdiam mendengar apa yang Shawn katakan. “Bagaimana kau bisa
Christian duduk di kursi kebesarannya seraya menyandarkan punggungnya, dan memejamkan mata singkat. Setelah meeting bertemu dengan Shawn, memang Christian memutuskan untuk berada di ruang kerjanya, namun pria itu sekarang tak ingin diganggu oleh siapa pun.Hati Christian masih merasakan kesal setiap kali Shawn menunjukkan ketertarikannya. Rasanya dia ingin memberikan peringatan pada Shawn, namun dia tidak mungkin melakukan itu karena bagaimanapun Shawn Geovan adalah client besarnya. Dia masih memiliki otak dalam melakukan tindakan.Christian mengambil wine di atas meja, dan menyesap wine tersebut perlahan. Lalu, tiba-tiba terdengar suara dering ponsel masuk. Refleks, Christian mengalihkan pandangannya pada ponselnya yang terus berdering itu—menatap ke layar tertera nama Ella terpampang di layar teleponnya itu.Christian mengembuskan napas kasar. Dia ingin tak menjawab, namun dia malas berdebat dengan Ella yang berujung membuatnya sakit kepala. Akhirnya, Christian memutuskan untuk menj
Christian membaringkan tubuh Claudia di ranjang di dalam kamar pribadinya, yang ada di dalam ruang kerjanya. Pria itu tak memiliki pilihan lain. Terpaksa, dia membawa Claudia ke dalam kamar pribadinya itu.“Tunggu di sini, aku akan mengambilkan obat untukmu,” ucap Christian pelan, dan tegas, meminta Claudia untuk tenang, tak pergi ke mana pun.Claudia mengangguk patuh merespon ucapan Christian. Layaknya anak anjing yang patuh pada majikannya. Claudia terlalu lemah akibat serangan Eve. Itu yang membuatnya tak bisa bergerak sedikit pun.Christian mengambil kotak obat yang tersimpan di laci khusus tempat-tempat obat. Lantas, pria itu kembali menghampiri Claudia di kala kotak obatnya sudah ada di tangannya.Christian duduk di hadapan Claudia, mulai mengobati luka Claudia. Luka yang diderita Claudia bukan hanya luka memar, tapi juga luka bekas cakaran. Kuku Eve panjang menimbulkan bekas di kala mencakar tubuh Claudia.“Aww—” Claudia meringis perih kesakitan di kala Christian mengobatinya.
Pagi buta Claudia sudah terbangun. Kedua anaknya sudah menunggu di depan semangat karena akan diajak jalan-jalan. Entah jalan-jalan ke mana. Claudia tak tahu, karena Christian tidak bilang padanya. Yang pasti Claudia percaya bahwa sang suami akan membawanya ke tempat yang indah.Barang-barang yang dibawa telah dimasukan ke dalam mobil. Claudia dibantu pelayan untuk packing. Untungnya dia mendapatkan bantuan dari pelayan. Jika tidak, maka pastinya dia akan sangat kerepotan. Namun memang selama ini Claudia selalu dibantu oleh pelayan.“Claudia, apa kau sudah siap?” tanya Christian sambil memakai arloji.Claudia mengoleskan lipstick di bibirnya. “Sudah, Sayang. Aku sudah siap.”“Kita keluar sekarang. Anak-anak sudah menunggu kita.” Christian merengkuh bahu Claudia—mengajak sang istri ke luar kamar.“Mommy, Daddy, ayo kita jalan-jalan.” Caleb dan Cambrie memekik kegirangan tak sabar.Christian dan Claudia tersenyum samar. “Oke, let’s go. Kita berangkat sekarang.”Christian menggendong Cam
