Claudia duduk di ranjangnya dengan raut wajah yang muram. Gadis itu masih sedih karena kehilangan gambarnya. Bagi banyak orang mungkin kehilangan hanya selembar kertas gambar adalah hal kecil, nanti membuat baru saja. Akan tetapi, tak semudah itu. Claudia selalu menganggap gambar yang dia buat seakan memiliki nyawa sendiri. Hal itu yang membuat Claudia benar-benar sangat sedih.Claudia memang bisa menggambar ulang, tapi pasti akan memakan waktu, dan dia yakin belum tentu akan sedetail kemarin. Butuh waktu yang tak sebentar memiliki ide menuangkan gambar agar bisa detail bersamaan dengan pewarnaan yang cocok. Sekarang gambar itu hilang entah pergi ke mana.Suara ketukan pintu kamar terdenagar…“Masuk,” ucap Claudia meminta orang yang mengetuk pintu untuk masuk ke dalam kamarnya.“Nona, maaf mengganggu.” Seorang pelayan melangkah masuk ke dalam kamar Claudia. “Ada apa?” tanya Claudia lembut sambil menatap sang pelayan yang ada di hadapannya.“Nona, ini sudah jam makan malam. Kedua ora
“Maaf, Tuan.” Claudia akhirnya membuyarkan lamunannya, dan sedikit malu karena terus menatap sosok pria tampan yang menabraknya itu. Pun pria yang menabrak Claudia membenarkan posisi Claudia agar tak terjatuh.“Harusnya aku yang meminta maaf. Maaf aku tidak memperhatikan langkahku, Nona,” ucap pria tampan itu pada Claudia. Nadanya hangat namun penuh wibawa.Sungguh, Claudia benar-benar terpesona oleh sosok pria tampan yang ada di hadapannya ini. Tidak hanya tampan saja, tapi pria yang ada di hadapannya ini penuh dengan wibawa dan kehangatan—yang sukses membuat para kaum hawa berdesir.“Tuan Geovan?” Hansen segera menghampiri pria yang menabrak Claudia.Pria tampan itu melihat ke arah Hansen yang kini tengah memeriksa keadaan Claudia. “Claudia, are you okay?” tanya Hansen khawatir.Claudia tersenyum samar. “I’m okay, Hansen. Thanks. Jangan khawatir.”Hansen lega mendengar ucapan Claudia. “Anyway, Claudia. Di depanmu ini Tuan Shawn Geovan. Salah satu pewaris dari Geovan Group. Pagi ini
Claudia menatap cermin dengan raut wajah yang dilingkupi kemarahan. Kejadian hari ini di kantor membuat Claudia masih kesal dan emosi. Bagaimana tidak? Perkataan Christian masih terus terngiang-ngiang dalam pikirannya. Sungguh, Claudia tak mengerti kenapa Christian terus menerus mengusik kehidupannya.Claudia sudah memasang dinding setinggi mungkin, agar menjauh dari Christian, akan tetapi alih-alih menjauh, malah Christian seolah memaksa menerobos dinding itu. Padahal sebelumnya, Christian telah menyetujui apa yang telah dirinya putuskan.Claudia menghela napas dalam sambil memejamkan mata sebentar. Jika saja bisa, rasanya Claudia ingin sekali berhenti dari kantor Christian, akan tetapi Claudia ingat bahwa dirinya tak bisa bertindak sesukanya karena masih belum selesai wisuda. Nanti, setelah Claudia benar-benar dinyatakan lulus kuliah, maka Claudia akan memperjuangkan keputusan yang dirinya ambil.Suara dering ponsel terdengar. Refleks, Claudia mengalihkan pandangannya ke arah ponsel
BrakkkChristian membanting kasar tubuh Claudia ke atas ranjang. Terdengar Claudia meringis di kala tubuhnya dibanting ke ranjang oleh Christian. Ya, kini Christian tengah membawa Claudia ke hotel terdekat dengan klub malam.Christian terpaksa membawa Claudia menginap di hotel, karena tak mungkin dirinya membawa Claudia pulang ke rumah dalam keadaan mabuk. Christian yakin akan mendapatkan jutaan pertanyaan yang membuatnya sakit kepala.Malam ini, Christian mendatangi klub malam karena ingin bertemu dengan salah satu rekan bisnisnya yang kebetulan memang mengajaknya untuk bertemu di klub malam. Akan tetapi, Christian terpaksa harus membatalkan rencananya, karena tak mungkin dia membiarkan Claudia sendirian. Terlebih Claudia dalam keadaan mabuk. Christian ingin bersikap acuh dan tak peduli, tapi dia tak bisa melakukan itu. Logikanya berkata untuk tak peduli pada Claudia, namun hatinya tak bisa melihat sesuatu hal buruk terjadi pada Claudia. Persetan dengan aturan yang telah Claudia bua
Selama berendam membesihkan tubuh, Claudia tak henti-hentinya mengumpati Christian Hastings. Pria berengsek itu mengambil kesempatan dalam kesempitan. Dia yang tengah mabuk sama sekali tak sadar apa yang telah terjadi padanya. Bahkan dirinya saja tidak sadar sudah dibawa ke hotel.Claudia melangkah keluar dari kamar mandi. Tubuhnya terbalut oleh dress sederhana berwarna merah jambu model motif bunga-bunga kecil, dengan model tali spaghetti. Ya, dress itu adalah pemberian dari Christian. Sebelumnya, Christian meminta anak buahnya membeli dress untuk Claudia. Tak mungkin Claudia memakai dress yang tadi malam dia pakai.“Lain kali kau tidak usah membelikan pakaian untukku,” ucap Claudia ketus kala tiba di depan Christian. Sungguh, hati Claudia masih amat kesal. Bagaimana tidak? Claudia terus mengingat tentang kegilaan yang dilakukan kakak iparnya.“Pakaianmu tadi malam bau aroma rokok dan alkohol. Kau mau dinterogasi orang tuamu dan kakakmu?” Christian menyesap kopi di tangannya, tanpa s
“Claudia? Akhirnya aku bertemu denganmu.” Hansen lega melihat Claudia kini sudah masuk ke dalam kantor.Sejak di klub malam, Hansen kehilangan temannya itu. Sudah berkali-kali Hansen menghubungi Claudia, tapi nomor Claudia tidak aktif. Hansen ingin mencari Claudia ke keluarga Claudia, namun dirinya tak mengenal keluarga Claudia. Pun rumah Claudia saja dia tidak tahu. Kemarin, Hansen menjemput Claudia di ujung jalan. Itu yang membuatnya tidak tahu rumah Claudia.“Hi, Hansen. Maaf waktu itu aku pergi meninggalkanmu.” Claudia segera meminta maaf pada Hansen. Gadis itu yakin pasti Hansen mencarinya. Bagaimana tidak? Dirinya menghilang di klub malam akibat mabuk dan bertemu Christian. Padahal malam itu, Claudia mendatangi klub malam karena bermaksud untuk menemani Hansen—yang kala itu memergoki kekasihnya berada di klub malam bersama dengan pria lain.Hansen meraih kedua bahu Claudia. “Aku sangat mencemaskanmu. Aku pikir kau diculik. Aku sudah menghubungimu, tapi nomormu tidak aktif. Kemar
“Tuan Hastings, kapan rencananya Anda akan terbang ke Seoul?” Shawn bertanya sambil menyesap kopi yang baru saja diantar oleh sang pelayan. Ya, kini Christian dan Shawn tengah duduk di kafe terdekat dengan Hastings Group. Nampaknya. memang sengaja mengajak Shawn meeting di luar perusahaan.Christian meletakan cangkir kopi yang ada di tangannya, ke atas meja. “Aku belum tahu, nanti akan aku atur. Konsep bangunan sudah ditentukan. Bagian akhir adalah tugas Claudia yang akan merancang desain.”Christian mengikuti keinginan Shawn yang menginginkan Claudia yang merancang desain. Tak bisa dipungkiri bahwa memang Claudia memiliki bakat luar biasa dalam menggambar. Claudia bukan hanya bisa mendesain ruangan di iPad ataupun MacBook saja, tapi gadis itu juga bisa menggambar di buku gambar. Tidak semua orang memiliki bakat seperti Claudia.Shawn mengangguk. “Alright, aku yakin, Claudia pasti akan memberikan yang terbaik.” Christian terdiam mendengar apa yang Shawn katakan. “Bagaimana kau bisa
Christian duduk di kursi kebesarannya seraya menyandarkan punggungnya, dan memejamkan mata singkat. Setelah meeting bertemu dengan Shawn, memang Christian memutuskan untuk berada di ruang kerjanya, namun pria itu sekarang tak ingin diganggu oleh siapa pun.Hati Christian masih merasakan kesal setiap kali Shawn menunjukkan ketertarikannya. Rasanya dia ingin memberikan peringatan pada Shawn, namun dia tidak mungkin melakukan itu karena bagaimanapun Shawn Geovan adalah client besarnya. Dia masih memiliki otak dalam melakukan tindakan.Christian mengambil wine di atas meja, dan menyesap wine tersebut perlahan. Lalu, tiba-tiba terdengar suara dering ponsel masuk. Refleks, Christian mengalihkan pandangannya pada ponselnya yang terus berdering itu—menatap ke layar tertera nama Ella terpampang di layar teleponnya itu.Christian mengembuskan napas kasar. Dia ingin tak menjawab, namun dia malas berdebat dengan Ella yang berujung membuatnya sakit kepala. Akhirnya, Christian memutuskan untuk menj