Mansion Claudia dan Christian dipuji oleh Nicole. Mansion megah yang telah didesain khusus oleh Claudia. Mansion ini adalah hadiah dari Christian untuk Claudia. Pria itu mencuri gambar rumah megah yang pernah digambar oleh Claudia. Sekarang hasil curian gambar itu, telah menjelma menjadi sebuah mansion mewah.Saat ini Claudia dan Christian tengah duduk di ruang tengah bersama dengan Nicole, Oliver, Ella, dan Elan. Mereka baru saja selesai makan siang bersama. Anak-anak mereka tengah bermain di taman belakang. Tentunya diawasi oleh para pengasuh mereka. “Claudia, rumahmu benar-benar indah. Rumah ini kau yang desain, kan?” tanya Nicole lembut—dan direspon anggukkan oleh Claudia.“Iya. Aku yang merancang rumah ini. Tadinya aku ingin mengumpulkan uang dari hasil kerja kerasku dan membangun rumah ini.” Claudia tersenyum malu.“Tapi akhirnya suamimu yang membangun rumah indah yang ada di kertas gambarmu.” Nicole menjawab lembut. Sebelumnya, dia sudah pernah diceritakan tentang gambar Clau
*Claudia, aku dan Oliver serta anak-anak kami siang ini akan main ke tempatmu. Apa kau ada di rumah?* Claudia yang baru saja membuka mata, di kala pagi menyapa, dikejutkan dengan pesan yang dikirimkan oleh Nicole. Detik itu juga, Claudia menyibak selimut—turun dari ranjang seraya mengikat asal rambutnya. “Christian, Christian.” Claudia memanggil sang suami, karena suami tercintanya itu tidak ada di ranjang. Itu menandakan sang suami sudah bangun.“Iya, Claudia.” Christian melangkah keluar dari walk-in closet—tengah memakai dasi. Pria tampan itu sudah bersiap ingin ke kantor.Claudia mendekat dan melepaskan dasi Christian. Sontak, Christian terkejut akan tindakan Claudia—yang melepas dasinya begitu saja.“Claudia, apa yang—”“Hari ini kau tidak usah ke kantor. Nicole, Oliver, dan dua anaknya datang.”“Claudia, aku ada meeting penting.”“Kau CEO dari Hastings Group. Kau memiliki kuasa. Aku yakin kau bisa mengatur meeting dilain waktu.”Suara dering ponsel Christian terdengar. Buru-bu
“Oh, Tuhan. Elyana! Efraim! Kenapa bisa kalian merusak lukisan Mommy yang sudah Mommy pesan untuk Grandma?” Ella mengomel seraya memijat keningnya merasakan pusing luar biasa. Anak perempuan dan anak laki-lakinya merusak lukisan yang baru saja dia pesan di pelelangan seni. Lukisan harga fantastis itu sengaja Ella beli untuk dia hadiahkan pada ibunya.“Mommy, aku tidak salah. Efraim yang salah. Aku tidak salah.” Elyana membela diri, karena tidak mau disalahkan oleh ibunya. Pun dia memang tak sepenuhnya salah. Efraim—adiknya yang terlibat.Efraim mendelik, menatap tajam sang kakak. “Kak, kenapa kau menyalahkanku? Kau yang berlari mengejarku sampai wine jatuh ke atas lukisan Mommy.”Elyana berdecak kesal. “Kau menyembunyikan barbie yang dibelikan Grandpa!”“Aku tidak menyembunyikannya.”“Kau bohong! Kau menyembunyikan barbie pemberian dari Grandpa.” “Astaga! Kenapa kalian sekarang berdebat? Ini bagaimana lukisan Mommy? Besok Mommy akan memberikan lukisan ini pada Grandma Grania. Tapi ka
Caleb duduk di ranjang sambil memeluk bantal dengan raut wajah kesal. Bocah laki-laki itu kesal dengan Oscar, dan juga kesal dengan ibunya yang tak membelanya. Yang dia inginkan adalah ibunya membelanya. Tapi sayang, ibunya malah tak membela dirinya. “Sepertinya, kau baru saja melalui hari buruk.” Christian masuk ke dalam kamar putra sulungnya—dan duduk di samping putranya itu. Dia sudah melihat raut wajah Caleb menunjukkan jelas rasa kesal.Caleb mengembuskan napas kesal. “Dad, aku sudah diomeli Mom. Jika kau datang hanya ingin mengomeliku juga, lebih baik kau keluar kamarku saja. Aku pusing. Tidak ada yang mau mengerti diriku.”“Tujuanku datang ke sini bukan memerahimu.” Christian menjawab dengan tenang.Caleb mengalihkan pandangannya, menatap Christian. “Kau tidak memerahiku?”Christian menggelengkan kepalanya. “Nope. Aku tidak memerahimu.”Caleb merasa curiga. “Jangan-jangan kau langsung memberikanku hukuman?”Christian tersenyum samar. “Apa pernah aku sekejam itu padamu, Caleb?
“Mommy, kapan kita kan kembali ke London? Aku rindu Grandpa dan Grandma.”Olivia memeluk boneka kecil, menghampiri ibunya, mengajak bicara, bertanya kapan kembali ke London. Karena dia sudah cukup lama berada di New York. Itu kenapa sekarang gadis kecil itu bertanya kapan bisa kembali ke kotanya sendiri.Nicole menunduk, menatap penuh kasih sayang putri kecilnya. “Mommy belum tahu, nanti Mommy tanya Daddy dulu. Sekarang kau masuk ke kamarmu, Nak. Kau istirahatlah.”Olivia mengerjap beberapa kali. “Mommy, masih marah pada Oscar?”Nicole menghela napas dalam. “No, Honey. Mommy tidak marah pada Oscar. Kau masuklah ke kamar. Istirahat. Jangan bermain games.”Olivia memilih mengangguk patuh. Gadis kecil itu pun sudah lelah karena sejak tadi bersepeda. Dia masuk ke dalam kamarnya. Tepat di kala Olivia sudah masuk ke dalam kamar, Nicole segera menghubungi Oliver.“Oliver?” panggil Nicole kala panggilan terhubung.“Nicole, aku sedang sibuk bersama client-ku. Nanti aku akan menghubungimu,” uja
Lima tahun berlalu … “Caleb, kenapa kau bertengkar dengan Oscar? Ya Tuhan, Nak. Oscar itu anak Bibi Nicole—kakak ipar Mommy.” Claudia menatap kesal Caleb yang baru saja turun dari mobil. Tampak jelas raut wajah wanita itu sangat lelah.Bagaimana tidak? Hari ini Claudia baru saja mengadakan meeting dengan asisten pribadi Shawn. Ada project baru Geovan Group yang sedang ditangani Claudia. Tapi di tengah-tengah meeting berlangsung—Claudia mendapatkan kabar Caleb dan Oscar bertengkar. Pun kebetulan Oscar sedang berada di New York. Caleb dan Oscar bertengkar di taman bermain. Claudia dan Nicole langsung datang ke taman itu. Perkelahian berhasil terhenti karena pengawal Caleb dan pengawal Oscar sama-sama merelai perkelahian.“Oscar yang salah. Dia mendekati gadis yang aku suka, Mom.” Caleb berjalan menuju kamar, namun buru-buru Claudia menghalangi putranya itu.Claudia merasa ini belum selesai. Dia membutuhkan penjelasan sejelas-jelasnya. Dia tidak mau sembarangan apalagi asal-asalan dal
Usia Caleb memasuki enam bulan. Tubuh bayi laki-laki itu sangat gemuk dan sehat. Kulit putih. Pipi tembam. Mata bulat. Membuat Caleb benar-benar seperti boneka laki-laki yang sangat tampan dan menggemaskan.Bayi laki-laki tampan itu kerap menjadi pusat perhatian. Tidak heran kalau banyak sekali tawaran Caleb menjadi model bayi. Tapi sayang Christian dan Claudia tidak mengizinkan anak mereka menjadi seorang model.Segala bentuk penawaran menjadi model, pastinya ditolak oleh Christian ataupun Claudia. Alasannya tentu mereka tidak ingin kehidupan anak mereka terlalu menjadi sorotan di media.Selain itu, kisah masa lalu Christian dan Claudia, pastinya akan membuat Caleb menjadi pusat perhatian dari segi kehidupan. Itu yang membuat Caleb tidak akan nyaman di masa depan nanti.Suara tangis Caleb begitu keras di kala sudah selesai menyusu. Claudia yang tengah menimang putranya itu, nampak terkejut dan panik melihat putranya menangis. Dia pikir putranya ingin minum susu lain, tapi ternyata ti
Christian seperti orang gila marah-marah pada dokter. Pria itu menuntut dokter untuk membuat sang istri tidak lagi merintih kesakitan. Dia tidak tega melihat istrinya terbaring di ranjang seraya meringis kesakitan.“Kau ini dokter kandungan benar atau bohongan?! Kenapa kau tidak mampu menghilangkan rasa sakit istriku?” Christian marah-marah pada sang dokter yang malah membiarkan istrinya berteriak kesakitan.Sang dokter tersenyum memaklumi rasa takut Christian. “Tuan, Anda tidak perlu khawatir. Rasa sakit istri Anda adalah wajar. Setiap ibu yang melahirkan anak pasti akan merasakan sakit.”Christian mengusap wajahnya kasar. Kecemasan dan rasa panik melingkupi pria itu. “Jadi, istriku akan melahirkan sambil berteriak kesakitan?”Sang dokter menyentuh bahu Christian. “Tuan Hastings, itu adalah tugas seorang ibu. Proses melahirkan akan segera dimulai. Temani istri Anda, Tuan.” Christian bingung dengan perasaan campur aduk. Dia mendengar suara istrinya itu yang terus menjerit. Dia memutu